Penulis
Intisari-Online.com - Kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam AS, menimbulkan kemarahan publik.
Floyd meninggal setelah ditindih lehernya oleh seorang polisi dengan lutut.
Video peristiwa memilukan yang menimpa Floyd pun beredar luas dan menjadi viral.
Belakangan kematian Floyd menjadi perbincangan, juga memicu demo besar-besaran di AS.
Sementara itu, keluarga meminta dilakukannya otopsi independen dan baru-baru ini dokter mengumumkan hasilnya.
Melansir Mirror.co.uk (1/6/2020) dokter telah memutuskan bahwa kematian George adalah pembunuhan, dia meninggal karena 'asfiksia mekanik'.
Ya, apa yang terjadi kepada Floyd bukan hanya sekedar dibekuk polisi, melainkan melibatkan cara yang serupa 'pembunuhan'.
Dr Michael Baden, salah satu dokter yang melakukan otopsi atas perintah keluarga Floyd, mengatakan selama konferensi pers di Minneapolis bahwa almarhum tidak memiliki kondisi medis yang mendasari yang berkontribusi pada kematiannya.
Dr Baden mengatakan kematian Mr Floyd disebabkan oleh tekanan di leher pria itu dan oleh lutut dua petugas di punggungnya.
Ini merampas oksigen tubuh 46 tahun dan menyebabkan 'kompresi leher dan punggung yang menyebabkan kurangnya aliran darah ke otak'.
Pengacara Ben Crump dan co-penasihat Antonio Romanucci, yang mewakili keluarga Floyd, mengumumkan temuan otopsi pada Senin sore.
Tim hukum keluarga menyewa Dr Michael Baden dan Dr Allecia Wilson untuk melakukan otopsi independen setelah kematian Floyd minggu lalu.
Baca Juga: Ini 4 Alasan Diabetesi Menggunakan Manfaat Biji Kelor untuk Diabetes
Ahli patologi mengatakan tekanan yang terus-menerus diterapkan pada leher Mr Floyd oleh petugas Derek Chauvin menghentikan aliran darah ke otaknya.
Berat yang diletakkan di punggung Mr Floyd juga menghambat kemampuannya untuk bernapas.
Juga diputuskan bahwa kematiannya serupa dengan pembunuhan.
"George meninggal karena dia membutuhkan nafas. Saya mohon kita semua untuk mengambil nafas demi keadilan, untuk mengambil nafas untuk perdamaian, untuk mengambil nafas untuk negara kita dan untuk mengambil nafas untuk George," kata Crump.
Dalam rilis yang dikirim melalui email, Dr Baden mengatakan: "Apa yang kami temukan konsisten dengan apa yang dilihat orang.
"Tidak ada masalah kesehatan lain yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada kematian. Polisi memiliki kesan keliru bahwa jika Anda dapat berbicara, Anda dapat bernafas. Itu tidak benar."
Setelah dijepit ke tanah oleh polisi, Floyd, 46, tewas dalam tahanan polisi.
Dalam menit-menit menjelang kematiannya, Floyd berkata, "Saya tidak bisa bernapas."
Baca Juga: Kedoknya Sih Resor Pantai Mewah, Tapi Israel Ternyata Telah Selundupkan 7.000 Orang Yahudi di Sudan
Para pengunjuk rasa telah turun ke jalan-jalan di kota-kota di seluruh dunia, termasuk London, New York dan Los Angeles, di tengah kemarahan atas kematian Floyd.
Termasuk penyanyi Adele yang menyuarakan mengutuk kekerasan hang dilakukan polisi terhadap warga kulit hitamn Floyd.
Adele berbagi foto Mr Floyd dan menyerukan gerakan melawan kekerasan polisi untuk tidak 'berkecil hati, dibajak atau dimanipulasi sekarang'.
Dia menulis di Instagram : "Pembunuhan George Floyd telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia, ada banyak orang lain yang belum.
"Protes dan pawai terjadi di seluruh dunia secara bersamaan dan hanya mendapatkan momentum.
"Jadi marahlah dengan benar tetapi tetaplah fokus! Tetaplah mendengarkan, teruslah bertanya dan terus belajar!"
Adele menambahkan: "Penting bagi kita untuk tidak berkecil hati, dibajak, atau dimanipulasi saat ini.
"Ini tentang rasisme sistematis, ini tentang kekerasan polisi dan ini tentang ketidaksetaraan.
"Dan ini bukan hanya tentang Amerika! Rasisme hidup dan sehat di mana-mana."
Petugas yang difoto dengan lutut di leher Floyd, Derek Chauvin, ditangkap dan ditahan pada hari Jumat.
Akibat perbuatannya, dia dituduh melakukan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan berencana.