"Wanita diharapkan menjadi sosok istri yang baik dan ibu yang menghasilkan keturunan baru dan mengasuh tentara pria," ujar Dr. Ali Bilgic, pengajar di Hubungan Politik dan Internasional Loughborough University di Inggris.
"Banyak negara demokratis Barat yang terlambat libatkan wanita di militer."
Wanita, tambahnya, telah secara turun-temurun diharapkan menjadi sosok "emosional, melindungi, pasif, lokal dan tidak berkepentingan".
Namun beberapa kali, ketika diperlukan bantuan untuk lindungi negara sendiri melawan serangan asing, wanita telah sigap mengambil senjata.
Baca Juga: Teka-Teki Gambar Hewan Ini Bisa Ungkap Kepribadianmu, Yuk Mainkan!
Sarika Yehoshua, atau Sara Fortis, direkrut dan memimpin kompi tentara sejumlah kecil wanita untuk melawan pasukan Jerman yang menginvasi Yunani pada Perang Dunia II.
Mereka gunakan taktik menyebar untuk menarik pasukan Jerman menjauh dari area yang sudah direncanakan akan diserang Jerman.
Menurut Yayasan Pendidikan Partisan Yahudi, wanita muda Yunani membakar rumah, membunuh kolabolator Nazi dan membantu kolega pria mereka dengan misi yang biasanya dilakukan oleh tentara pria.