Penulis
Intisari-online.com -Korea Utara adalah salah satu negara yang 'jarang' melaporkan kasus Covid-19 ke WHO.
Kim Jong-Un terus-terusan mengklaim bahwa tidak ada kasus Covid-19 di negaranya.
Kendati begitu, laporan-laporan ini ungkap jika Korut sebenarnya juga sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Mengutip indianexpress.com, pada pertengahan Agustus lalu rupanya Korut adalah salah satu negara yang juga kembangkan vaksin Covid-19.
Bahkan dikabarkan jika pengembangan vaksin mereka sudah mencapai percobaan ke manusia.
Namun sampai sekarang belum ada berita lagi mengenai vaksin dari negara itu.
Sementara melansir nknews.org, Korut terancam mengalami bencana kelaparan seperti yang terjadi pada era Kim Jong-Il.
Ekonomi macet, diperparah dengan bencana alam dan tidak ada bantuan dari negara lain, Korut saat ini sangat mirip dengan Korut pada pertengahan 1990 lalu.
Saat itu adalah saat rakyat kelaparan dan disebut "Maret yang Sulit".
Pertama, sanksi dari administrasi Trump terkait perkembangan nuklir mereka membuat diplomasi dengan AS kian memburuk.
Selanjutnya karena Covid-19, meskipun mereka mengklaim 0 kasus virus Corona, tapi perbatasan negara itu rupanya ditutup rapat.
Mereka mencegah adanya penyebaran dari negara lain yang masuk ke Korut.
Ini kondisi yang cukup sulit, mengingat jika perbatasan ditutup penyebaran Covid-19 bisa dicegah tapi jalur perdagangan mati.
Sementara jika perbatasan tetap dibuka, mereka bisa kewalahan karena peralatan medis yang sangat tidak memadai.
Jika tidak ada perdagangan masuk, maka tidak ada stok makanan yang masuk ke negara tersebut.
Sedangkan lahan-lahan pertanian terancam rusak diserang banjir bandang pada musim panas ini.
Serta beberapa angin topan dan badai menghantam negara tersebut.
Pada kelaparan yang dahulu terjadi, ada 200 ribu sampai 1,5 juta orang meninggal karena kelaparan di Korut.
Seakan kondisi tidak bisa lebih buruk, menurut laporan dari Yonhap News, Korut menghadapi badai Haishen.
Korut sedang dalam kondisi siaga tinggi atas badai yang mendekat.
Dikabarkan badai ini lebih kuat daripada angin topan sebelumnya.
Padahal Korut baru saja berjuang pulih dari dua badai.
Pyongyang mengisukan peringatan badai, saat badai Haishen bergerak menuju semenanjung Korea di tengah perkiraan cuaca bahwa badai itu akan membawa hujan lebat dan angin kencang.
Negara tersebut mulai panik mengenai lahan pertanian mereka.
Penyiar berita Korean Central Broadcasting Station menyebutkan "kita harus benar-benar bersiap menghindari kerusakan apapun dan memiliki cukup air untuk pertanian kita yang bisa rusak parah."
BMKG Korut mengatakan badai ini akan lebih kuat dari topan Bavi dan topan Maysak yang baru saja menyerang Korut.
Korea Utara telah memberlakukan berbagai tindakan untuk meminimalkan kerusakan pada orang dan fasilitas, termasuk mengorganisir komite darurat di berbagai sektor, kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Warga diperintahkan untuk mengikuti langkah-langkah yang diperlukan dalam menanggapi topan dan diberitahu tentang rute evakuasi dan cara-cara segera untuk menanggapi peringatan bencana alam negara itu, katanya.
Korea Utara menyerukan upaya untuk mencegah daerah pertaniannya dari banjir lagi, kata Rodong Sinmun, ketika Topan Bavi menyebabkan banjir dan kehancuran di salah satu daerah penghasil beras utama di provinsi barat daya Hwanghae.
Lahan pertanian sangat dijaga karena tidak adanya impor akibat perbatasan ditutup, Korut hanya bisa mengandalkan produksi dalam negeri.
"Kami tidak dapat mencapai hasil apa pun dalam manajemen krisis jika kami mendekati upaya melawan topan sebagai formalitas atau menggunakan jalan pintas," katanya.
Makalah tersebut meminta pejabat dan pekerja di sektor pertanian untuk memeriksa dan memeriksa status sistem drainase dan ladang sesering mungkin untuk segera menyelesaikan masalah.
Ia menambahkan pejabat mengambil berbagai langkah untuk mempersiapkan topan yang akan datang di beberapa daerah, termasuk sektor batu bara, pembangkit listrik dan industri perikanan.
Kapal-kapal dibawa ke daerah yang aman atau diikat di pantai atau dermaga, tambahnya.
Topan terbaru datang ketika Korea Utara menderita pukulan ganda dari kekhawatiran virus Corona dan kesengsaraan ekonomi yang semakin dalam, serta kekhawatiran baru atas kerusakan yang disebabkan oleh topan baru-baru ini.
Kemungkinan, isolasi Covid-19 di Korut masih akan bertahan sampai pertengahan 2021.
Itupun kemungkinan yang paling cepat diperkirakan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini