Penulis
Intisari-Online.com -Senin (20/4/2020), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia menangguhkan imigrasi ke Amerika Serikat.
Hal itu dilakukan sebagai respon terhadap pandemi virus corona dan "perlunya untuk melindungi pekerjaan."
Dalam tweet Senin malam, Trump menghubungkan penangguhan itu dengan "serangan dari Musuh yang Tak Terlihat" dan "kebutuhan untuk melindungi pekerjaan Warga Negara Amerika Serikat."
Melansir NBC News, Selasa (21/4/2020), Trump menambahkan bahwa dia akan menandatangani perintah eksekutif untuk menangguhkan imigrasi.
Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 2 Dibuka, Simak Syarat dan Cara Pendaftarannya Berikut Ini
Sebelumnya, Trump membatasi perjalanan dari China dan Eropa untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Dari tweet Trump tersebut, tidak jelas apakah perintah itu akan melarang warga non-AS bepergian ke negara itu untuk tujuan seperti bisnis atau mengunjungi keluarga.
Senin malam, Pejabat Gedung Putih menambahkan beberapa detail.
Langkah itu "telah dipertimbangkan untuk sementara waktu," kata seorang pejabat senior administrasi kepada NBC News.
Pejabat itu mengatakan bahwa meskipun Trump yakin AS memenangkan pertarungan melawan virus corona, ia juga berpikir penting untuk melakukan segala upaya untuk maju dan melindungi perbatasan guna mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pejabat itu mengatakan rincian tentang bagaimana rencana itu akan dilaksanakan dan berapa banyak negara yang akan terpengaruh.
Perintah eksekutif dapat ditandatangani paling cepat minggu ini, menurut pejabat administrasi.
Namun mereka tidak memberi rincian tentang apakah sudah dirancang atau di mana prosesnya.
Imigrasi ke AS secara fungsional sudah dimatikan.
Pemerintahan Trump telah menutup perbatasan AS-Kanada dan mulai mendeportasi pencari suaka dan migran lainnya di perbatasan selatan tanpa proses yang semestinya.
Perjalanan udara internasional sebagian besar telah ditangguhkan.
Pendukung dan aktivis imigrasi mengkritik pengumuman Trump, menyebut langkah itu radikal dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Implikasinya adalah bahwa imigran merupakan ancaman bagi ekonomi Amerika, tetapi kami tahu persis sebaliknya," kata Krish O'Mara Vignarajah, presiden dan CEO Lutheran Immigration and Refugee Service.
"Sementara para imigran di seluruh Amerika berada di garis depan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan hidup kita, sungguh tidak masuk akal untuk mengkambinghitamkan imigran dalam pandemi ini."
Senator Kamala Harris, D-Calif., mengatakan Trump mengambil keuntungan dari situasi ini untuk mendorong kebijakan imigrasi garis kerasnya.
"Trump gagal menanggapi krisis ini dengan serius sejak hari 1. Pengabaiannya atas perannya sebagai presiden telah merugikan banyak orang. Dan sekarang, dia tanpa malu-malu mempolitisir pandemi ini untuk menggandakan agenda anti-imigrannya," kata Harris dalam cuitannya.
Bulan lalu, Trump mengatakan bahwa ia sedang mendiskusikan penutupan perbatasan negara itu dengan Meksiko dan Kanada karena corona.
Saat itu, seorang pejabat senior mengatakan kepada NBC News bahwa pemerintah sedang menjajaki pembatasan baru di tengah kekhawatiran bahwa sejumlah besar orang Amerika Tengah akan mencoba mengakses sistem perawatan kesehatan AS secara ilegal.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, Honduras telah mencatat 477 kasus yang dikonfirmasi dan 46 kematian, melampaui apa yang disebut negara "segitiga utara" - El Salvador, Honduras dan Guatemala.