Presiden Ekuador Menangis & Akui 'Gagal' Tangani Corona, Mayat Bergelimpangan di Jalan: 'Kami Melihat Mereka Membakar Mayat di Jalan'

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com - Sebut negaranya telah 'gagal' tangani wabah virus corona, Presiden Ekuador Lenin Moreno menangis sedih.

Mayat terlihat bergelimpangan di pinggir jalan hingga isu jenazah korban Covid-19 dibakar.

Ekuador menjadi salah satu negara yang paling terdampak terkait pandemi virus corona.

Padahal pada awal April lau dilaporkan hanya ada sekitar 500 warga yang meninggal karena wabah.

Baca Juga: Mulai Memasuki Musim Panas, Ilmuwan Temukan Kabar Baik, Virus Corona Akan Mengalami Dampak Ini Ketika Musim Panas Tiba

Namun dalam beberapa hari terakhir, berbagai media Internasional seperti BBC Internasional, NPR dan CNN Internasional menyebut jumlah korban ternyata bisa mencapai 10 kali lipat dari laporan resmi.

Bahkan ada yang menyebutkan bahwa jumlah total kematian karena virus corona Covid-19 mencapai 6.700 orang di dua minggu pertama April 2020.

Kawasan Guayas disebut sebagai wilayah yang paling banyak terdampak.

Tak hanya hanya di Ekuador, tetapi di seluruh Amerika Latin diprediksi merasakan dampak wabah virus corona minimal dua kali lipat dari laporan resmi.

Baca Juga: Tak Perlu Takut Lagi, Seorang Petugas Beberkan Prosedur Penanganan Jenazah Covid-19, Bahkan Petinya Sampai Dilem dan Dipaku

Namun kematian yang tertulis disebut tidak hanya terkait Covid-19, tetapi termasuk dampak yang disebabkan olehnya.

Layanan kesehatan setempat lumpuh karena pandemi yang membuat pasien selain virus corona yang juga menumpuk.

Dalam beberapa laporan mengatakan bahwa banyak pasien dengan kondisi kesehatan selain wabah tidak dapat mendapatkan layanan kesehatan yang seharusnya.

Mayat bergelimpangan di pinggir jalan

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bumi, di Antaranya Tanah di Pulau Kimolos yang Mengandung Sabun dan Prediksi 250 Juta Tahun yang Akan Datang

"Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan," kata Katty Mejía, seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador, menyadur dari BBC.

"Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena alasan kekurangan tempat tidur."

"Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang," katanya.

Dalam masa pandemi di kota dengan populasi 2,5 juta penduduk itu, rumah duka kewalahan, bahkan sebagian harus tutup sementara karena pekerjanya ketakutan terjangkit virus.

Kerabat yang putus asa membiarkan mayat tergeletak di depan rumah.

Baca Juga: Bisakah Covid-19 Menular Lewat Makanan? Ini Dia Penjelasannya

Sementara sebagian lain membiarkannya di tempat tidur di dalam rumah hingga berhari-hari.

Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat, memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah kerabat ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.

Kebutuhan untuk menguburkan jenazah sangat tinggi hingga sebagian warga menggunakan kotak karton sebagai peti mayat.

Kini, narapidana juga membuat peti mati dari kayu.

Baca Juga: Punya Efek Menghancurkan Tanpa Asal Usul Jelas, Virus Corona Berpotensi Dijadikan Senjata Biologis, Ungkap Intelijen AS

Kepala Negara sebut negara telah 'gagal'

President Ekuador, Lenín Moreno mengakui negara telah gagal mengatasi krisis kesehatan yang mereka hadapi.

Hingga 16 April lalu, pemerintah yakin hanya 400 orang meninggal dunia karena virus corona.

Tapi setelah Satuan Tugas Gabungan Virus Corona mengumpulkan semua data, gambaran besarnya berubah.

"Dengan angka yang kita dapat dari Kementerian Dalam Negeri, tempat pemakaman umum, kantor pencatatan sipil dan tim kami, kami sudah menghitung setidaknya 6.703 kematian di Guayas di 15 hari pertama pada April," kata Jorge Wated, kepala Satgas pemerintah.

Baca Juga: Gara-gara Pandemi COVID-19, Harta Keluarga Djarum Hilang Ratusan Triliun, Simak Selengkapnya Berikut Ini

"Rata-rata mingguan di sini mencapai 2.000."

"Jadi kami sudah merekam 5.700 kematian dari biasanya."

Tidak semua kematian di Guayas terkait langsung dengan Covid-19.

Sebagian orang meninggal karena gagal jantung, masalah ginjal, atau masalah kesehatan lain yang memperburuk kondisi karena tidak segera ditangani.

Isu pembakaran mayat karena tak ada tempat peristirahatan terakhir

Pemerintah Ekuador sedang menyelidiki ribuan akun media sosial yang diduga menyebar hoaks atas kasus Covid-19 di Ekuador.

Berita yang diakui pemerintah sebagai hoaks tersebut disinyalir bertujuan mengacaukan pemerintahan Presiden Lenin Moreno yang sedang menangani virus corona.

Baca Juga: Kebohongan China Terbongkar Lagi, Selain Kecilkan Jumlah Korban yang Meninggal Akibat Covid-19, Ternyata ChinaJuga Tak Jujur Ungkapkan Hal Ini

Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo pada Rabu (1/4/2020) mengatakan kepada radio lokal, unggahan-unggahan di media sosial tersebut dihasilkan dari upaya terkoordinasi oleh "kelompok politik".

Unggahan yang dimaksud di antaranya adalah foto-foto dugaan pemakaman massal untuk korban meninggal Covid-19 di Ekuador.

"Ada kampanye berita palsu, rencana untuk menghasilkan kekacauan melalui jejaring sosial," kata Romo dikutip dari National Post, Jumat (3/4/2020).

Kemudian, terkait foto-foto pemakaman massal di Kota Guayaquil, pemerintah mengatakan, foto itu adalah sebuah pemakaman di Meksiko pada 2018.

Guayaquil adalah pusat penyebaran Covid-19 di Ekuador.

Pihak pemakaman Guayaquil dan polisi mengonfirmasi bahwa foto-foto itu tidak diambil di sana.

Pemerintah juga membantah gambar lain yang menunjukkan korban Covid-19 dibakar, dengan mengatakan bahwa itu sebenarnya membakar ban.

Baca Juga: Meski Jumlah Kasus Corona Jauh Lebih Banyak, AS Beri Bantuan 3 Juta Dollar pada Indonesia untuk Tangani Pandemi Covid-19

Dalam pemberitaan Washington Post pada 3 April, terdapat satu kesaksian dari seorang warga Ekuador yang mengaku melihat korban Covid-19 dibakar.

"Setiap hari bertambah buruk. Kami melihat mereka membakar mayat di jalan. Tidak ada yang menjemput mereka di rumah-rumah... Satu-satunya pilihan adalah meninggalkan orang tercinta mereka di jalanan atau di rumah sakit (jika mereka meninggal di sana)," ungkap Diego Diaz Chamba.

Sempat beredar pula video tentang warga Ekuador yang tampak putus asa sehingga membakar anggota keluarga mereka yang meninggal karena Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul POPULER Presiden Ekuador Menangis & Akui 'Gagal' Tangani Corona, Mayat Bergelimpangan di Jalan

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait