Find Us On Social Media :

Percaya Tidak Percaya, di Kota Melek Teknologi Berkonsep LIVE Ditemukan Orangtua yang Menganggap SKM adalah Susu

By Gazali Solahuddin, Kamis, 27 Agustus 2020 | 16:20 WIB

Balita gizi buruk dan stunting di Tangerang, akibat selalu diberi susu kental manis oleh orangtuanya yang tidak tahu jika itu bukan susu dan tak tidak boleh diberikan pada balitanya.

Intisari.id -  Siapa yang tidka mentetahui kota Tangerang.

Kota Tangerang yang memiliki konsep  Liveable, Investable, Visitable dan E-city yang disingkat menjadi LIVE, telah menjelma menjadi salah satu kota terbesar di Jabodetabek.

Baca Juga: Masuk Bulan ke 5 Pandemi Covid-19 di Idonesia, Ningsih Tinampi Obral Ilmu Taklukan Penyakit yang Dimilikinya

Karenanya, tidak heran berada di Tangerang seperti berada di kota Metropoilitan Jakarta.

Namun sayangnya, di balik kecanggihan infrastrukturnya, rupanya kecukupan gizi anak di masa 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) tergolong rendah alias stunting.

Tidak percaya? Tercatat, ada sebanyak 36 anak usia di bawah 5 tahun berada dalam status gizi kurang.

Baca Juga: Update Covid-19; Kemenkes Sebut Ada 7.008 Anak di Bawah Umur yang Telah Terinfeksi Virus Corona

Mirisnya penyebabnya karena kurangnya pemahaman, informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai SKM alias susu kental manis, yang sebenarnya bukan susu, juga tidak boleh diberikan untuk balita.

 

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.

"Stunting ini masih dianggap biasa, padahal ini berdampak pada pertumbuhan anak, masyarakat harus tahu masalah stunting supaya bisa diminimalisir keberadaannya," ujar Ahmed Zaki, dikutip dari Nova.id.

Baca Juga: Siap-siap! Harga Rokok Naik Rp 100 Ribu per Bungkus, Mensos Juliari Singgung Jumlah Peningkatan Kasus Perokok Anak di Indonesia

Aktivis kesehatan anak, Yuli Supriati mengatakan,  “Masyarakat tidak paham apa itu stunting, apa penyebabnya, seperti apa tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan. Saya menemukan, beberapa anak dengan usia 2 tahun, berat badannya hanya 2 kg, tapi orang tuanya masih ngotot anaknya baik-baik saja,” jelas Yuli.

Di desa Cileleus, Tigaraksa Tangerang, Yuli bertemu Mutia dan Tegar, dua balita penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) dari Puskesmas Tigaraksa.

Mutia dan Tegar berusia 2 tahun, dengan berat badan yang hanya 7  kg. Padahal, untuk anak normal, di usia dua tahun seharusnya memiliki berat badan 14 kg untuk perempuan dan 15 kg untuk laki-laki.

Baca Juga: Studi: Anak-anak Berusia 10 hingga 19 Tahun Sebarkan Virus Corona Layaknya Orang Dewasa

“Pas bayinya mah dikasih ASI, tapi kan bapak ibunya kerja, anaknya dirawat saya. Kalau pas lagi ada (uang), dibeliin susu kaleng, sering juga diutangin di agen,” ujar Amah, nenek yang merawat Mutia. Susu kaleng yang dimaksud Amah adalah kental manis.

Amah sendiri sudah tak mengingat sejak kapan cucunya mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan nutrisi. Dalam sehari, Mutia bisa mengkonsumsi 3 – 4 gelas susu kental manis.

Baca Juga: Bio Farma Segera Launching Vaksin Covid-19, Produk Sinovac Biotech Ltd Sudah Diborong dan Sampai Indonesia

Artikel selengkapnya klik GridHEALTH.id dengan judul 'Terlalu Sering Minum Susu Kental Manis, Puluhan Balita di Tangerang Alami Stunting hingga Berat Badannya Alami Penurunan'. Bisa juga langsung klik DI SINI.(*)

#berantasstunting #hadapicorona