Kisah Klandestin Eli Cohen, Agen Rahasia Terbesar Mossad 'Kunci Kemenangan Israel' yang Dihukum Gantung Langsung di Depan Puluhan Ribu Rakyat Suriah

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com -Hidupnya mungkin sering dianggap berakhir dengan sangat tragis, tapi nama Eli Cohen tetap menjadi salah satu sosok agen mata-mata yang paling disegani di dunia.

Sepak terjangnya semasa hidup dan bertugas sebagai mata-mata Israel dianggap sangat spektakuler.

Banyak yang menyebut ia salah satu master terbesar spionase Mossad, Israel.

Kisah penyamarannya terbilang ulung dan membuahkan banyak hasil bagi perjuangan Yahudi.

Baca Juga: Kisah Ny Nourn, Alami Kekerasan Fisik dan Seksual Bertubi-tubi, Saat Lapor Polisi Malah Dihukum Penjara Seumur Hidup Bahkan Deportasi

Namun nasibnya sial. Ia meregang nyawa di tiang gantungan di depan 10.000 pasang mata dan disiarkan di jaringan televisi.

Agar lebih melukai hati keluarga dan pengikutnya, kuburannya ditutup lapisan beton di wilayah Suriah.

Tujuannya supaya dinas intelijen Israel tidak bisa memindahkan kerangka jenazah Eli ke tanah leluhurnya.

Eliahu ben Shaoul Cohen atau Eli Cohen, lahir di Alexandria Mesir tanggal 16 Desember 1924.

Baca Juga: Bukti Nyata Serangan Virus Corona, Ahli Sebut Covid-19 Bisa Hidup 9 Hari pada Benda yang Selalu Kita Kenakan Ini, Droplet Berjarak 6 Meter Juga Berisiko

Ia lahir dari keluarga Shaoul Cohen yang pindah dari Suriah dan menetap di Mesir sejak 1914 atau sepuluh tahun sebelum Eli dilahirkan.

Sebagai orang yang tertarik pada dunia militer dan spionase, Eli remaja mendaftar menjadi tentara Mesir tahun 1947 atau setahun sebelum Perang Arab-Israel meletus.

Tetapi langkahnya terhenti karena ia tidak lulus akibat latar belakang kehidupannya terkorek saat wawancara.

Tak bisa dipungkiri, Eli punya silsilah darah Yahudi yang cukup menyulitkan dirinya untuk bisa berkiprah di Mesir kala itu.

Baca Juga: Covid Hari Ini 12 Mei 2020: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Capai 14.749, Sementara Itu di Rusia Sudah Menginfeksi Jubir Presiden Rusia Vladimir Putin

Tidak salah kalau keluarganya pun berniat medidik Eli di rumah saja tanpa pendidikan formal.

Tapi Eli masih beruntung karena diterima masuk di sekolah elektronika, yang sebenarnya merupakan pilihan keduanya.

Jiwa Yahudi Cohen mulai terusik ketika upaya penyingkiran kaum Yahudi dari tanah Mesir makin memuncak di Mesir, terlebih setelah terjadi kudeta terhadap Raja Farouk.

Untuk melepaskan aspirasi jiwanya, sejak 1952 Eli Cohen mulai bergabung dengan organisasi-organisasi kaum Zionis di Mesir.

Baca Juga: Resmi! Jokowi Ubah Iuran Peserta Mandiri BPJS Kesehatan, Jadi Berapa dan Mulai Kapan Berlaku?

Ia terlibat berbagai kegiatan yang intinya berjuang untuk kaum Yahudi.

Ketika tahun 1953 Israel menggelar operasi bersandi Susannah (kegiatan mata-mata Israek di Mesir), Eli Cohen langsung bergabung.

Meski operasi tersebut terbilang kurang rapi dilaksanakan.

Hal itu terbukti oleh terciduknya beberapa personel Yahudi Mesir yang ikut terlibat dalam operasi rahasia.

Baca Juga: Tanggapi AS yang Targetkan Negaranya dalam Beberapa Isu, China Kembangkan Rudal Nuklir Bawah Laut Terbaru yang Jangkauannya Bisa Sampai AS

Mereka ditangkap dan digantung. Tetapi untuk saat itu Eli Cohen berhasil lolos.

Eli resmi bergabung dengan dinas intelijen Israel, Mossad, saat hubungan Mesir mulai memburuk dengan dunia Barat.

Lincahnya penyamaran Eli, menjadikan dirinya sulit terdeteksi dan dicurigai banyak pihak.

Aksi Eli Cohen di Mesir berlangsung hingga tahun 1956 saat kampanye pemilu di Sinai tahun 1956 dilaksanakan.

Baca Juga:Saat Nyawa PM Israel Nyaris Terenggut oleh Pistol Anggota Paspampres Gara-gara Arogansi Agen Mossad

Pada Desember 1956, melalui kompromi tiga negara, Israel, Inggris dan Perancis, Eli Cohen diekstradisi keluar dari Mesir.

Eli terbilang untung, ia masih mendapatkan perlindungan. Bandingkan dengan teman-temannya yang tertangkap dan dihukum gantung.

Atas bantuan agen-agen intelijen Israel, Eli selanjutnya menyebrangi Laut Tengah menuju Israel menuju Naples menggunakan perahu cepat.

Di Israel pemuda Eli Cohen kemudian menikahi Nadia Maiald, seorang wanita keturunan Irak pada 31 Agustus 1959.

Baca Juga: Padahal Belum Pernah Bertemu, Nenek Ini Ngotot Ingin Nikahi Pembunuh Kejam yang Akan Dieksekusi

Setelah itu Eli dipanggil secara khusus oleh dinas Mossad untuk menjalani pendidikan khusus di Angkatan Udara Israel sebagai juru tulis di bagian logistik.

Lebih dari itu Eli dibekali pendidikan khusus intelijen seperti teknik mengemudi super cepat, sabotase, menembak dengan senjata tajam khusus, penyamaran, meloloskan diri, dan sebagainya.

Eli direkrut Mossad juga bukan tanpa pertimbangan. Ia dinilai punya IQ sangat tinggi, berdaya ingat kuat, menguasai tiga bahasa, Inggris, Perancis dan Arab.

Yang paling penting ia tidak ember atau gampang membocorkan rahasia.

Cohen juga punya kemauan dan daya juang kelas baja, walaupun tampilan luarnya tampak sangat rendah hati dan sederhana.

Baca Juga:Kisah Black September, Teroris yang Pernah Bikin Mossad Israel Kalang Kabut

Usai mengikuti pendidikan khusus dan keras di Mossad, ia dikirim ke Buenos Aires, Argentina.

Ia diberi tugas menyamar sebagai imigran Suriah, di sana misi Eli berhasil.

Ia bisa diterima berbagai kalangan di Argentina mulai dari politisi, diplomat, hingga pejabat militer.

Tak hanya oleh kalangan Argentina semata, Eli bahkan bisa berkawan sangat erat dengan Kolonel Amin Al-Hafiz pendukung Partai Baath yang kelak menjadi Presiden Suriah (1963-1966).

Eli bertugas di Argentina hingga 9 bulan. Setelah itu ia kembali ke Israel menemui istrinya dan melaksanakan tugas baru yang diberikan Mossad untuk masuk ke Suriah.

Baca Juga: Ternyata Anak-anak Juga Rentan Stres karena Pandemi, Orangtua Harus Peka, Ini 3 Cara Mendeteksi Stres pada Anak Menurut Psikolog

Ia masuk lewat Damaskus dengan menyandang nama Kamal Amin Ta’abet pada 1962 dan berstatus sebagai seorang pengusaha kelahiran Beirut, Libanon.

Cohen bahkan mengaku orang tuanya dari kalangan Muslim tulen dengan nama Amin Ta’abet.

Tidak banyak rintangan ditemui Eli. Di Suriah Eli bisa berperilaku bak Muslim tulen karena kemampuannya berbahasa Arab.

Bahkan dengan segala kepiawaiannya itu ia bisa menikmati kehidupan glamor dan berkawan dengan kelompok pejabat serta kaum jetset.

Baca Juga:Mossad Israel Diduga Dalangi Aksi Pemboman yang Tewaskan Ilmuwan Roket Suriah

Tidak mengherankan pula kalau kemudian ia masuk dalam lingkaran pemerintahan Suriah dan menjabat sebagai Deputi Menteri Pertahanan Suriah.

Suatu jabatan yang tak bisa dianggap rendah dan bahkan strategis bagi seorang mata-mata.

Jabatan itu ia raih karena Cohen kenal dekat dengan Presiden Hafiz, kawan lamanya. Ia juga menjadi pejabat penting di Partai Baath.

Pengiriman informasi-informasi penting yang dibutuhkan Mossad, dilakukan Eli Cohen melalui sebuah stasiun radio di Damaskus.

Atas rekomendasi dari para pejabat tinggi, Eli memang bisa jadi orang penting di radio tersebut.

Baca Juga: Simak 5 Fasenya, Pandemi Corona Indonesia Segera Berakhir, Jokowi Buka Fasilitas Umum dan Izinkan Masyarakat Beraktivitas serta Berdamai dengan Covid-19, Perhatikan Aturannya!

Tak satu pun curiga kalau Eli setiap hari mengirimkan berita-berita rahasia melalui pemancar radio yang disembunyikan di kamarnya.

Sebuah dokumen rahasia milik militer Suriah maupun Partai Baath semua bisa dibaca oleh Eli Cohen dengan leluasa dan dikirimkan ke Mossad.

Beberapa di antaranya adalah dokumen mengenai rencana Suriah untuk mengalihkan hulu Sungai Jordan sebagai upaya memotong cadangan air Israel.

Tindakan Surih itu juga sesuai dengan rencana Al-Fatah (Organisasi Pembebasan Palestina) yang akan menyerang Israel dari bagian utara.

Baca Juga:Demi Jam Tangan Eli Cohen Ini Agen Mossad Israel Sampai Gelar Operasi Khusus

Eli Cohen juga membocorkan peta kekuatan Suriah dua tahun sebelum terjadi Perang Enam Hari.

Termasuk posisi bunker, tank, maupun formasi altileri Suriah. Ini pula salah satu faktor mengapa Israel berhasil memborbadir kekuatan Suriah dengan sangat akurat.

Tapi misi rahasia Cohen di Suriah akhirnya terbongkar.

Mata-mata Mossad yang dikenal paling ulung itu pun akhirnya menemui ajalnya di Suriah.

Ia dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada tahun 1965. (Ade Sulaeman)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait