Penulis
Intisari-Online.com - Dua orang yang menentang sensor pemerintah China untuk mengungkap titik-titik krisis kesehatan virus corona masih hilang hingga sekarang.
Dilansir dari Mirror, Rabu (15/4), Chen Quishi dan Fang Bin menghilang pada Februari setelah mengunggah video yang menunjukkan kehancuran yang disebabkan oleh corona di Wuhan.
Sementara dokter Ai Fen tidak dapat dihubungi sejak 29 Maret, dia tampaknya dipastikan akan bekerja lagi di Rumah Sakit Wuhan akhir pekan ini.
Ini terjadi ketika China memberlakukan pembatasan pada publikasi penelitian akademis tentang asal-usul Covid-19, menurut arahan pemerintah pusat.
Baca Juga: 9 Aktivitas ini Dilarang Selama PSBB Kota Depok, Warga Depok Mohon Perhatikan...
Sejak itu, video-video mereka dihapus.
Presiden Reporters Without Borders, Pierre Haski, mengatakan kepada Le Parisian bahwa ada "sangat sedikit" informasi tentang apa yang terjadi pada kedua orang yang hilang itu.
Tetapi yang pasti mereka berada di "tangan pihak berwenang China".
Selain itu, pengacara hak asasi manusia, Quishi, 34, telah merekam situasi yang kacau di rumah sakit Wuhan.
Dia merekam betapa staf kewalahan menangani masukknya pasien yang banyak.
Dia sebelumnya mengunggah video lain dan dalam satu diposting pada 29 Januari, mengungkapkan dia "takut."
Ketakutannya itu tak lain karena dia terjebak di antara virus dan pihak berwenang.
Pada tanggal 6 Februari akun Weibo-nya dihapus dan hari berikutnya orang tuanya diberitahu bahwa dia telah "dikarantina" meskipun tidak memiliki gejala virus.
Sejak itu, tidak ada tanda-tanda keberadaannya lagi di manapun.
Demikian pula, Tuan Bin, seorang manajer toko pakaian, mengunggah video berdurasi lima menit pada tanggal 1 Februari.
Dia menunjukkan delapan mayat pasien yang ditemukan di depan atau di dalam rumah sakit Wuhan.
Video itu telah ditonton hingga lebih dari satu juta kali.
Lalu, laptopnya kemudian disita oleh polisi setelah interogasi panjang.
Video yang direkam oleh Fen pada 4 Februari menunjukkan pria berjas pelindung mencoba memasuki rumahnya.
Setelah itu, tidak ada lagi video yang diunggahnya sejak 8 Februari.
"Sampai hari ini tidak ada kabar kepada keluarganya," kata Haski.
Pertanyaan juga masih ada di sekitar direktur darurat Rumah Sakit Wuhan.
Dokter itu tampaknya dibungkam dua minggu setelah mengkritik sensor rezim terhadap epidemi virus corona di sebuah majalah China bulan lalu.
Dia mengatakan ada lagi "sama sekali tidak ada informasi" tentang apa yang terjadi padanya atau di mana dia, tetapi menyarankan dia bisa saja pergi-pergi.
Haski mengatakan "jauh lebih sulit bagi pihak berwenang China untuk mengirim dokter ke penjara" daripada dua pelapor lainnya, misalnya.
Pada hari Senin, seorang jurnalis Prancis melaporkan telah berbicara dengan Dr Fen di rumah sakit di Wuhan.
"Dia baik-baik saja, dia di posnya," kata Arnauld Miguet di Twitter.
Haski mengatakan ada dua kemungkinan hasil untuk dua orang yang menghilang itu.
Salah satunya adalah bahwa pihak berwenang menyembunyikannya sampai krisis mereda dalam beberapa minggu, tetapi dia mengatakan ini tetap tidak mungkin.
Skenario lain yang dia katakan adalah bahwa dalam waktu sekitar enam bulan kami tiba-tiba mendengar mereka telah didakwa melakukan subversi.
Terlebih lagi, Ren Zhiqiang, mantan pengusaha yang dekat dengan wakil presiden Wang Qishan, telah hilang sejak 12 Maret setelah secara terbuka mengkritik kurangnya transparansi rezim dalam penanganan krisis virus corona.
Dia rupanya membandingkan presiden Xi Jinping dengan badut tiran.
Pada hari Selasa diumumkan bahwa ia sedang dicari oleh pihak berwenang sebagai target investigasi.
Haski mengatakan ada kemungkinan bahwa mereka ditahan secara tertutup dengan hukuman yang ditentukan oleh Partai Komunis China.
Sehubungan dengan pembatasan baru pada publikasi akademis, semua makalah tersebut akan dikenakan pemeriksaan tambahan dan harus disetujui oleh pemerintah.
Virus sejauh ini telah merenggut lebih dari 100.000 jiwa dan menginfeksi sekitar 1,7 juta di seluruh dunia.
Seorang ahli medis Hong Kong mengklaim penelitian yang dilibatkannya tidak menjalani pemeriksaan tingkat baru pada Februari ketika diterbitkan.
Peneliti China telah menerbitkan studi sejak akhir Januari dengan beberapa temuan menimbulkan pertanyaan atas laporan pemerintah tentang krisis.
Otoritas China sekarang tampaknya tengah menekan informasi yang keluar ke ranah publik.
Seorang peneliti anonim mengatakan kepada CNN bahwa perkembangan ini akan menghambat penelitian ilmiah terhadap virus dan menuduh pemerintah berusaha untuk "mengendalikan narasi" dan "melukiskannya seolah-olah wabah itu tidak berasal dari China. (*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari