Penulis
Intisari-online.com - Terletak di Tibet, yang menghiasi dataran tinggi di barat laut China, sebuah reruntuhan tersembunyi dan disamarkan dari peta tahun 1958.
Tempat itu adalah salah satu bunker rahasia milik China sisa-sia Pabrik 221, yang dikenal sebagai Los Alamos China.
Itu adalah tempat di mana nuklir China pertama kali dikembangkan secara rahasia oleh pemimpin Mao Zedong.
Tepatnya adalah di Jinyintan di Provinsi Qinhai, yang sebelumnya adalah rumah bagi ribuan penggembala di Tibet.
Melansir Independent, ribuang penggembala itu diusir, untuk menciptakan kota rahasia tempat persenjataan nuklir dibangun Mao Zedong.
"Itu adalah tempat yang sangat rahasia, Anda tidak bisa sembarangan masuk harus ada izin khusus," kata Pengcuo Zhuoma, penggembala yang pernah tinggal di sekitar.
Mulut kami harus tertutup rapat dan dilarang keras untuk membicarakannya.
Di tempat itu ilmuwan China berhasil menciptakan bom atom dan mengujinya pertama kali tahun 1964 dan bom hidrogen pertamanya tahun 1967.
Para veteran mungkin dengan bangga memamerkan bom atom buatan mereka.
Mereka mencipatakan senjata yang bisa menangkis serangan Amerika, dan Soviet yang mencoba mengepung China.
"Saat itu kondisi sosial China digambarkan mirip dengan Korea Utara sekarang," kata Liao Tianli penulis yang pernah mengunjungi Jinyintan.
Banyak orang saat itu melakukan apa yang diperintahkan oleh Mao Zedong, dan ilmuwan telah berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka.
Meski demikian, ada harga mahal yang harus dibayar dari proyek rahasia senjata pemusnah massal milik China tersebut.
Ratusan bahkan ribuan nyawa tak berdosa ditubalkan hanya demi mengembangkan senjata nuklir itu.
Menurut New York Times, bagian gelap dari Pabrik 221 disembunyikan secara rapat-rapat tanpa diketahui oleh publik.
Membangun senjata nuklir membutuhkan biaya yang tak murah, ada banyak ilmuwan yang tewas, dan penduduk desa yang harus disingkirkan pada saat itu.
Beberapa penggembala dan petani di Jinyintan dipindahkan untuk proyek itu, mereka berakhir dalam kondisi kelaparan, dieksekusi dan pengusiran brutal.
Paranoia politik melanda proyek itu, ribuan ilmuwan dan teknisi dianiaya, mereka ada yang tidak terlindung dari radiasi, tidak diberi perawatan dan jatuh dengan penyakit kanker.
"Jika tidak ada yang membicarakannya, sejarah ini akan terkubur," kata Wei Shije, pensiunan yang bekerja di Pabrik 221 selama tahun 1960-an.
Dia menggambarkan penganiayaan yang dilakukan di sana, di balik pembuatan bom itu ada banyak orang melakukan pengorbanan.
Jinyintan yang merupakan wilayah padang rumput, hijau subur, awalnya adalah surga bagi penggembala, berubah menjadi neraka.
Ribuan orang di Jinyinyan dikorbankan untuk proyek itu, awalnya mereka dipindahkan pemerintah dengan iming-iming diberi hadiah ribuan domba, tetapai itu dibantah.
Rakyat dipaksa untuk pindah, ditangkap dengan brutal dan dieksekusi, hingga mebuat rakyat melakukan perlawanan karena penyitaan tanah tersebut.
Mao yang takut adanya pemberontakan, memenjarakan sekitar 700 penggembala, menuduh mereka bergabung dengan kontrarevolusioner.
Baca Juga: Permusuhan Makin Meluas, Amerika Serikat Ancam Blokir Pembuat Chipset SMIC Asal China
Hingga 9.000 penggembala diusir paksa, ratusan orang tewas dalam perjalanan dipukuli dan dianiaya oleh petugas.
"Orang diperlakukan layaknya hewan," kata penggembala Mongolia yang masih hidup, menerbitkan kisahnya pada tahun 2007.
Tahun 1966, Mao melancarkan Revolusi Kebudayaan pembersihan orang-orang yang dicurigai secara politik.
Wei menyaksikan salah satu ilmuwan terbaik di Pabrik 221 Qian Jin dipukuli, dan meninggal beberapa hari kemudian.
Para pejabat menginterogasi 4.000 pekerja, dan mengeksekusi 50 lainnya, dipukuli sampai mati, dan ada yang bunuh diri.
Peristiwa itu disembunyikan rapat-rapatdan hanya diketahui oleh orang-orang yang pernah memiliki hubungan dengan 221.