Penulis
Intisari-online.com - Saat ini wabah Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, beberapa negara melakukan kebijakan untuk melakukan isolasi mandiri.
Seperti diketahui, sama halnya dengan Indonesia, beberapa pasien yang menderita Covid-19 namun tidak memiliki gejala berat biasanya akan di sarankan untuk isolasi mandiri.
Hal itu dilakukan untuk mencegah rumah sakit mengalami lonjakan pasien secara ekstrem.
Namun, ada sebuah negara yang justru menerapkan hal itu memiliki dampak yang cukup fatal.
Melansir Daily Mirror pada Senin (8/6/20), di Inggris mayat-mayat ditemukan dalam kondisi membusuk, setelah mereka meninggal karena virus corona.
Dokter mengungkapkan mereka ditemukan rata-rata sekitar 2 minggu setelah isolasi mandiri di rumah.
Namun, sebagian adalah orang tua yang memang merasa takut untuk memeriksakan diri ke rumah sakit.
Mereka adalah orang-orang yang rentan terhadap virus ini karena sudah lansia.
Akibatnya mereka memilih untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya, namun hal itu justru membuatnya berakhir tragis.
Bahkan kasus semacam ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, ratusan orang di Inggris ditemukan dalam kondisi semacam ini.
Dr Mike Osborn, ketua komite investigasi kematian di Royal College of Pathologist, mengatakan pada The Guardian, "Orang-orang yang terbaring belum ditemukan selama 14 hari."
"Saya telah melihat banyak kasus seperti ini, di mana tubuhnya ditemukan membusuk akibat Covid-19," katanya.
"Setelah melakukan postmortem ditemukan mereka sebagian besar meninggal terkena Covid-19 namun juga memiliki riwayat penyakit lain," imbuhnya.
Sebagian besar ditemukan sudah membusuk, namun ada yang gagal diidentifikasi penyebab kematiannya.
Puluhan kasus semacam ini telah terjadi di kota London.
Laporan lain mengatakan, 700 kasus kematian serupa terjadi di rumah-rumah di London, penyebab kematiannya dikonfirmasi karena virus corona.
Caroline Abraham, direktur amal dari Age UK, mengatakan, "Ini juga menjadi perhatian NHS, telah melihat penurunan yang signifikan, dalam kondisi serius mereka tidak mencari bantuan."
Kasus ini dialami oleh lansia yang hidup sebatang kara, korban memiliki masalah kesehatan lain, sementara lainnya menderita penyalahgunaan zat.
Profesor Martin Marshall, kepala Royal College of GPs mengatakan, pandemi ini menciptakan epidemi kesepian, dan sayangnya beberapa orang akan jatuh karenanya.
Dia menambahkan, dokter menemukan banyak orang menyerah pada kondisinya, termasuk memiliki serangan jantung dan penyakit lainnya.
"Jika orang memilih untuk tidak mencari bantuan medis, untuk penyakit non-Covid, karena takut tertular virus, atau karena mereka merasa khawatir, ini sangat memprihatinkan," katanya.
Kematian dalam kondisi ini juma membuatnya sedikit terdeteksi, sehingga membuat penurunan kematian yang dilaporkan menurun, faktanya masih ada orang-orang yang meninggal di luar bantuan medis.
Departemen Kesehatan mengatakan jumlah korban yang meninggal akibat Covid-19 sekitar 40.542 orang, namun sumber lain mengatakan, jumlah sebenarnya sudah melebihi 50.000 kematian.