Find Us On Social Media :

Julukan Negeri Terkuat Akhirnya Tumbang, Amerika Umumkan Untuk Pertama Kalinya Negaranya Alami Krisis Ekonomi Terhebat, Pemerintahan Trump Dianggap Amburadul

By Afif Khoirul M, Sabtu, 1 Agustus 2020 | 14:45 WIB

Lagi dan Lagi, Donald Trump Lontarkan Ide Super Gila, Ingin Tunda Pemilu Agar Bisa Jadi Presiden Amerika Serikat Lebih Lama, Begini Caranya!

Intisari-online.com - Julukan Negeri Terkuat Akhirnya Tumbang, Amerika Umukan Untuk Pertama Kalinya Negaranya Alami Krisis Ekonomi Terhebat, Pemerintahan Trump dianggap Amburadul.

Sejauh ini semua orang setuju jika ditanya mengenai manakah negara terkuat di dunia?

Jawabannya pasti akan langsung dialamatkan ke Amerika Serikat.

Ya, bukan rahasia lagi jika negeri Paman Sam menyandang gelar negara adi kuasa karena powernya yang luar biasa.

Hampir semua sektor, Amerika adalah negara terdepan di dunia.

Baca Juga: Seorang Wanita Berkokok Menganggap Dirinya Ayam, Kejang Lalu Sadar Kembali, Ini Penjelasan Dokter tentang Zoanthropy

Akan tetapi julukan itu tampaknya harus tumbang pada tahun ini, karena masalah luar biasa sedang melanda negeri tersebut.

Menurut laporan terbaru 24h.com.vn pada Jumat (31/7/20), ada pernyataan yang menyatakan bahwa Amerika kini dalam kondisi terburuknya.

Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, menegaskan bahwa Amerika dalam krisis ekonomi terhebat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Semua itu disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan kerugian besar bagi semua sektor di negeri Paman Sam.

Baca Juga: Terinfeksi Virus Corona Tak Mempan Bikin Presiden Brasil Jair Bolsonaro Berhenti Remehkan Covid-19, Baru Dinyatakan Negatif Sudah Lakukan Hal Ini

Pada 30 Juli 2020, Amerika Serikat menjadi negara paling terdampak karena Covid-19. Sebanyak 4,6 juta infeksi dengan lebih 155.000 kematian.

Sementara itu, menurut laporan yang dikeluarkan oleh pemerintah AS pada hari yang sama negera itu mengalami krisis ekonomi terburuk sepanjang masa.

Ekonomi Amerika jatuh hingga 32,9 % pada kuartal kedua, ini adalah depersi terhebat yang dialami Amerika.

Pada konferensi pers di hari yang sama Presiden Donald Trump tidak menyerukan tentang penundaan pemilihan umum.

Namun, dia khawatir jika hasil pemilihan akan dicurangi karena melakukan pemungutan suara melalui email.

"Apakah saya ingin mengubah tanggal pemilihan? Tidak, namun saya tidak ingin pemilihan yang curang," katanya pada Reuters.

Baca Juga: Katanya Dunia Dilanda Krisis Ekenomi, Tapi Kekayaan Jeff Bezos Malah Meningkat Rp190 Triliun Hanya dalam Sehari

Pada hari yang sama, mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, lawan Presiden Trump pada 3-11 berikutnya, menyerangnya di Gedung Putih.

Dia menyebutkan laporan ekomoni yang buruk disebabkan oleh pemerintahan Donald Trump yang tidak memadai.

"Jika Presiden Trump bertindak segera dan agresif, puluhan juta pekerjaan tidak akan pernah hilang," katanya.

Namun, Trump menegaskan data itu bukan alat untuk mengukur kekuatan politiknya saat ini.

"Presiden Trump pernah membangun ekonomi yang paling kuat di dunia sebelum diganggu Covid-19 dia akan melakukannya untuk kedua kalinya," kata juru bicara kampanye Trump.

Menurut CNBC, akibat kondisi ekonomi AS yang lemah, mengancam kemampuan presiden untuk dipilih kembali.

Baca Juga: Tetap Tajir Melintir Meski Krisis Corona, Forbes Rilis 10 Konglomerat Dunia pada Paruh Pertama 2020, Bill Gates Dilibas Pembuka Jualan Lapak Online Ini dan Ada yang Sampai Bisa Beli Pulau Pribadi

Sementara itu, menurut Politico kemungkinan Trump terpilih kembali sebagai presiden adalah 0%.

Sejak awal kepercayaan ekonomi Presiden Trump sangat berkurang, dengan 48,1% mendukung dan 48% menentang.

Kondisi ini juga memaksa Donald Trump diambang sasaran serangan politik oleh lawan politiknya, karena pemerintahan dianggap amburadul.