Find Us On Social Media :

Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Pandemi Covid-19 Belum Usai, Singapura Juga Harus Hadapi Wabah Penyakit yang Menghantui Indonesia Selama 50 Tahun Lamanya, 'Sudah Ada 26.000 Kasus!'

By Mentari DP, Jumat, 28 Agustus 2020 | 12:10 WIB

Virus corona (Covid-19) di Singapura.

Intisari-Online.com - Singapura pernah mencatatkan diri sebagai negara dengan kasus virus corona (Covid-19) tertinggi di Asia Tenggara.

Tapi kini Singapura menempati urutan ketiga sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara.

Tercatat hingga Jumat (28/8/2020), ada 56.572 kasus positif Covid-19 di Singapura.

Jauh di bawah Indonesia yang berada di urutan ke 2 dengan 162.000 kasus.

Baca Juga: Diklaim Sebagai Negara Maju, 10 Negara Termasuk AS, Singapura, sampai Jepang Alami Resesi Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19, Tapi 2 Negara Ini Tidak, Indonesia?

Walau begitu, Singapura menjadi salah satu negara dengan kasus kematian akibat Covid-19 terendah di dunia.

Dilaporkan hanya ada 27 kasus kematian dan 55.139 orang dinyatakan sembuh.

Artinya hampir 90% pasien Covid-19 di Singapura sembuh.

Tapi pemerintah Singapura tidak boleh langsung tenang, sebab selain menghadapi pandemi virus corona, negara ini juga tengah menghadapi wabah penyakit lainnya.

Apa itu?

Baca Juga: Telah Dinyatakan Sembuh dari Covid-19 dan Boleh Pulang ke Rumah, Beberapa Pasien Mulai Alami Gejala Tak Biasa, Dokter: Itu Karena Berbulan-bulan Terinfeksi Covid-19

Dilansir dari kontan.co.id yang mengutip Reuters pada Jumat (28/8/2020), Singapura juga harus berhadapan dengan risiko penyakit demam berdarah yang semakin meningkat. 

Sepanjang tahun ini, negara pulau kecil di Asia Tenggara dengan 5,7 juta penduduk ini telah mencatat lebih dari 26.000 kasus demam berdarah.

Melampaui rekor tahunan sebelumnya sekitar 22.000 sepanjang tahun 2013.

Dua puluh orang telah meninggal karena penyakit tersebut tahun ini, yang dapat menyebabkan demam ekstrim yang menyebabkan pendarahan internal dan syok.

Sebagai perbandingan, hanya 27 orang yang meninggal karena virus corona di negara kota itu dari lebih dari 56.000 infeksi.

Jenis baru penyakit ini, dikombinasikan dengan cuaca basah di luar musim dan penguncian virus corona yang membuat lokasi konstruksi dan tempat berkembang biak nyamuk lainnya bermunculan, dipandang sebagai faktor di balik wabah demam berdarah.

Negara ini telah melakukan pencegah tradisional seperti fogging, mendenda orang karena melanggar peraturan anti-nyamuk seperti meninggalkan pot tanaman yang penuh dengan genangan air, dan menerapkan teknik baru seperti proyek Wolbachia.

Sementara di laboratorium pemerintah, para ilmuwan membiakkan nyamuk pembawa bakteri yang bisa membuat nyamuk menjadi mandul, memisahkan kepompong jantan untuk dilepaskan di daerah yang paling parah terkena demam berdarah.

Nyamuk Wolbachia tidak dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah, dan hanya nyamuk betina yang menggigit manusia.

Baca Juga: Telah Menikah Selama 5 Bulan, Pria Ini Tak Tahu Istrinya Polwan Gadungan, Ngaku Bisa Luluskan Orang ke Polisi Tanpa Tes Sampai Ditipu Rp204 Juta

Ketika nyamuk Wolbachia jantan kawin dengan betina yang tidak membawa bakteri tersebut, tidak ada telur yang dihasilkan yang akan menetas.

Strategi tersebut telah berhasil di Australia tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa strategi itu mungkin terbatas di daerah perkotaan yang padat seperti Singapura.

“Anda harus membanjiri pulau dengan nyamuk-nyamuk ini, dan orang-orang akan kesal,” kata Paul Tambyah, konsultan senior di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura.

“Mereka tidak akan menangkap nyamuk itu dan memeriksa dan melihat apakah itu jantan atau betina."

"Mereka akan menyingkirkannya, dan hal semacam itu merusak tujuannya," katanya.

Asal Anda tahu, DBD menghantui Indonesia selama lebih dari 50 tahun lamanya.

Menurut Dr Tedjo Sasmono, Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology, pada tahun 1968, prevalensi pasien yang terkena DBD masih 0,05 per 100.000 jiwa.

Namun pada 2016, meningkat sangat pesat menjadi 86 per 100.000 jiwa.

“Dari hasil penelitian, Indonesia merupakan negara kedua dengan penderita DBD terbanyak di dunia setelah Brasil,” tambah Tedjo

(Tendi Mahadi)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Virus corona belum usai, kini Singapura menghadapi wabah demam berdarah")

Baca Juga: Ribuan Kali Lebih Dahsyat dari Bom Hiroshima, Rekaman Rahasia Rusia Ungkap Ledakan Nuklir Terbesar yang Pernah Terjadi, Bola Api Sampai Naik ke Atmosfer!