Beruntung, ada seseorang yang ingin membeli es cincaunya tersebut. Hasanudin pun menolak seraya menjelaskan bahwa barang dagangannya itu telah rusak dan tidak layak konsumsi.
Sang pembeli pun tetap membeli minuman lainnya yang juga dijual oleh Hasanudin yakni es nanas sebanyak dua bungkus seharga Rp 10 ribu. Tak disangka, sang pembeli kembali memanggil Hasanudin dan memberinya Rp 300 ribu. Jumlah yang selama ini dicarinya untuk sang anak.
Saat itulah, ia merasa sangat terharu. Hasanudin merasa Allah telah menolongnya saat dirinya membutuhkan.
Ia kemudian teringat akan gaji Rp 100 juta yang dulu didapatnya. Hasanudin merasa bahwa uang sebesar Rp 300 ribu yang diperolehnya saat itu nilainya lebih besar dari Rp 100 juta saat ia masih menjadi seorang manajer.
Ada sebuah kepuasan batin yang membuatnya untuk bersyukur.
“Saya buka uangnya pas Rp300 ribu. Ya Allah saya sedih, Allah itu sering tolong saya. Allah tolong saya, saya jadi ada uang untuk beli sepatu anak saya. Allah tolong saya terus. Dulu saya dapat gaji Rp100 juta, sekarang nilainya dari itu,” ucapnya dalam video tersebut.
Kisah Hasanudin di atas, merupakan sebuah fase kehidupan yang bergerak seperti perputaran roda nasib.
Dari seorang manajer dengan gaji ratusan juta, ia kini hidup sederhana sebagai penjual es cincau.
Meski demikian, hal tersebut tetap disyukuri oleh Hasanudin karena membuat dirinya lebih tenang.
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Dulu Gajinya Rp 100 Juta Per Bulan, Kini Jualan Es Cincau di Jalanan, Begini Kisah Hidup Hasanudin