Putus Asa Bisnisnya Gagal Karena Covid-19, Pengusaha Ini Nekat Pinjam Uang Untuk Sewa Pembunuh Bayaran untuk Membunuh Dirinya Sendiri

Mentari DP

Penulis

Pada 10 Juni 2020, polisi menemukan mayat Bansal tergantung di pohon di daerah luar Najafgarh di New Delhi.

Intisari-Online.com - Banyak orang yang terkena dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).

Salah satunya para pengusaha.

Sebab, pemerintah meminta warganya untuk tetap di rumah dan bekerja dari rumah.

Bahkan beberapa sektor terpaksa ditutup sementara sampai keadaan membaik.

Baca Juga: Berpaku dan Terbuat dari Besi, Viral Foto Alat Pukul yang Diduga DigunakanTentara China untuk Pukuli Tentara India

Contohnya pengusaha ini.

Dilansir dariodditycentral.com pada Jumat (19/6/2020), seorang pengusaha bernamaGaurav Bansal dari New Delhi, India,mengoperasikan toko ransum.

Ransum adalahmakanan pra-saji atau makanan kaleng yang mudah disiapkan dan dimakan.

Tapi karena Covid-19, dia tidak bisa bekerja.

Akibatnya dia berada di bawah tekanan karena menanggung bebankeuangan yang sangat besar.

Baca Juga: 24 Tahun Dipenjara, Ternyata Kakak Adik Ini Jadi Korban Salah Tangkap, Dapat Uang Kompensasi Rp27 Triliun, 'Uang Itu Tak Bisa Mengembalikan Waktu Kami'

Kondisi bisnisnya yang buruk telah membuatmental pria berusia 40 tahun itu jatuh dan membuatnya depresi.

Ketika melihat tidak ada harapan, Bansal mengambil pinjaman pribadi sebesar 7.900 US Dollar (Rp112 juta).

Uang pinjaman itu bukan untuk menghidupi dirinya selama pandemi, tetapi berencana untuk membunuh dirinya sendiri.

Dia awalnya bermaksud mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara bunuh diri.

Tetapi dia tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melakukannya.

Oleh karenanya, dia menghubungi empat orang untuk membunuhnya.

Pada 10 Juni2020, polisi menemukan mayat Bansal tergantung di pohon di daerah luar Najafgarh di New Delhi.

Tapi polisi tidak melihat adanya bunuh diri.

Sebabtangannya telah diikat, sehingga kasus ini masuk ranah kasus embunuhan terdaftar dan penyelidikan pun dimulai.

Menurut wakil komisaris A Koan, satu dari empat orang yang disewa oleh Bansal untuk membunuhnya adalah seorang remaja dan berhasil dilacak.

Dia berhasil dilacak karena datanya ada dalam catatan panggilan dan aktivitas media sosialGaurav.

Baca Juga: Panik, Diterjang Ribuan Kasus dalam Sehari, Puluhan Rumah Sakit di AS Kehabisan Tempat Tidur untuk Pasien Covid-19

Lantas di remaja itu mengaku melakukan pembunuhan itu bersama tiga kaki tangan lainnya yang diidentifikasi sebagai Suraj (18) yang seorang siswa, Manoj (21) yang orang pedagang sayur, dan Sumit (26) yang seorang penjahit.

Selama interogasi, terdakwa mengakui pembunuhan itu, mengklaim bahwa Gaurav telah meyakinkan mereka bahwa mereka akan melakukan kebaikan padanya.

Sebab dia memang ingin mati dan keluarganya akan menerima sejumlah uang asuransi yang sangat dibutuhkan.

Awalnya, mereka berencana menembaknya, tetapi seorang pedagang senjata menolak untuk menjual pistol kepada remaja itu.

Kemudian Bansal sendiri diduga membawa tali dan menyarankan agar mereka menggantungnya.

Dia membayar merekasebesar1.200 US Dollar (Rp17 juta) yang dibagi empat di antara mereka sendiri.

“Bansal telah mempekerjakan bocah kecil itu untuk membuat dirinya terbunuh."

"Bocah itumengikatBansal. KemudianSuraj dan Sumit melaksanakan pekerjaan itu."

"Bansal juga telah memberi uang kepada orang-orangtersebut."

"Mereka telah mengungkapkan bahwa Bansal telah memberi tahu mereka bahwa keluarganya akan mendapatkan uang asuransi jika mereka membunuhnya."

Baca Juga: Rincian Brutal Tentang Bentrokan Sengit antara Tentara India dan China, Karena Tak Pakai Senjata Api, Ini Penyebab Kematian Para Tentara

A Koan mengatakan kepada kantor berita ANI, menambahkan bahwa korban telah bertemu remaja tersebut di media sosial.

Pada hari eksekusi, Gaurav pergi ke Mohan Garden untuk menemui para pembunuhnya dan memilih tempat di mana dia akan digantung.

Ketika saatnya tiba, dia meminta keempat pembunuh itu untuk mengikat tangannya, menyimpan ID-nya di dalam bopengnya untuk memastikan tubuhnya mudah dikenali, dan akhirnya mengalihkan panggilan teleponnya ke nomor saudara iparnya.

Saat ini, investigasi masih berlangsung.

Baca Juga: Sering Klaim Kebudayaan Indonesia, Kini Giliran Kebudayaan Malaysia yang Diklaim Negara Tetangganya, Bahkan Amarah Warga Malaysia Tak Digubris, Kena Karma?

Artikel Terkait