Covid-19 Di Korea Utara: Tetap Berjuang Produksi Vaksin Meski Ancaman Kelaparan dan Badai Mengintai

May N

Penulis

Ancaman badai dan ditutupnya perbatasan membuat rakyat Korut kelaparan dan terancam hadapi bencana kelaparan lagi

Intisari-online.com -Korea Utara adalah salah satu negara yang 'jarang' melaporkan kasus Covid-19 ke WHO.

Kim Jong-Un terus-terusan mengklaim bahwa tidak ada kasus Covid-19 di negaranya.

Kendati begitu, laporan-laporan ini ungkap jika Korut sebenarnya juga sedang menghadapi pandemi Covid-19.

Mengutip indianexpress.com, pada pertengahan Agustus lalu rupanya Korut adalah salah satu negara yang juga kembangkan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Getol Buat Vaksin Covid-19, Ide Visioner Putin Justru Ditolak Keras Oleh Dokter-dokter dan Guru di Rusia: 'Kami Tidak Mau Jadi Kelinci Percobaan!'

Bahkan dikabarkan jika pengembangan vaksin mereka sudah mencapai percobaan ke manusia.

Namun sampai sekarang belum ada berita lagi mengenai vaksin dari negara itu.

Sementara melansir nknews.org, Korut terancam mengalami bencana kelaparan seperti yang terjadi pada era Kim Jong-Il.

Ekonomi macet, diperparah dengan bencana alam dan tidak ada bantuan dari negara lain, Korut saat ini sangat mirip dengan Korut pada pertengahan 1990 lalu.

Baca Juga: Banyak Musuh Mengelilingi, Ini Doktrin Pertahanan yang Dimiliki Israel untuk Jaga Kelangsungan Hidupnya, Malah Ampuh Dicontek Iran!

Saat itu adalah saat rakyat kelaparan dan disebut "Maret yang Sulit".

Pertama, sanksi dari administrasi Trump terkait perkembangan nuklir mereka membuat diplomasi dengan AS kian memburuk.

Selanjutnya karena Covid-19, meskipun mereka mengklaim 0 kasus virus Corona, tapi perbatasan negara itu rupanya ditutup rapat.

Mereka mencegah adanya penyebaran dari negara lain yang masuk ke Korut.

Baca Juga: Telat Sedikit Dalam Evakuasi Warga, Pejabat-pejabat Ini Auto Dipecat Kim Jong-Un Setelah Kerusakan Akibat Badai Hancurkan Kota Ini, Pakar: Pencitraan!

Ini kondisi yang cukup sulit, mengingat jika perbatasan ditutup penyebaran Covid-19 bisa dicegah tapi jalur perdagangan mati.

Sementara jika perbatasan tetap dibuka, mereka bisa kewalahan karena peralatan medis yang sangat tidak memadai.

Jika tidak ada perdagangan masuk, maka tidak ada stok makanan yang masuk ke negara tersebut.

Sedangkan lahan-lahan pertanian terancam rusak diserang banjir bandang pada musim panas ini.

Baca Juga: Padahal Sudah 60 Tahun Lebih Menunggu Jadi Pewaris Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles Malah Dikabarkan Akan Serahkan Takhta pada Pangeran William, Mengapa?

Serta beberapa angin topan dan badai menghantam negara tersebut.

Pada kelaparan yang dahulu terjadi, ada 200 ribu sampai 1,5 juta orang meninggal karena kelaparan di Korut.

Seakan kondisi tidak bisa lebih buruk, menurut laporan dari Yonhap News, Korut menghadapi badai Haishen.

Korut sedang dalam kondisi siaga tinggi atas badai yang mendekat.

Baca Juga: Warga Israel Muak akan Penanganan Buruk Pandemi Covid-19, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Dituntut Mengundurkan Diri: 'Cukup Denganmu!'

Dikabarkan badai ini lebih kuat daripada angin topan sebelumnya.

Padahal Korut baru saja berjuang pulih dari dua badai.

Pyongyang mengisukan peringatan badai, saat badai Haishen bergerak menuju semenanjung Korea di tengah perkiraan cuaca bahwa badai itu akan membawa hujan lebat dan angin kencang.

Negara tersebut mulai panik mengenai lahan pertanian mereka.

Baca Juga: Korea Utara Dirundung Bencana Alam, Kim Jong-un Terbar Ancaman untuk Pejabat Lokal yang Gagal Melindungi Warganya, Ini yang akan Dilakukannya

Penyiar berita Korean Central Broadcasting Station menyebutkan "kita harus benar-benar bersiap menghindari kerusakan apapun dan memiliki cukup air untuk pertanian kita yang bisa rusak parah."

BMKG Korut mengatakan badai ini akan lebih kuat dari topan Bavi dan topan Maysak yang baru saja menyerang Korut.

Korea Utara telah memberlakukan berbagai tindakan untuk meminimalkan kerusakan pada orang dan fasilitas, termasuk mengorganisir komite darurat di berbagai sektor, kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Warga diperintahkan untuk mengikuti langkah-langkah yang diperlukan dalam menanggapi topan dan diberitahu tentang rute evakuasi dan cara-cara segera untuk menanggapi peringatan bencana alam negara itu, katanya.

Baca Juga: Mimpi Terburuk Asia: Gagal Dilaksanakan Jepang, 'Gerakan 3A' dan 'Asia Timur Raya' Digaungkan Lagi Oleh Tiongkok, Pakar: Kayak Orang Kaya Baru

Korea Utara menyerukan upaya untuk mencegah daerah pertaniannya dari banjir lagi, kata Rodong Sinmun, ketika Topan Bavi menyebabkan banjir dan kehancuran di salah satu daerah penghasil beras utama di provinsi barat daya Hwanghae.

Lahan pertanian sangat dijaga karena tidak adanya impor akibat perbatasan ditutup, Korut hanya bisa mengandalkan produksi dalam negeri.

"Kami tidak dapat mencapai hasil apa pun dalam manajemen krisis jika kami mendekati upaya melawan topan sebagai formalitas atau menggunakan jalan pintas," katanya.

Makalah tersebut meminta pejabat dan pekerja di sektor pertanian untuk memeriksa dan memeriksa status sistem drainase dan ladang sesering mungkin untuk segera menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Infrastrukturnya Buruk, Korea Utara Kewalahan Hadapi Serangan Badai, 12.000 Elite Partai Diutus Kim Jong-un untuk Bantu Pemulihan

Ia menambahkan pejabat mengambil berbagai langkah untuk mempersiapkan topan yang akan datang di beberapa daerah, termasuk sektor batu bara, pembangkit listrik dan industri perikanan.

Kapal-kapal dibawa ke daerah yang aman atau diikat di pantai atau dermaga, tambahnya.

Topan terbaru datang ketika Korea Utara menderita pukulan ganda dari kekhawatiran virus Corona dan kesengsaraan ekonomi yang semakin dalam, serta kekhawatiran baru atas kerusakan yang disebabkan oleh topan baru-baru ini.

Kemungkinan, isolasi Covid-19 di Korut masih akan bertahan sampai pertengahan 2021.

Baca Juga: Covid Hari Ini 6 September 2020: Kabar Baik di Tengah Bertambahnya Kasus Covid-19 di Indonesia, Pasien Sembuh Bertambah 2.174 Orang!

Itupun kemungkinan yang paling cepat diperkirakan.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait