Penulis
Intisari-Online.com - Bagi kelompok Islamis Turki, Hagia Sophia kembali dijadikan masjid menandai mimpi lama mewujudkan kembali simbol kejayaan Ottoman.
Itu sepertinya bertentangan dengan ide Bapak Bangsa Turki, yakni Mustafa Kemal Attaturk.
Selama beberapa dekade, citranya telah mendominasi lanskap Turki, matanya yang biru sedingin es menatap ke bawah dari dinding setiap sekolah, rumah sakit, dan lembaga pemerintah.
Bahkan lingkungan paling tenang pun memberi penghormatan kepada lelaki itu, dengan monumen-monumen perunggu besar yang memuliakan masing-masing kemenangan militernya.
Bagi sebagian orang Mustafa Kemal mungkin dianggap berjasa besar, tapi bagi sebagian yang lain dia justru penghancur.
Hal itu lantaran kekhalifahan yang sudah bertahan ratusan tahun hancur olehnya.
Tetapi Mustafa Kemal Pasha Ataturk bukanlah pemimpin biasa.
Dia adalah seorang negarawan yang cerdik dan ahli strategi yang tercecer.
1. Konspirasinya untuk Menjadi Pemimpin dan Mengembangkan 'Kemanilsme'
Dia tidak mengungkapkan kepada publik bagaimana dia akan mengembangkan Turki sampai dia memiliki kekuatan untuk melaksanakan visinya.
Kemudian Atatürk dengan hati-hati membangun dan menggunakan rencana induk, hari ini dikenal sebagai ideologi Kemalis atau Kemalisme.
Percaya pada strategi ini Ataturk dan rekan-rekannya mulai secara terbuka mempertanyakan nilai agama dan berpendapat bahwa agama tidak cocok dengan sains modern dan sekularisme sangat penting bagi modernitas.
Jadi rezim Ataturk mulai langkah demi langkah untuk mengimplementasikan ideologi Kemalis dengan reformasi radikal masyarakat Turki dengan tujuan memodernisasi Turki dari sisa-sisa masa lalu Ottomannya.
2. Mengganti Segala yang 'Berbau Islam'
Sejalan dengan keyakinan ideologis mereka, pemerintah Ataturk menghapus institusi agama Islam; ganti hukum Syariah dengan kode hukum Eropa yang disesuaikan.
Mengganti kalender Islam dengan kalender Gregorian; ganti aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Turki dengan aksara Latin dan menutup semua sekolah agama.
Selain itu Ataturk mengambil alih 70.000 masjid di negara itu dan membatasi pembangunan masjid baru.
Mufti dan imam (pemimpin doa) diangkat dan diatur oleh pemerintah, dan instruksi keagamaan diambil alih oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Masjid-masjid harus dikhotbahkan sesuai dengan perintah Ataturk dan digunakan untuk menyebarkan ideologi Kemalis.
3. Larangan Wanita Memakai Jilbab dan Pria Memakai Fez
Menurut Attaturk, modernitas dihargai dan direpresentasikan sebagai tidak mengenakan pakaian agama apa pun atau tidak beragama.
Jadi dia memesan pakaian apa yang harus dikenakan warga Turki. Pakaian tradisional para pemimpin agama setempat dilarang.
Fez (topi Turki) dilarang untuk pria dan jilbab dan jilbab (jilbab) tidak disarankan dan dibatasi untuk wanita.
Mereka memerintahkan umat Islam untuk menggunakan kata Turki Tanri alih-alih Allah untuk Tuhan dan menggunakan bahasa Turki dalam Sholath (sholat 5 waktu) dan Azaan (seruan sholat).
Perubahan tidak masuk akal ini sangat mengganggu umat Islam yang beriman dan menyebabkan kebencian yang meluas.
4. Menimbulkan Kebencian
Setelah beberapa waktu, rezim Atatürk bergerak ke arah langkah-langkah yang lebih ekstrem.
Ataturk melarang pendidikan agama.
Masjid yang ada diubah menjadi museum atau digunakan untuk tujuan sekuler rezim.
Muslim Turki dan Kurdi yang setia baik mereka Sunni, Syiah atau Sufi tidak berdaya melawan rezim Mustafa Kemal Ataturk dan militernya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari