Penulis
Intisari-Online.com - Tak heran jika banyak negara yang gerah atas upaya China dalam mendominasi Laut China Selatan dan wilayah sekitarnya.
Untuk itu, banyak negara mulai bertindak untuk menentang klaim China tersebut.
Salah satunya adalah negara berikut.
Pemerintah Palau menyatakan, mereka meminta AS untuk membangun pangkalan militer di tempat mereka, di tengah upaya menghadang pengaruh China di Pasifik.
Pernyataan itu disampaikan setelah Menteri Pertahanan Mark Esper mengunjungi daerah itu pekan lalu, seraya menuding Beijing melakukan "destabilisasi Pasifik".
Presiden Palau Tommy Remengesau berujar, dia mengatakan kepada Esper bahwa Washington dipersilakan membangun pangkalan militer di sana.
"Permintaan kami kepada AS sederhana. Bangunlah pangkalan gabungan kemudian datang dan gunakanlah secara teratur," ujar dia dalam surat yang diungkapkan pekan ini.
Dalam surat yang ditujukan langsung kepada Palau, Remengesau menekankan bahwa pulau seluas 1.500 km di selatan Filipina itu terbuka bagi AS.
Baca Juga: Review dan Tutorial Menonton Film Streaming Disney+ Hotstar di Telkomsel, Bisa di TV!
Artinya seperti dilansir AFP Jumat (4/9/2020), Pentagon dipersilakan menggunakan pelabuhan, pangkalan udara, hingga darat negara berpopulasi 22.000 tersebut.
Remengesau juga menyarankan agar Penjaga Pantai AS juga hadir di wilayah laut mereka, yang luasnya setara Spanyol sehingga sulit untuk dipantau reguler.
Meski Palau adalah negara berdaulat, mereka tidak punya militer, sehingga Washington bertanggung jawab melalui perjanjian Compact of Free Association.
Berdasarkan kesepakatan itu, "Negeri Uncle Sam" punya akses atas negara itu, meski mereka belum menurunkan pasukan secara permanan di sana.
Dia mendsak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menggunakan perjanjian tersebut, dan memberangkatkan balatentara ke sana.
"Hak militer AS dalam mengakses Republik Palau begitu kurang berdasarkan perjanjian ini," keluh presiden berusia 64 tahun tersebut.
"Predator ekonomi"
Remengesau mengatakan, keberadaan tentara AS tidak hanya memperkuat keamanan mereka. Tapi juga membantu ekonomi di tengah pandemi virus corona.
Selama Perang Dunia II, Palau menjadi salah satu teater pertempuran AS dan Jepang di Pasifik. Tapi sejak perang usai, mereka memilih fokus di Filipina dan Guam.
Militer sebenarnya sudah mulai membangun radar di sana, namun harus berhenti dikarenakan virus corona. Adapun negara itu mengaku bersih dari wabah.
Selain dekat dengan AS, negara dengan dua ibu kota tersebut juag merupakan satu dari 15 sekutu tersisa Taiwan di seluruh dunia.
China, yang selalu menanggap pulau itu adalah provinsi mereka, melakukan diplomasi di Pasifik utnuk memutus aliansi dengan Taipei.
Sejauh ini pada tahun lalu, Beijing berhasil membujuk Kepulauan Solomon dan Kiribati untuk berganti pengakuan diplomasi ke mereka.
Tetapi sejak dua tahun lalu, Palau tetap teguh mendukung Taiwan, sehingga "Negeri Panda" membalas dengan melarang warganya berkunjung.
Sementara tidak menyebut China secara langsung, Remengesau menyatakan ada "aktor destabilisasi" yang memanfaatkan krisis karena wabah yang menimpa negara kecil seperti mereka.
Dalam kunjungan berdurasi tiga jam pekan lalu, Esper diberi tahu Remengesau bahwa Beijing menawarkan pinjaman lunak untuk memenangkan kesetiaan mereka.
"Karena itu Tuah Menteri, sangat melegakan mendengar Anda dan pejabat AS lainnya mengakui realitas kompleks Indo-Pasifik saat ini, karena adanya predator ekonomi yang mengancam," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hadang Pengaruh China, Palau Minta AS Bangun Pangkalan Militer"