Find Us On Social Media :

Beda Dengan Negara Lain, Israel Cegah Penularan Virus Corona dengan Sadap Ponsel Warganya, Apa Tujuannya?

By Mentari DP, Minggu, 10 Mei 2020 | 16:05 WIB

Cara pemerintah Israel hadapi virus corona.

Intisari-Online.com - Hingga hari ini, Minggu (10/5/2020), jumlah kasus virus corona (Covid-19) di Israel mencapai 16.458 kasus.

Walau begitu, hanya ada 248 kasus kematian dan 11.384 orang dinyatakan sembuh.

Tingginya angka kesembuhan di Israel menjadi salah satu alasan Israel disebut sebagai negara teraman dari Covid-19.

Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Deep Knowledge Ventures.

Baca Juga: Alami Pendarahan Otak, Mantan Panglima TNI Djoko Santoso Meninggal Dunia, Kenali 5 Penyebab Pendarahan Otak

Israel berada di urutan 1 dari 40 negara dengan total skor 632.32 dari 76 kriteria penilaian yang diterapkan.

Beberapa parameter data itu di antaranya jumlah kasus virus corona, angka kematian, ukuran geografis dan demografi, kapasitas rumah sakit, dan keahlian medis.

Apa yang dilakukan Israel hingga disebut sebagai negara teraman dari Covid-19?

Di luar dugaan, cara yang dilakukan pemerintah Israel adalah menyadap ponsel warganya.

Baca Juga: Kalahkan Israel dan Korea Utara, Indonesia Masuk dalam Daftar Militer Terkuat di Dunia, Nomor 16 di Seluruh Dunia dan Nomor 1 di Asia Tenggara!

Dan ini sudah dilakukan sejak virus corona mulai masuk ke negara ini.

Meski dikritik karena melanggar privasi, namun cara ini malah diperpanjang lagi hingga 3 minggu ke depan.

Tepatnya hingga 26 Mei 2020 mendatang.

Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pernah mempanjang penyadapan ponsel ini selama enam minggu lama.

Saat itu, pemerintahannya tengah mengesahkan undang-undang untuk mengatur praktik tersebut sesuai dengan tuntutan Mahkamah Agung.

Awal mula penyadapan ini terjadi pada bulan Maret 2020, ketika infeksi ini menyebar.

Perdana Menteri Netanyahu menyetujui peraturan darurat ini.

Sebab, umumnya penyadapan teknologi hanya digunakan untukanti-terorisme.

Dalam dua minggu kabinet Netanyahu akan menyajikan rancangan undang-undang untuk mengatur penggunaan pengawasan Shin Bet terhadap warga.

Publik memiliki satu minggu untuk mengomentari RUU dan setelah itu akan diajukan ke parlemen untuk disetujui.

Pendukung pengawasan percaya langkahini sangat penting dilakukan. Sebab, kebijakan lockdown dicabut secara bertahap.

Baca Juga: Semakin Panas, China Siap Hadapi AS, 'Kami Punya 100 Rudal Antarbenua yang Bisa Hancurkan Amerika dalam Sekejab'

 

Apa hasil dari penyadapan ini?

Dilansir dari Reuters.com pada Minggu (10/5/2020), data yang disajikan kepada subkomite intelijen parlemen pada hari Selasa menunjukkan lebih dari 5.500 dari lebih dari 16.200 orang yang telah mengontrak virus corona di Israel.

Mereka ditemukan terinfeksi karena pengawasan Shin Bet.

"Meskipun agresif dan melanggar privasi, tidak ada alat lain saat ini," Ayelet Shaked, mantan menteri kehakiman dan anggota panel intelijen.

Dia mengatakan komite menerima data yang diperbarui setiap minggu.

Melihat penyadapan ponsel diperpanjang, beberapa orang mengatakan itu tidak perlu lagi.

Sebab, jumlah pasien baru terus menurun.

Selain itu, jumlah pasien sembuh menembus angka lebih dari 10.000 orang dan hanya 66 orang tetap menggunakan ventilator.

Aplikasi penyadapan

Pada bulan Maret, Kementerian Kesehatan Israel meluncurkan sebuah aplikasi sukarela untuk melacak tracing yang disebut Hamagen - The Shield in Hebrew - yang dengan cepat diunduh hingga 1,5 juta kali.

Baca Juga: Setelah 5 Bulan Berlalu dan 4 Juta Orang di Dunia Terinfeksi Virus Corona, Akhirnya Pejabat China Ini Akui Sistem Kesehatan di China 'Lemah'

 

Rona Kaizer, kepala petugas informasi kementerian, mengatakan aplikasi itu tidak cukup akurat.

Karena hanya didasarkan pada GPS dan informasi yang diberikan oleh pasien positif virus corona.

Oleh karenanya, Kementerian berencana untuk meluncurkan versi dengan kemampuan Bluetooth dalam beberapa minggu mendatang.

Tetapi cara ini tidak dapat menggantikan pengawasan Shin Bet.

Karena tidak semua orang memiliki smartphone untuk mengunduh aplikasi, katanya.

Kaizer berharap versi baru ini akan memungkinkan kementerian untuk menjangkau setidaknya 4 juta pengguna dari populasi 9 juta.

Kementerian juga memperdebatkan apakah akan menggunakan WiFi karena ada masalah privasi.

Baca Juga: Hati-hati, Minum Teh Saat Sahur dan Buka Puasa Bisa Timbulkan Penyakit Berbahaya Ini