Tak Hanya Tuding China, Trump Juga Klaim Punya Bukti Virus Corona Berasal dari Laboratorium di Wuhan, Ini Kira-kira Waktu Penyebarannya

Mentari DP

Penulis

Kali ini, Donald Trump tidak hanya menuding, melainkan mengklaim mempunyai bukti virus corona berasal dari Wuhan, China

Intisari-Online.com - Tidak cuman sekali Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding China karenapenyebaran virus corona (Covid-19).

Menurut presiden berusia 73 tahun itu, Chinabertanggung jawab terhadap penyebaran virus corona di seluruh dunia.

Kali ini, Trump tidak hanya menuding, melainkanmengklaim mempunyai bukti virus corona berasal dari Wuhan, China.

Hal tersebut dia sampaikandi konferensi pers di Gedung Putih, dia berkata bahwa dia merasa yakin virus itu berasal dari Institut Virologi Wuhan (WIV).

Baca Juga: Setelah 20 Hari 'Menghilang', Kim Jong Un Muncul Kembali di Depan Publik Sambil Tersenyum, Tertawa, dan Merokok, Bahkan Kim Yo Jong Duduk di Sampingnya

"Ada banyak teori. China bisa saja memberi tahu kami," ujar Trump sebagaimana dikutip Sky News pada Jumat (1/5/2020).

Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyebut bahwa asal virus adalah masalah ilmiah yang kompleks, dan harus dipelajari oleh para ilmuwan dan profesional.

Di saat pemimpin dunia berdebat, seperti apa para ahli sejauh ini menelusuri asal-usul virus SARS-CoV-2 ini?

Baca Juga: Capai 58.365 Kematian, Jumlah Korban Virus Corona di Amerika Melebihi Korban Perang Vietnam, Sementara Vietnam Miliki 0 Kasus Kematian

Bukan hasil rekayasa

Konsensus ilmiah sejauh ini menolak pendapat bahwa virus corona Covid-19 direkayasa.

Pendapat bahwa virus corona bukan rekayasa dan terjadi alami, hampir bulat di kalangan ahli.

Dalam sebuah surat kepada Nature pada bulan Maret, sebuah tim di California yang dipimpin oleh profesor mikrobiologi Kristian Andersen mengatakan data genetik menunjukkan bahwa Covid-19 tidak berasal dari tulang punggung virus yang sebelumnya digunakan.

Jauh lebih mungkin, kata mereka, adalah virus muncul secara alami dan menjadi lebih kuat melalui seleksi alam.

“Kami mengusulkan dua skenario yang secara masuk akal dapat menjelaskan asal-usul Sars-CoV-2: seleksi alam pada hewan inang sebelum transfer zoonosis [hewan ke manusia]; dan seleksi alam pada manusia setelah transfer zoonosis," kata Andersen.

Sementara dilansir Guardian, Peter Ben Embarek, seorang ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan jika ada manipulasi virus, maka perlu untuk melihat bukti di kedua urutan gen dan juga distorsi dalam data pohon keluarga mutasi - efek yang disebut retikulasi.

Dalam sebuah pernyataan kepada Guardian, James Le Duc, kepala Laboratorium Nasional Galveston di AS, fasilitas biocontainment aktif terbesar di kampus akademik AS, juga mengamini saran tersebut.

"Ada bukti yang meyakinkan bahwa virus baru itu bukan hasil rekayasa genetika yang disengaja dan bahwa hampir pasti berasal dari alam, mengingat kemiripannya yang tinggi dengan coronavirus terkait kelelawar lain yang diketahui," kata Le Duc.

Baca Juga: Tembus 3 Juta Kasus di Seluruh Dunia, Tapi 15 Negara Miskin Ini Klaim Tak Ada Satu Pun Warganya yang Terinfeksi Virus Corona, 2 Negara Diragukan

Belum terbukti dari Lab Wuhan

Sebelumnya The Washington Post telah melaporkan kekhawatiran pada tahun 2018 tentang kelemahan keamanan dan manajemen laboratorium.

Hal itu didapat dari wawancara pejabat kedutaan AS yang mengunjungi Institut Virologi Wuhan (WIV) beberapa kali.

Meskipun demikian surat kabar itu juga mengakui tidak ada bukti konklusif bahwa lab adalah sumber wabah.

Le Duc, bagaimanapun, melukiskan gambaran berbeda dari WIV.

"Saya telah mengunjungi laboratorium BSL4 baru di Wuhan, sebelum mulai beroperasi pada 2017- ..."

"Ini memiliki kualitas dan keamanan yang sebanding dengan yang saat ini beroperasi di AS atau Eropa," kata dia.

Dia juga menggambarkan pertemuan dengan Shi Zhengli, ahli virologi China di WIV yang telah memimpin penelitian ke dalam virus korona kelelawar, dan menemukan hubungan antara kelelawar dan virus Sars yang menyebabkan penyakit di seluruh dunia pada tahun 2003.

"Sepenuhnya terlibat, sangat terbuka dan transparan tentang pekerjaannya, dan ingin berkolaborasi," ujar dia.

Maureen Miller, seorang ahli epidemiologi yang bekerja dengan Shi sebagai bagian dari program penelitian viral yang didanai AS, sependapat dengan penilaian Le Duc.

Dia mengatakan jika teori virus corona melarikan diri dan berasal dari lab Wuhan adalah "teori konspirasi absolut".

Baca Juga: Kasus Virus Corona di Amerika Serikat Tembus 1 Juta Kasus, Trump Malah Mau Buka Kembali Sekolah, 'Semua Orang Ingin Sekolah Lagi'

Waktu penyebaran virus

Mengenai waktu penyebaran virus, Peter Forster, seorang ahli genetika di Cambridge, membandingkan urutan genom virus yang dikumpulkan pada awal wabah China -dan kemudian secara global- dia mengidentifikasi tiga jenis dominan.

Di awal wabah, dua strain tampaknya telah beredar secara kasar pada saat yang sama -strain A dan strain B- dengan varian C yang kemudian berkembang dari strain B.

Tetapi dalam sebuah penemuan, versi dengan kemiripan genetik yang paling dekat dengan kelelawar coronavirus bukanlah yang paling umum pada awal di kota Wuhan di Cina tengah, tetapi dikaitkan dengan berhamburannya kasus-kasus awal di provinsi Guangdong selatan.

Antara 24 Desember 2019 dan 17 Januari 2020, Forster menjelaskan, hanya tiga dari 23 kasus di Wuhan adalah tipe A, sedangkan sisanya adalah tipe B.

Pada pasien di provinsi Guangdong, bagaimanapun, lima dari sembilan ditemukan memiliki tipe A dari virus.

"Meskipun jumlahnya sangat kecil, frekuensi genom awal hingga 17 Januari tidak mendukung Wuhan sebagai asal daripada bagian lain dari Cina, misalnya lima dari sembilan pasien Guangdong/Shenzhen yang memiliki tipe A," kata Forster.

Dengan kata lain, masih jauh dari kepastian bahwa Wuhan adalah tempat virus itu pertama kali muncul.

(Rizal Setyo Nugroho)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Trump Sebut Covid-19 Berasal dari Lab Wuhan, Berikut Penjelasan Ahli Terkait Asal Virus")

Baca Juga: Cemas dan Panik Lihat Jumlah Kasus Virus Corona Semakin Banyak Ditambah Tidak Bisa Mudik? Ini yang Harus Kita Lakukan

Artikel Terkait