Find Us On Social Media :

Lakukan Serangkaian Pembunuhan di Eropa Tahun 2018, Rusia Dilaporkan Membayar Militan yang Terkait Taliban untuk Membunuh Pasukan Amerika di Afghanistan

By Tatik Ariyani, Sabtu, 27 Juni 2020 | 08:50 WIB

 

Intisari-Online.com - Para pejabat intelijen AS menilai bahwa agen intelijen militer Rusia membayar militan yang terkait dengan Taliban untuk membunuh pasukan NATO di Afghanistan - yang termasuk pasukan Amerika, menurut laporan New York Times pada hari Jumat.

Pejabat AS menemukan informasi tentang imbalan awal tahun ini. Sebagian dari uang hadiah dikumpulkan oleh militan atau mereka yang terkait dengan mereka, The Times melaporkan.

Melansir Business Insider, Sabtu (27/6/2020), menurut Departemen Pertahanan, pada 2019, 17 tentara AS tewas dalam pertempuran di Afghanistan.

Interogasi terhadap militan dan penjahat Afghanistan menghasilkan informasi yang mengindikasikan bahwa gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Taliban ditawari hadiah dari pasukan Rusia, The Times melaporkan.

Baca Juga: Terdesak Ketegangan dengan China, India Makin Ngotot Miliki Senjata Hebat Buatan Rusia yang Bisa Membuat Negeri Tirai Bambu 'Kebakaran Jenggot'

Para pejabat intelijen percaya imbalan itu melibatkan Unit 29155, cabang dari badan intelijen militer GRU Rusia.

Unit 29155 diyakini terdiri dari bekas pasukan pasukan khusus Rusia.

Unit 29155 disalahkan atas serangkaian upaya pembunuhan di seluruh Eropa, termasuk keracunan pembelot Rusia Sergei Skripal pada 2018.

Salah satu teori yang dikemukakan oleh beberapa pejabat adalah bahwa Moskow mungkin membalas setelah kekalahan memalukan selama pertempuran di Suriah pada tahun 2018.

Baca Juga: Kembali Caplok Wilayah Palestina, Israel Serang Hamas Sebagai Pembalasan Atas Tembakan Roket, Deklarasi Perang Dimulai?

Antara 200 dan 300 tentara bayaran dari perusahaan keamanan yang terkait dengan Rusia tewas dalam pertempuran empat jam di militer pangkalan yang menampung pasukan koalisi yang dipimpin AS.

Tidak jelas apakah Kremlin menyetujui hadiah itu.

Para pejabat Rusia mengatakan mereka tidak mengetahui tuduhan itu, menurut The Times.

Baca Juga: Berita Baik, WHO Sebutkan Dua Kandidat Vaksin Covid-19 Terdepan dan Paling Maju Bernama AstraZeneca dan Moderna

Sementara itu, Presiden Donald Trump diberi tahu tentang penemuan intelijen tersebut, tetapi Gedung Putih belum menanggapinya, kata sumber The Times.

Dewan Keamanan Nasional telah mengembangkan rencana untuk menangani laporan tersebut pada awal Maret - rencana yang termasuk membuat pengaduan atau sanksi diplomatik.

Sebelumnya, pasukan AS menuduh Rusia memberikan bantuan material kepada Taliban dan menumbangkan upaya AS untuk menstabilkan wilayah.

Komandan AS di Afghanistan saat itu Jenderal John Nicholson mengatakan pada 2018, "Jelas, mereka bertindak untuk merusak kepentingan kita."

"Kami memiliki senjata yang dibawa ke markas ini dan diberikan kepada kami oleh para pemimpin Afghanistan dan (mereka) mengatakan, ini diberikan oleh Rusia kepada Taliban," tambahnya.

Administrasi Trump, sebagai perbandingan, telah mengancam Iran dengan pembalasan besar-besaran atas kematian seorang Amerika tunggal dan menuduh Iran terlibat dalam kematian 600 tentara AS di Irak.

Baca Juga: Covid Hari Ini 27 Juni 2020: New Normal, Pemerintah Peringatkan 3 Tempat Ini Berpotensi Jadi Lokasi Baru Penyebaran Virus Corona