Laut China Selatan Sudah Didominasi China, Giliran Laut China Timur Diprediksi Akan Diambil Alih China, Jepang dan AS Siapkan Skenario Ini Untuk Gempur China

Afif Khoirul M

Penulis

Meskipun Laut China Selatan secara sah belum menjadi milik China, tampaknya negeri panda itu masih saja kemaruk.

Intisari-online.com - Saat ini China memang telah mendominasi sebagian besar wilayah Laut China Selatan.

Bahkan meski telah diusik oleh Amerika dan Australia, China masih kekeh mempertahankan klaim atas Laut China Selatan sebagai bagian miliknya.

Meskipun Laut China Selatan secara sah belum menjadi milik China, tampaknya negeri panda itu masih saja kemaruk.

Menurut 24h.com.vn pada Jumat (14/8/20), China kini tengah menyiapkan skenario untuk menguasai Laut China Timur sebagai bagian wilayahnya.

Baca Juga: Manfaatkan Keruhnya Situasi Dunia Akibat Corona, Ternyata China Bisa dengan Mudah Kuasai Dunia dan Tumbangkan Amerika Tanpa Gunakan Senjata Militer tetapi dengan Trik Ini

Padahal, wilayah itu dijaga dengan ketat oleh Jepang dan Militer Amerika yang membangun pangkalan di Jepang.

Bahkan dalam skenario itu, China diprediksi akan menguasai pulau Senkaku/Diaoyu tahun 2030, yang saat ini sedang dikuasai Jepang.

Untuk menjaga situasi itu, Jepang telah memobilisasi marinirnya untuk merebut kembali pulau itu.

Amerika Serikat juga turun tangan untuk membantu Jepang, menghindarkan Jepang dari bentrokan dengan pasukan China.

Baca Juga: Pantas Saja Negara Lain Takut Dengan China, Ternyata Negara Ini Dapat Deteksi Rudal Nuklir Milik Musuh dan Langsung Membalasnya dalam Hitungan Menit

Menurut hipotesis perang, yang dijalankan oleh Center for New Security (CNAS), yang berbasis di Washington, Militer AS tidak bisa menghindari konfrontasi langsung dengan China.

Skenario terburuk itu bertajuk, "Pertempuran Sengit: Krisis Laut China Timur Tahun 2030."

Selama seminar kenegaraan yang diselenggarakan oleh CNAS, para ahli dan sarjana berkumpul memberikan saran mereka.

Bagaimana tim Merah (China) dan Biru (Amerika/Jepang), akan mengadopsi strategi tersebut.

"Kami menganggap konfrontasiitu sangat tegang," kata Susanna Blume, direktur CNAS, di depan 400 peserta konferensi terutama dari AS, Kanada, dan Inggris.

"Siapa yang menawarkan konfrontasi ini akan membentuk kawasan Asia-Pasifik dalam dekade mendatang," katanya.

Skenario perang dimulai dengan China yang mulai memobiliasi pasukannya untuk mendarat di Pulau Uotsuri Jima, terletak di kepulauan Senkaku/Diaoyu yang disengketakan di Laut China Timur.

Baca Juga: Dikenal Bak Anjing dan Kucing, Malaysia dan Indonesia Diprediksi Bisa Bersatu, Gara-gara Kelakukan China yang Makin Keterlaluan Ini

China mengklaim dan memblokir area selebar 80 km dari kepulauan yang disengketakan itu.

China juga membawa kapal permukaan, kapal selam, dan pesawat ke dalam alat pendukung pertempuran yang dilengkapi rudal balistik jarak jauh yang bisa diluncurkan dari darat.

Pasukan Jepang lalu menyerbu kapal pendarat yang dikawal oleh kapal laut, kapal selam dan pesawat terbang.

Dari kejauhan, dua kelompok kapal induk dan kapal selam AS, pesawat pembom dan pesawat siluman sudah dipersiapkan.

Amerika awalnya ditunjukkan untuk mendukung Jepang, sementara China membatasi target serangan pada pasukan Jepang yang menginvasi area blokade.

Tim Merah mengirim pesan meminta Tim Biru mundur, sebaliknya Tim Biru meminta Tim Merah meninggalkan pulau sengketa.

CNAS menyatakan, jika kapal China meluncurkan rudal ke kapal Jepang, apa yang dilakukan tim Biru? 60% menyebut peperangan akan terjadi, dan menandai serangan pertama.

Baca Juga: AS Kerahkan Tiga Pesawat Pembom Nuklir ke Pulau Rahasia di Samudra Hindia, Jika Sampai Terbang di Wilayah Udara China, Keputusan Memulai Perang Ada Pada Amerika

Saat kapal perusak Jepang memasuki blokade, kapal perang China harus menenggelamkan target sebanyak mungkin termasuk menghancurkan kapal sela Jepang,

.Amerika akan berperan menginformasikan posisi kapal selam China pada Kepang, dengan menggunakan pesawat siluman F-22, F-35 dan F-35 dan F-15 dari Jepang, termasuk pesawat tak berawak.

Dalam simulasi itu, meskipun kapal perang dan pesawat China alami kerusakan, mereka mapu melancarkan rudal terhadap dua aramada kapal induk AS, dan serangan rudal ke pangkalan AS.

Tim Biru menderita kerusakan besar, namun bisa mempertahankan Uotsuri Jima.

Menurut CNAS, hal ini hanya simulasi ini bisa berubah, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perang sebenarnya.

Artikel Terkait