Berat Paru-paru Melonjak 3 Kali Lipat, Bukti Bahwa Kematian karena Covid-19 Itu Nyata, Bukan karena Faktor Komorbid Semata

Ade S

Penulis

Hasil otopsi terhadap jasad pasien Covid-19 menunjukkan bahwa kematian karena virus corona bisa terjadi dengan atau tanpa komorbid.

Intisari-Online.com -Selama ini, masyarakat selalu melihat kematian pasien Covid-19 disebabkan oleh penyakit penyerta atau komorbid.

Hal ini pada akhirnya memicu keyakinan lain bahwa bagi mereka yang tidak memiliki penyakit bawaan, memiliki peluang besar untuk selamat.

Namun, beberapa hasil penelitian justru membuktikan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh Covid-19 pada tubuh sangatlah besar.

Kerusakan ini pula yang pada akhirnya bisa menjadi pemicu kematian pada pasien Covid-19, dengan atau tanpa komorbid.

Baca Juga: Human Error Tingkat Parah, Pilot Ini Justru Terbangkan Pesawat Sambil Asyik Membahas Covid-19, Nyawa 97 Orang Jadi Tumbalnya

Hal itu disampaikan oleh Ahli Biologi Molekuler Indonesia Ahmad Utomo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/6/2020).

"Sempat ada klaim yang menghebohkan, tidak ada kematian karena Covid-19. Pasien meninggal karena penyakitnya, tentu ini tidak benar," ungkap Ahmad.

Ahmad menegaskan kematian karena Covid-19 adalah nyata yang telah dibuktikan dari sejumlah studi otopsi terhadap jenazah pasien positif Covid-19.

Baca Juga: Covid Hari Ini 25 Juni 2020: Infeksi 9,5 Juta Jiwa di Dunia, Ribuan Warga Negara Ini Malah Tidak Tahu Sama Sekali Tentang Covid-19, Dianggap Gejala Diare Semata

Virus SARS-CoV-2 merusak organ paru

Sejumlah artikel dan jurnal penelitian telah menunjukkan bagaimana infeksi virus SARS-CoV-2 ini merusak organ paru manusia.

Penjelasan mengenai studi otopsi pasien dengan infeksi virus corona baru ini juga disampaikan Ahmad melalui video Youtube berjudul Bukti Meninggal Karena Covid19? yang diunggahnya pada 24 Juni 2020.

Dalam video itu, Ahmad menjelaskan studi otopsi dilakukan para peneliti di Eropa untuk mengungkapkan bagaimana virus corona ini merusak organ pernapasan hingga menyebabkan kematian.

Berat organ paru pada jenazah pasien Covid-19 ditemukan memiliki massa yang jauh lebih berat dari normalnya.

"Umumnya, berat organ paru sekitar 500 gram, tetapi karena terinfeksi virus SARS-CoV-2 ini, beratnya mengalami kenaikan dua kali lipat menjadi satu sampai 1,5 kilogram," kata Ahmad.

Artinya, ini menunjukkan adanya Diffuse Alveolar Damage (DAD), yakni kerusakan pada alveolar, yang juga pernah ditemukan pada pasien SARS.

Namun, lanjut Ahmad, pada Covid-19 ada spektrum tambahan yang juga menonjol yakni terjadinya coagulopathy, pembekuan pembuluh darah paru.

Baca Juga: Mengerikan, Keganasan Virus Corona Ternyata Baru Akan Dimulai, Siap-siap Menjelang Fase Berbahaya, Karena Indonesia Menjadi Pusatnya!

"Ada yang unik dari studi otopsi di suatu rumah sakit di Eropa. Ditemukan dari 12 jenazah (yang diotopsi), ketika diambil sampel swab dari faring, ditemukan virus di 9 pasien dari 12 pasien tersebut," ungkap Ahmad.

Berdasarkan temuan ini, kata Ahmad, ada 3 pasien yang hasil swab menunjukkan tidak ditemukan RNA virus SARS-CoV-2 di lokasi yang sama.

Kendati demikian, saat organ paru dari ketiga pasien itu dibuka, dan peneliti mengambil sebagian kecil sampel dari paru-paru, ditemukan RNA virus.

Ahmad menjelaskan sangat penting untuk mengetahui virus di daerah faring. Sebab, jika virus tidak ditemukan pada daerah tersebut, maka kemungkinan virus telah pindah ke bawah atau ke organ lain.

"Bahkan, sebagian studi menyebut, di samping menginfeksi organ paru dan jantung, ditemukan juga (virus SARS-CoV-2) di saluran pencernaan," papar Ahmad.

Dua hal unik dari penyakit Covid-19

Ahmad menyebutkan secara molekuler, ada dua hal unik dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona baru ini.

Pascainfeksi virus SARS-CoV-2, akan timbul banyak bungkus lendir di dalam rongga alveolus yang akan menyulitkan pasien saat bernafas.

Baca Juga: Bayi 10 Bulan Positif Covid-19 Setelah Diajak Melayat oleh Orangtuanya hingga Diciumi Banyak Orang: Ini Bahayanya Bila Bayi Dicium Sembarangan, Bisa Sebabkan Kematian

"Di samping itu ada juga pembekuan darah di sistem vaskuler. Kombinasi terbentuknya lendir dan pembekuan darah ini, yang akan menjadi masalah bagi pasien Covid-19," ungkap Ahmad.

Studi otopsi telah banyak dilakukan para peneliti di dunia, dengan menggunakan sampel dari 12 jenazah pasien Covid-19. Bahkan, studi terbaru menggunakan sampel dari 37 jenazah pasien penyakit ini.

Pasien-pasien yang diotopsi tersebut memiliki berbagai riwayat penyakit penyerta, seperti diabetes, penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

"Dari hasil otopsi diketahui masalahnya, (yaitu) ternyata paru-paru adalah organ yang paling terdampak (infeksi virus corona SARS-CoV-2)," ungkap Ahmad.

Hasilnya, dari otopsi yang dilakukan, kata Ahmad, peneliti menemukan kesamaan antara pasien yang meninggal akibat Covid-19 dengan kematian akibat SARS, virus corona pertama yang mewabah beberapa tahun silam.

Menurut Ahmad, studi otopsi terhadap jenazah pasien Covid-19 ini sangat penting untuk dipelajari. Sebab, dengan demikian dapat memberikan manfaat terhadap perawatan untuk mengobati penyakit Covid-19 ini.

(Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kematian Covid-19 Tak Hanya karena Komorbid, Otopsi Tunjukkan Kerusakan Paru".

Artikel Terkait