Penulis
Intisari-Online.com -Seorang dokter sekaligus dokter, Madhvi Aya (61) meninggal karena terinfeksi virus corona setelah bekerja merawat pasien corona.
Bulan lalu, Aya berbaring di ranjang rumah sakit, tahu betul apa yang terjadi padanya.
Aya pernah menjadi dokter di India dan kemudian menjadi asisten dokter setelah dia berimigrasi ke Amerika Serikat.
Dia bekerja selama belasan tahun di Woodhull Medical Center, sebuah rumah sakit umum di Brooklyn.
Selama wabah corona, Aya bekerja di ruang gawat darurat Woodhull, hingga dia terinfeksi virus tersebut.
Saat dirawat, Aya sendirian di rumah sakit karena suami dan putrinya (18) berada di Long Island dan tidak bisa mengunjunginya, seperti dilansir New York Times, Rabu (15/4/2020).
Dia pun tidak bisa bertemu rekan kerjanya karena dirawat di rumah sakit yang berbeda di dekat rumahnya.
Dalam sebuah pesan singkat kepada keluarganya, Aya bercerita dia mengalami nyeri dada yang hebat ketiba mencoba bangun dari tempat tidur.
"Aku belum membaik seperti seharusnya," tulis Aya kepada suaminya, Raj, pada 23 Maret.
Ketika kondisinya semakin memburuk, dia jarang mengirim pesan kepada keluarganya.
Pada 25 Maret, putrinya, Minnoli (18) mengirim pesan kepadanya karena sangat merindukan pelukan ibunya.
Dalam pesan tersebut, Minnoli mengatakan, "Aku merindukanmu ibu. Tolong jangan putus asa karena aku belum menyerah. Aku membutuhkanmu, bu. Aku ingin ibu kembali padaku."
Keesokan harinya, Aya membalas pesan putrinya, "Aku mencintaimu. Ibu akan kembali."
Namun, sayangnya Aya tidak bisa menepati janji itu.
Aya telah meninggal dunia karena virus corona tanpa didampingi suami dan putrinya.
Pesan singkat Aya dan catatan keluarganya tentang hari-hari terakhirnya mengungkapkan bagaimana seorang wanita yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk merawat pasien sakit dan tak menyerah berjuang di garis paling depan dalam perang melawan virus corona.
"Ia selalu ada untuk kami, kapan pun kami mau Tetapi ketika dia sakit, tidak ada satu pun yang ada di sampingnya,” kata suaminya.
“Ini merupakan pukulan berat bagi kita semua,” Dr. Robert Chin, direktur departemen darurat Woodhull.
Sementara Minnoli mengatakan bahwa ia merasakan emosi yang beragam dari kesedihan yang mendalam hingga ketidakpercayaan.
Dia berpikir tentang menjadi seorang dokter dan marah pada sistem perawatan kesehatan yang dia yakini tidak melindungi para pekerja garis terdepan.
Terkadang pula, dia marah pada ibunya karena tidak pulang.
"Aku hanya ingin bisa memeluknya dan membuatnya memberitahuku semuanya akan baik-baik saja," kata Minnoli.