Bikin Pemilik Payudara Besar Sampai Ketar-ketir, Pada Zaman Penjajahan di Negara Ini Inggris Menarik Pajak Payudara, Makin Besar Makin Mahal Tarif Pajaknya

Afif Khoirul M

Penulis

Wanita dari kelas bawah tidak akan diizinkan untuk menutupi payudara mereka dan akan dikenakan pajak tinggi untuk melakukannya.

Intisari-online.com -Bikin Pemilik Payudara Besar Sampai Cemas, Pada Zaman Penjajahan di Negara Ini Inggris Menarik Pajak Payudara, Makin Besar Makin Mahal Tarif Pajaknya.

Pajak payudara mungkin terdengar tak masuk akal, namun kenyataanya memang benar adanya.

Pajak ini dianggap sebagai salah satu yang terburuk dan menjijikkan dalam sejarah.

Melansir Eva.vn pada Minggu (9/8/2020), pajak ini dianggap nyata dan dilakukan oleh kolonial Inggris tahun 1800-an di India.

Pajak dada diberlakukan oleh raja Travancore, salah satu dari 550 negara bagian di India, selama masa kolonial Inggris, sekarang dikenal daerah Kerala.

Baca Juga: Rajanya Ledakan Misterius Lewat Operasi 'False Flag', Israel Sulit Cuci Tangan dalam Kasus Ledakan di Beirut, Fakta-fakta Ini Bisa Jadi Buktinya

Wanita dari kelas bawah tidak akan diizinkan untuk menutupi payudara mereka dan akan dikenakan pajak tinggi untuk melakukannya.

Pejabat kerajaan akan pergi ke rumah-rumah, mengumpulkan pajak payudara dari wanita kelas bawah dan wanita pada masa puber.

Jumlah pajak tergantung pada ukuran payudara, semakin besar payudaranya semakin tinggi nilai pajaknya.

Pemungut pajak akan memeriksa wanita-wanita dengan menyentuh payudaranya dengan tangan kosong.

Baca Juga: Sayuran Ajaib, Tak Hanya Atasi Maag hingga Kanker Payudara, Siapa Sangka Kubis Juga Diklaim Bisa Bantu Melawan Virus Corona

Kemudian mereka juga mengukur ukuran payudara tersebut.

Pada intinya, tujuan pemungutan pajak ini hanya untuk mempermalukan perempuan kelas bawah.

Wanita dari kelas atas masih diperbolehkan menutupi payudaranya dan bahkan tidak dikenakan pajak.

Sedangkan wanita kelas bawah dilarang menutupi payudaranya, jika mereka tidak membayar pajak.

Menurut, Dr Sheeba KM, Profesor ekologi gender dan studi Dalit (studi kesukuan, agama minoritas, wanita dari kelompok yang dikecualikan) di Shri Shankaracharya Sanskrit Universitas Vishwavidyalaya di negara bagian Kerala, India.

Mengatakan, "Tujuan dari pajak dada adalah untuk mempertahankan struktur kelas, bukan yang lain."

Baca Juga: Persetan dengan Nenek-nenek, Pria Muda Ini Kepincut Pacari Nenek 66 Tahun, Karena Terbuai Lekuk Tubuh dan Bagian Intim Sang Nenek yang Sudah Dirombak Ini

"Pakaian dipandang sebagai tanda kekayaan dan kemakmuran, sedangkan orang miskin dan orang dari kasta rendah tidak boleh menikmatinya," katanya.

Dalam bukunya, "Native Life in Travancore" penulis Samuel Meeter mengatakan, hampir 110 daftar pajak tambahan diberlakukan.

Tujuannya hanya untuk memastikan orang kelas bawah selalu berada di masyarakat kelas bawah.

Sementara kelas lain, tidak dibebankan pajak supaya bisa berkembang.

Samuel Meeter, berbicara tentang pajak Payudara, menurutnya itu adalah pajak terburuk yang pernah ada di India.

Pajak Payudara juga menyebabkan ketidakpuasan dalam masyarakat India sampai memuncak tahun 1859.

Baca Juga: Dari Ibu Mertua Menemani Malam Pertama Hingga Payudara Diludahi, Inilah Ritual Pernikahan Teraneh di Dunia

Waktu itu, dua wanita kelas rendah ditelanjangi oleh pejabat Travancore, karena mengenakan pakaian mereka.

Kemudian dua wanita itu digantung di pohon di depan semua orang sebagai peringatan dan pelajaran bagi mereka yang berani melawan aturan.

Hingga kemudian seorang wanita pemberani bernama Nangeli, mengakhiri ketidakadilan ini.

Nona Nangeli dari kelas Ezhava di Kerala adalah salah satu korban pajak mengerikan ini, dia mendatangi petugas bukan untuk membayar pajak.

Tetapi dia memotong payudaranya tepat dihadapan petugas dengan menggunakan sabit, lalu memberikan payudaranya ke pohon pisang dan menyerahkan ke petugas pajak.

Karena kehilangan banyak darah Nageli meninggal, kematian itu memicu pemberontakan besar-besaran, ditambah tekanan dari gubernur Madras memaksa wanita mengenakan pakaiannya tahun 1924.

Tindakan Nageli membuahkan hasil, dia dikenang sebagai "Mulachiparambu" yang artinya negeri wanita berpayudara.

Artikel Terkait