Penulis
Intisari-Online.com - Perang tentu berisi kemenangan dan kekalahan. Namun satu kekalahan bisa 'menghancurkan' banyak kemenangan lainnya.
Hal itu dialami oleh Letnan Jenderal Dan Haluts, yang pernah menjabat sebagai KepalaKepala Staf Angkatan Bersenjata Israel ini.
Bahkan, ia dianggap sebagai tokoh militer yang paling bertanggungjawab terhadap gagalnya serbuan Israel ke Lebanon (2006), hingga diminta untuk mundur dari jabatannya kala itu.
Sejumlah jenderal yang merupakan bawahan Halutz dan turut serta dalam operasi militer itu menyatakan malu atas kekalahan Israel saat itu.
Kelompok oposisi Israel yang dari semula mengecam serbuan itu bahkan menuntut Haultz mengikuti langkah anak buahnya yang banyak mundur dari jabatan Kastaf.
Namun, Halutz yang merupakan militer tulen dan sudah beberapa kali menjalani misi tempur tentu tak mau mundur begitu saja.
Apalagi mantan Kepala Staf Angkatan Udara Israel, yang pernah menembak jatuh tiga pesawat musuh, itu sudah menganggap Hizbullah sebagai kanker yang bercokol di Lebanon.
Baginya, kelompok tersebut harus disingkirkan.
Dan Halutz, yang lahir di Hagor pada tahun 1948, berasal dari keluarga campuran Iran-Yahudi. Perjalanan karier militernya terbilang sangat mulus.
Pada 1966, ia bergabung dengan Israeli Air Force (IAF), khususnya Skadron F-4 Phantom.
Ketika perang Yom Kippur (1973) berkobar, Halutz melancarkan lebih dari 43 misi tempur dan berhasil merontokkan tiga pesawat musuh melalui dog fight.
Tahun 1978, Halutz sempat meninggalkan Israel Defence Force (IAF), tapi pada tahun 1982 IAF kembali memanggilnya untuk berlatih menerbangkan jet tempur F-16.
Karirnya di IAF terus menanjak. Pada 1993 ia berhasil meraih pangkat brigadir jenderal.
Enam tahun kemudian pangkat mayor jenderal disandang Halutz dan menjabat komandan Operation Wing IDF.
Tahun 2000, Halutz memangku jabatan Kepala Staf IAF dengan tugas utama menumpas pimpinan Hizbullah di Lebanon lewat serangan udara.
Tugas menumpas pimpinan Hizbullah itu dilaksanakan Halutz pada tahun 2002.
Pesawat-pesawat pembom IAF yang menyerbu Lebanon berhasil menghajar bunker pimpinan Hizbullah Salah Sahade, dan berhasil menewaskan pejuang militan itu.
Meski begitu, aksi pengeboman tersebut mendapat kecaman internasional lantaran mengakibatkan kematian 14 warga sipil.
Bagi Israel, apa yang telah dilakukan IAF untuk membunuh sejumlah pimpinan pejuang Hizbullah ternyata dianggap berhasil.
Halutz pun naik pangkat menjadi letnan jenderal serta menjabat sebagai Kepala Staf IDF mulai Februari 2005.
Perang Israel-Hizbullah yang meletus sesungguhnya cerminan ambisi Halutz untuk menghabisi para pejuang Hizbullah yang dianggapnya kanker tadi.
Namun, jenderal-jenderal bawahan Halutz ternyata dianggap kurang ganas dibanding aksi yang pernah dilancarkan Halutz.
Akibatnya Israel harus mengakui kekalahan pahit karena tak mampu membendung perlawanan Hizbullah.
Dan Halutz bahkan tak mampu menolak ketika PM Israel Ehud Olmert memberikan izin untuk mengusut kasus kekalahan Israel itu. (Moh Habib Asyhad/Intisari-Online)