Penulis
Intisari-online.com -Dua tahun lalu terjadi konflik brutal di Nduga, Papua, yang diprakarsai oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Gerakan separatis tersebut tergabung dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang keduanya dipimpin oleh Egianus Kogoya.
Pada tahun 2018, ada 19 orang pekerja proyek Trans Papua tewas di Nduga.
Mereka adalah korban pembunuhan keji KKB dan OPM.
Atas gerakan separatis tersebut, TNI dan Polri pun dikerahkan untuk menumpas gerakan separatis tersebut.
Setelah ada korban jiwa, TNI dan Polri diperbolehkan lakukan operasi militer skala besar di Papua.
Operasi militer tersebut diizinkan pemerintah setelah upaya persuasif mengajak pihak separatis mau kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi tidak berhasil.
Dan juga, setelah kelompok bersenjata mulai menembaki warga sipil, mereka telah dianggap melanggar HAM.
Egianus Kogoya adalah sosok di balik gerakan separatis tersebut.
Pada waktu itu ia sebutkan ia siap perang tetapi di darat saja.
Ia tidak mau meladeni TNI jika TNI gunakan senjata canggih seperti helikopter dan serangan bom udara.
Hal tersebut ia sampaikan dalam postingan Facebook di akun Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang membuat publik merasa heran dan konyol.
Dianggap konyol karena Egianus Kogoya menawar pihak TNI agar tidak menggunakan helikopter dan bom.
Selama ini di pemberitaan hanya helikopter Bell 412 dan Mi-17 saja yang terlihat di Papua.
Kedua heli itu pun merupakan jenis angkut.
Lantas kenapa Egianus Kogeya amat takut dengan helikopter milik TNI?
Pantas saja kalau ia benar-benar takut, karena alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI paling mutakhir sama sekali belum diterjunkan untuk menumpas OPM.
Dalam inventorinya, TNI mempunyai Skadron 31/Serbu Penerbad yang bersarang di Semarang.
Isian Skadron 31/Serbu ini beragam, mulai helikopter Mi-17, Bell UH-1 Iroquis, Mi-35 Hind E dan AH-64 Apache.
Dua nama terakhir inilah yang menjadi momok bagi Egianus Kogeya dkk jika sudah diterjunkan ke palagan Papua.
Dikutip dari Boeing, AH-64 Apache yang dimiliki Indonesia adalah varian paling canggih yakni Guardian.
Kemampuan AH-64 Apache ini sangat mengerikan.
Pilot bahkan tinggal mengaktifkan helm Head Mounted Display (HMD) di mana moncong senapan mesin dapat diarahkan dan mengunci sasaran hanya dengan menggunakan pandangan pilot.
Belum lagi senjata andalannya berupa AGM-114 Hellfire yang bisa meluluhlantakan kendaraan lapis baja dalam sekejap.
Sedangkan Mi-35 dijuluki Tank Terbang atau Si Monster asal Rusia.
Dikutip dari Airforce Technology, Mi-35 memang menyandang julukkan tank terbang karena heli ini kebal akan tembakan senapan mesin layaknya kepunyaan kombatan OPM.
Kokpit pilot Mi-35 juga tahan akan peperangan Nuklir dan Bio-Kimia (Nubika).
Sama seperti Apache, Mi-35 juga dilengkapi rudal penggasak tank, yakni AT-9 Spiral-2.
Baik Apache maupun Mi-35 dapat terbang, melacak dan menembak sasaran dalam cuaca apapun, siang maupun malam.
Kemudian ada pesawat Embraer 314 Super Tucano buatan Brazil yang bermarkas di Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh, Malang.
Dikutip dari Defense Embraer, Super Tucano sendiri ialah pesawat Counter Insurgency (COIN) di mana 'makanan' utamanya ialah menumpas konflik intensitas rendah macam gerakan separatis.
Ia dapat menggotong muatan berupa bom MK-81/MK-82, bom bakar, roket dan rudal darat-ke udara
Super Tucano 'Si Cocor Merah' juga dilengkapi dua kanon kaliber 12,7 mm besutan FN Herstal M3P Belgia.
(Seto Ajinugroho)
Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul "Apache AH-64 , Si Monster Mi-35 dan Super Tucano, Trio Senjata Canggih TNI yang Ditakuti Pimpinan KKB Egianus Kogeya"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini