Korea Utara Mati-matian Terus Kembangkan Senjata Nuklir, Terungkap Inilah Obsesi Besar Kim Jong-Un Selama Ini

May N

Penulis

Intisari-online.com -Kim Jong-Un telah memimpin Korea Utara selama 9 tahun sejak tahun 2011 silam.

Diktator dan 'Pemimpin Agung' itu mencapai headline berita setelah ia menghilang dua kali selama beberapa minggu sejak April lalu.

Banyak yang berspekulasi jika ia telah meninggal saat operasi penyakit jantungnya dan klaim tersebut tidak dibantah oleh Korea Utara.

Adik perempuannya, Kim Yo-Jong dianggap sebagai penerus Kim Jong-Un sampai ia muncul lagi.

Baca Juga: India Jadi Negara dengan Kasus Virus Corona Terbanyak di Asia, Ada 9.887 Kasus Baru dalam 1 Hari dan Lebih dari 1.500 di Antaranya Anak di Bawah Usia 12 Tahun

Sembilan tahun memerintah Korea Utara, ia kembangkan program pengembangan nuklir.

Ia tetap lakukan itu meskipun mendapat ancaman dari Barat bahkan sanksi dari PBB.

Saat ini diyakini ia memiliki 20-30 misil nuklir sebagai senjatanya.

Ia juga masih punya bahan untuk membuat 60 misil nuklir lagi.

Baca Juga: Terus Tebar Ancaman Terkait dengan Pembelot yang Mereka Sebut 'Anjing Sampah' ke Korsel, Korut Janji Bakal Bikin Negara Tetangganya Itu Menderita

Menariknya, meskipun ia punya cukup senjata untuk mulai perang dunia, ahli Korea Utara menyebutkan bahwa Kim Jong-Un tidak punya niatan untuk tembakkan senjata-senjata tersebut.

Dikutip dari Express.co.uk, Chris Mikul mengatakan ia curiga ada kebohongan bahkan motif penuh dosa yang membuat Kim Jong-Un terus-terusan membuat program nuklir.

Kim Jong-Un adalah pemimpin ketiga dari negaranya, meneruskan Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il.

Kim Jong-Un diyakini menjadi pimpinan Korea Utara paling liberal saat ini, yang mana terjadi karena ia dididik di luar negeri.

Baca Juga: Sudah Jaga Jarak, Pakai Masker, dan Cek Suhu, Nyatanya Puluhan Siswa SD Langsung Positif Covid-19, Padahal Baru 1 Hari Masuk Sekolah Kembali

Kim Jong-Un habiskan beberapa tahun belajar di Swiss, berteman dengan beberapa orang dan mencintai video games dan basket.

Mikul mengatakan, "ia lama-lama menjadi terpengaruh budaya barat, sehingga bisa dilihat betapa besar perbedaannya dengan pendahulunya.

"Menurutku banyak tanda jika ia merupakan karakter penuh kebaikan, karena dalam hati ia berbeda...tapi meski begitu ia masih diktator yang brutal."

Mikul, yang menulis 'My Favourite Dictators' tahun lalu, membantah jika Kim Jong-Un dapat menjadi pemimpin Korea Utara paling sukses.

Baca Juga: Bersekongkol dengan Korea Utara, China Tertangkap Basah Melakukan Rapat Rahasia Korut, Inilah yang Mereka Rencanakan

Ia tambahkan karena tidak ada yang mau melihat kesuksesannya sebagai diktator, dan masih banyak hal yang akan terjadi lebih buruk jika ia meninggal dunia.

"Ia punya senjata nuklir sekarang, ia memang menjadi Kim paling sukses karena ia berhasil lakukan tujuan yang ingin mereka kejar sejak tahun 60-an.

"Alasan mereka ingin punya senjata nuklir adalah mereka tahu jika itu adalah kebijakan jangka panjang yang akan tetap menjaga rezim mereka selamanya.

"Namun menurutku, ia tidak akan menembakkannya karena akan berakhir menjadi kerusakan di Korea Utara.

Baca Juga: Obat Tradisional Penurun Panas pada Anak, Berendam di Cuka Sari Apel

"Jadi bagus baginya untuk tidak menembakkan dan memulai perang dengan nuklir mereka."

Maret tahun ini, Korea Utara telah lakukan tes misil ke-147 sejak 1984 di bawah kepemimpinan 3 pemimpin.

Kim Jong-Un sendiri telah lakukan 119 tes misil, paling banyak dibandingkan kedua pemimpin sebelumnya dan beberapa tes dianggap ancaman besar bagi Amerika.

John Hyten, pejabat kelas 2 di Pentagon, menyatakan pemimpin Korea Utara kembangkan program misil baru "secepat orang-orang di planet ini".

Baca Juga: Dibuat Khusus Untuk Eksekusi Mati, Inilah Penjara Mengerikan yang Bisa Eksekusi Mati Narapidananya Kapan Saja

Ia mengklaim mereka belajar dari kesalahan pihak lain dan mencoba membuat keuntungan dari program misil, yang dia klaim dapat sebabkan bahaya di seluruh dunia.

Walaupun dianggap Amerika sebagai ancaman, Mikul yakin senjata nuklir memiliki arti lebih simbolis bagi Korea Utara.

Jika Kim Jong-Un meninggal, ia takutkan akan lebih banyak risiko muncul dari dalam negara itu karena belum ada "penerus resmi" yang disebutkan.

Jika itu terjadi, akan ada perebutan kekuasaan di antara pejabat tinggi Korea Utara, dan bisa runtuhkan rezim tersebut.

Baca Juga: Duduk Sendirian di Stasiun Sambil Menangis Setelah Dipukuli dan Diusir Anaknya, Nenek 70 Tahun Ini Akhirnya Diadopsi Pengusaha

Mikul juga mengatakan, jika Kim Jong-Un meninggal maka akan ada ratusan atau ribuan warga Korea Utara melarikan diri, sebabkan kekacauan di China, Korea Selatan dan Rusia.

"Sehingga mungkin lebih baik miliki Kim Jong-Un sebagai pemimpin meskipun ia diktator yang brutal. Ekonomi lebih baik saat ia pimpin negara itu."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait