Find Us On Social Media :

Tak Kuat Lagi dengan Busuknya Sistem Penjara Tacumbu, Tahanan Protes dengan Jahit Mulut hingga Lukai Tubuh Sendiri karena Kasus Tak Segera Disidang

By Tatik Ariyani, Jumat, 31 Juli 2020 | 20:46 WIB

Ilustrasi penjara

Tak Kuat Lagi dengan Busuknya Sistem Penjara Tacumbu, Tahanan Protes dengan Jahit Mulut hingga Lukai Tubuh Sendiri karena Kasus Tak Segera Disidang

Intisari-Online.com - Kebanyakan orang tentu tak mau menghabiskan hari-harinya di dalam penjara.

Namun, karena kejahatan yang dilakukannya, seseorang harus menebusnya dengan mendekam di dalam jeruji besi, yang tak jarang harus berdesak-desakan dengan tahanan lainnya.

Penjara Tacumbu di Asuncion, ibu kota Paraguay, Amerika Selatan, ketika dibangun sebenarnya didesain untuk 800 tahanan saja.

Namun nyatanya, penjara itu kini berisi 3.000 orang tahanan yang terkurung dalam tembok besar dan kokoh.

Baca Juga: Ramuan Kunyit Disebut Bisa Kurangi Gejala Depresi, Tapi Perlu Perhatikan Aturan-aturan Berikut

Melansir Daily Mirror, pertama kali dibuka, penjara itu dibuat untuk beberapa kriminal paling berbahaya di Amerika Selatan pada 1956 dan kapasitasnya dengan cepat meningkat sehingga mampu menampung sampai 1.500 tahanan.

Kini, penjara itu dihuni oleh 3.085 pelanggar hukum dan kondisi di dalamnya sangatlah mengerikan.

Kerusuhan banyak terjadi di dalam penjara Tacumbu dengan banyak tahanan terpaksa tidur di lantai dengan kondisi berhimpitan.

Pakaian yang baru dicuci dibiarkan kering di tempat terbuka di antara sel-sel kecil dan para sipir penjara berusaha menjaga perdamaian di dalam bangunan itu dengan keamanan maksimum.

Baca Juga: Tanda-tanda Hamil 26 Minggu, Tekanan Darah Lebih Tinggi, Hati-hati!

Tacumbu, dinamai sesuai dengan distrik tempat dia dibangun, menahan lebih dari 2.000 tahanan yang menunggu persidangan dengan 900 orang lainnya sudah divonis hukuman.

Saking padatnya, ada pemisahan antara narapidana pembunuh dan pemerkosa. Mereka ditempatkan di sisi penjara para tahanan dengan pidana lain yang menunggu persidangan.

Tak hanya soal kepadatan dan kerusuhan, di dalam penjara itu juga santer masalah narkoba karena hanya ada 40 sipir penjara untuk 3.000 tahanan.

Mantan direktur penjara, Jorge Fernandez menyatakan seperti dikutip Insight Crime, "Kami menemukan ganja, kokain dan kokain crack.

Baca Juga: Covid Hari Ini 31 Juli 2020: Penambahan Kasus Baru Tertinggi Tersebar di Berbagai Pulau, Total Kasus Covid-19 Indonesia Tembus 108.376, Berapa yang Sudah Sembuh?

"Kami punya alat baru yang bisa mendeteksi narkoba dengan teknologi tertentu. Namun kami tidak punya alat pindai untuk tahanan laki-laki, kami hanya punya alat pindai untuk tahanan perempuan."

Dia percaya beberapa obat diselundupkan ke penjara karena tahanan dapat menerima makanan dari keluarga mereka sampai jam 7 malam setiap harinya.

Sementara ini berdasarkan pemeriksaan dan pemindaian yang telah dilakukan, Fernandez mencurigai banyak anak-anak dijadikan media dalam kunjungan keluarga untuk menyerahkan zat ilegal tersebut.

Fernandez juga menambahkan bahwa dia khawatir beberapa sipir membantu tahanan menyelundupkan narkoba dan minuman beralkohol ke penjara.

Hanya dalam waktu satu tahun, sebanyak 18 tahanan ditemukan dalam kondisi tewas saat ditahan di Tacumbu - setengah dari mereka yang meninggal terlibat dalam perkelahian dan tidak ada yang mau bertanggung jawab.

Jahit mulut saat mogok makan

Banyak yang melakukan protes ekstrem dalam upaya memperbaiki kondisi dan agar kasus mereka didengar lebih cepat sehingga mereka dapat dipindahkan ke penjara lain.

Saat melakukan mogok makan, beberapa narapidana bahkan menjahit mulut mereka sehingga mereka tidak bisa dipaksa untuk makan ketika sedang melakukan aksi mogok makan yang mengerikan.

Baca Juga: Jijik Dengan Kasus 'Gilang Bungkus Kain Jarik?' 10 Macam Fetish Aneh dan Tidak Masuk Akal Ini Benar Ada di Dunia, Termasuk Fetish Kodok Sampai Pohon

Melansir Reuters, para tahanan protes karena sistem yudisial yang sangat lamban dan persidangan mereka tidak pernah digelar sehingga mereka terus menerus ditahan tanpa adanya vonis.

Selain menjahit mulut mereka, para tahanan juga pernah melukai diri dengan memaku tangan mereka dan serangkaian tindakan mengerikan lainnya agar suara mereka didengar.

Seorang sipir bernama Artemio Vera yang bekerja di Penjara Tacumbu mengatakan,"Banyak kasus para narapidana berakhir di bawah undang-undang pembatasan, sementara yang lain sudah bisa diberikan kondisi yang lebih baik seperti tahanan rumah."

Sementara itu, diketahui bahwa di dalam penjara Tacumbu juga ada sebuah sel mewah yang membuat narapidana yang ingin ditahan di sana untuk membayar biaya lebih besar.

Pada 2016 lalu, seorang gembong narkoba pernah dipenjara di sel mewah tersebut. Namanya Jarvis Chimenes Pavao.

Dia memiliki 3 kamar di sel mewahnya, ruang-ruang itu di antaranya seperti ruang pertemuan konferensi dengan TV layar plasma, sebuah dapur dan perpustakaan.

Di kamar tamunya bahkan terdapat sofa dan meja khusus minum kopi. Di sanalah, Pavao merencanakan pelariannya dari Tacumbu dengan menimbun bahan peledak.

Sel mewah itu pada akhirnya dihancurkan setelah rencana Pavao untuk melarikan diri tercium aparat dan dia dipindahkan ke penjara lain untuk menunggu persidangan atas kasus pencucian uang.

Baca Juga: Kecuali Rela Keluarga Tercinta Jadi 'Tumbal', Rakyat Korea Utara Makin Sulit Membelot, Keluarganya Bisa dapat Hukuman Kejam dari Kim Jong-Un

Miranti Kencana Wirawan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jahit Mulut sampai Lukai Tubuh Sendiri, Aksi Protes Tahanan Penjara Tacumbu karena Kasus Tak Segera Disidang"