Penulis
Intisari-online.com - Bukan rahasia lagi jika di Thailand, banyak pria yang mengubah dirinya menjadi transgender, mereka biasanya disebut dengan ladyboy.
Ladyboy Thailand pada umumnya mengubah bentuk tubuhnya sangat mirip dengan wanita asli, bahkan mereka juga mengubah bentuk tubuh hingga organ intimnya.
Namun, di balik penampilannya yang terlibat menawan bak wanita sungguhan ternyata ada banyak fakta tak terduga yang sedikit kita ketahui.
Melansir Eva.vn, kehidupan seks wanita transgender sangat berbeda pada umumnya.
Sebelum mereka menjalani operasi pergantian alat kelamin, mereka masih bisa melakukan hubungan intim dengan normal.
Sementara bagi mereka yang yang sudah melakukan operasi pergantian alat kelamin, hubungan seksual mereka tidak akan normal lagi.
Walaupun banyak orang mungkin menduga ladyboy Thailand setelah operasi organ intim akan bertindak sebagai wanita ketika berhubungan intim.
Faktanya tidak sesederhana itu, mereka harus mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa.
Menurut keteragan, organ intim ladyboy Thailand tidak memiliki mekanisme buka tutup seperti wanita normal.
Sehingga hal itu bisa menyebabkan penularan penyakit seksual dengan tingkat penularan tinggi.
Pong Katun, seorang ladyboy Thailand ceritakan pengalamannya sebagai seorang transgender di Bankok.
Dia mengatakan setelah melakukan operasi alat kelamin, dia memiliki banyak kesulitan dalam berhubungan intim.
Pong harus menggunakan pelumas karena organ intimnya tidak bisa mengeluarkan cairan seperti wanita normal.
Setelah selesai berhubungan intim, 'area intimnya' muncul mengeluarkan bau tidak menyenangkan dan membuatnya sedikit tersiksa.
Baca Juga: Manfaat Menambahkan Segelas Jus Daun Ketumbar untuk Diet Harian Anda
Setelah terus menerus mengalami hal itu, dia baru sadar ternyata dia terinfeksi penyakit seksual sejak lama.
Tidak hanya itu, siksaan lain bagin para ladyboy Thailand adalah ketika adanya wajib militer.
Hukum Thailand mewajibkan semua pria baik transgender maupun pria normal untuk mengikuti wamil.
Setiap kali wajib militer dilaksanakan, para ladyboy cantik akan berjejer antre untuk mendapatkan formulir pendaftaran.
Bagi ladyboy ini adalah mimpi buruk, setelah dipanggil mereka disuruh melepaskan pakaian mereka seperti pria pada umumnya.
Menurut Jetsada Taesombat, direktur eksekutif dari Alliance for Transgender Rights di Thailand, mengatakan, "sebagian besar transgender merasa tersiksa, stres dan gugup saat wajib militer."
"Mereka harus melepaskan pakaiannya, kemudian dilihat banyak orang," katanya.
Hanya wanita transgender yang mengalami cacat fisik saja yang dibebaskan dari wajib militer, sementara mereka yang sehat harus menjalani wajib militer selama 2 tahun.
Sebelum menjadi transgender mereka harus menjalani penderitaan tak terhitung jumlahnya.
Mulai dari menyuntikkan hormon wanita, kemudian pada operasi pertama mereka harus mengubah banyak hal supaya mirip dengan wanita asli.
Hanya dokter yang berpengalaman yang bisa mengubahnya secara utuh, mereka para ladyboy juga harus mengorbankan umur mereka dan hidup dengan hormon sepanjang hidupnya.
Menurut penelitian, transgender memiliki harapan hidup hingga 20 tahun di bandingkan dengan manusia normal.