Setelah Ledakan Gedung Antar-Korea, Korea Utara Kirim Tentara ke Perbatasan, Kesepakatan Damai dengan Korea Selatan Batal?

Mentari DP

Penulis

Korea Utara tidak main-main untuk membatalkan kesepakatan perdamaian yang dicapai dengan Korea Selatan.

Intisari-Online.com - Pada Rabu (17/6/2020), Korea Utara (Korut) mengatakan akan mengirim tentara ke lokasi-lokasi kerja sama antar-Korea yang sekarang tertutup.

Di mana mereka memasang pos penjagaan danmelanjutkan latihan militer di daerah-daerah garis depan.

Dilansir dari nypost.com pada Kamis (18/6/2020), ini adalah bukti bahwa Korea Utara tidak main-main untuk membatalkan kesepakatan perdamaian yang dicapai dengan Korea Selatan (Korsel) pada September 2018 lalu.

Baca Juga: Sudah Dilarang Karena Covid-19, Pasar Khusus Daging AnjingMalah Ramai Dikunjungi,Tampak Anjing-anjing di Sana Disembelih, Dimasak, hingga Digantung

Selain itu, ini juga bentukterbaru dari serangkaian provokasi yang dilakukan Korea Utara.

Di mana sikap ini yakini para ahli sebagai langkah-langkah untuk menekan Seoul dan Washington di tengah negosiasi nuklir yang macet.

Sebelumnya, pada hari Selasa (15/6/2020), Korea Utara menghancurkan kantor penghubung antar-Korea yang kosong di wilayahnya.

Meskipun tindakan Korea Utara itu tidak mengarah ke bentrokan atau pertumpahan darah, tapi tetap saja itumenimbulkan ketegangan di semenanjung.

Baca Juga: Salip Singapura, Kini Indonesia Jadi Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Asia Tenggara, Nomor 30 di Dunia

Pada saat ini, kondisinya seperti ketika Pyongyang memasuki pembicaraan nuklir pada 2018.

Staf Umum Korut mengatakan unit-unit militer akan dikerahkan ke resor Gunung Diamond dan kompleks industri Kaesong, keduanya di utara perbatasan yang dijaga ketat.

Dua tempat itudibangun dengan pembiayaan Korea Selatan dan telah ditutup selama bertahun-tahun karena perselisihan antar-Korea dan sanksi yang dipimpin AS.

Di daerah perbatasan tersebut, mereka akan meningkatkan kesiapan militer, serta membuka situs garis depan untuk menerbangkan balon propaganda ke Korea Selatan.

Jika Korea Utara benar-benar berniat mengakhiri kesepakatan antar-Korea untukmenurunkan ketegangan militer di areaperbatasan, bagaimana reaksi Korea Selatan?

Militer Korea Selatan menyatakan penyesalannya atas pengumuman Korea Utara.

Di mana mereka juga memperingatkan bahwa Korea Utara akan menghadapi konsekuensi yang tidak ditentukan jika melanggar kesepakatan pada 2 tahun lalu tersebut.

Baca Juga: Tak Main-main dengan Ancamannya hingga Ledakkan Gedung di Korsel, Kim Yo Jong Diklaim Lebih Kejam dari Sang Kakak, Ayah, dan Kakeknya

Mayor Jenderal Jeon Dong Jin di Kepala Staf Gabungan mengatakan kepada wartawan bahwa Korea Selatan sudah menjaga kesiapan militer.

Mereka juga akan berusaha untuk mencegah meningkatnya ketegangan militer.

Wakil Menteri Unifikasi Suh Ho memperingatkan agar tidak menghancurkan aset Korea Selatan yang tetap ada di dua lokasi kerja sama.

Di bawah perjanjian 2018, kedua negara yang bersaudara itu menghentikan latihan penembakan langsung, menghapus beberapa ranjau darat, dan menghancurkan pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan paling bersenjata di dunia.

Beberapa ahli berpendapat langkah itu merusak keamanan Korea Selatan lebih dari Korea Utara karena persenjataan nuklir Pyongyang tetap utuh.

Cheong Seong-Chang, seorang analis di Sejong Institute,mengatakan kemunduran hubungan antara Korut dan Korsel sekarang "tidak dapat dihindari" lagi.

Bukan tidak mungkin Korea Selatan kembali melakukanlatihan militer bersama dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: Padahal Sudah Dapat Diskon, Nyatanya Malaysia Hanya Bisa Tebus2 Jet Tempur Kelas Rendah JF-17 Thunder, Kalah dari Myanmar yang Langsung Beli 3 Unit!

Sementara beberapa analis melihat provokasi Korea Utara sebagai upaya untuk mendapatkan konsesi dari Washington dan Seoul pada saat perekonomiannya.

Mungkin perekonomian Korut memburuk karena pandemi virus corona.

TapiKantor Berita Korea Utara resmi pada hari Rabu mengatakan bahwa tindakan baru-baru ini diambil untuk membalas kegagalan Korea Selatan untuk mencegah aktivis dari mengambang selebaran propaganda melintasi perbatasan.

Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, secara terpisah mengungkapkan bahwa Korea Utara telah menolak tawaran baru-baru ini oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk mengirim utusan khusus ke Pyongyang untuk meredakan ketegangan.

Kim Yo Jong, yang telah mempelopori retorika Korea Utara baru-baru ini terhadap Korea Selatan, menyebut Moon menawarkan "lelucon kecil" dan "trik" untuk mengatasi krisis.

Dia juga mengecam desakan Presiden Moon untuk kembali ke perundingan dan menemukan terobosan baru demi kedua negara.

Baca Juga: Sebut Korsel 'Anjing Kampung' dan 'Boneka Amerika Serikat', Jadi Alasan Korea Utara Hancurkan Gedung Penghubung Korsel-Korut

Artikel Terkait