25 Warga di Bogor Terpaksa Harus Isolasi Mandiri dan Berpotensi Jadi ODP Usai Hadiri Tahlilan, Baru Tahu Belakangan Jika Tetangga yang Meninggal Positif Corona

Khaerunisa

Penulis

Sebanyak 25 orang di kampung di Kampung Malang Nengah, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menjalani isolasi mandiri

Intisari-Online.com - Larangan untuk tidak mengadakan kerumunan di tengah ancaman virus corona bukanlah main-main.

Jika ingin terhindar dari risiko penularan virus corona, sebaiknya kita mematuhi hal tersebut.

Sayangnya, masih banyak yang mengabaikan betapa berisikonya kerumunan dengan berbagai alasan.

Meski tidak nampak di sekitar kita ada yang terinfeksi Covid-19, namun fakta bahwa virus ini bisa menular tanpa gejala harus tetap dipertimbangkan.

Baca Juga: 'Semakin Banyak Virus Corona yang Masuk ke Tubuh Kita, Maka Semakin Berat Gejala yang Kita Rasakan'

Sebanyak 25 orang di kampung di Kampung Malang Nengah, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menjalani isolasi mandiri setelah mengikuti tahlilan di hari ketujuh warga yang meninggal.

Pasalnya, warga yang meninggal dunia ini merupakan seorang pasien positif terjangkit virus corona atau Covid-19, yang diketahui setelah korban meninggal dan tahlilan telah dilaksanakan.

Puluhan warga termasuk aparatur desa yang sempat hadir di acara tahlilan itu pun dibuat cemas mendengar kabar tersebut.

Sehingga, status yang menghadiri tahlilan itu kini berpotensi menjadi orang dalam pemantauan (ODP) terkait virus corona.

Baca Juga: Angkat Suara, Begini Pengakuan Perawat yang Ditampar Pria karena Ingatkan Pakai Masker, Pelaku Sempat Layangkan Ancaman: Dia Marah-marah dan Tidak Percaya dengan Corona

"Warga memang benar-benar tidak tahu (almarhum positif) karena Dinkes tidak cepat menginformasikan hasilnya, usai tahlilan itu ada kabar hasil swab positif. Pada galau (cemas) tuh warga jadi untuk menenangkannya kita lakukan imbauan isolasi mandiri," ucap Sekretaris Kecamatan Ciseeng, Heri Isnandar ketika dihubungi Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Seminggu kemudian, kata Heri, hasil tes swab Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor baru keluar dan mengonfirmasi bahwa laki-laki berusia 48 tahun itu dinyatakan positif setelah meninggal dunia.

Heri mengatakan, awalnya warga mengira bahwa laki-laki yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini meninggal dunia karena penyakit jantung.

Baca Juga: Menurut Penelitian, Hewan-hewan Laut Efektif Mengurangi Kehadiran Virus, Bahkan Salah Satunya Mampu Mengurangi hingga 94% dalam Tiga Jam

Hal itu karena laki-laki tersebut diketahui memiliki riwayat penyakit jantung dan sering memeriksakan diri ke rumah sakit.

Heri mengaku bahwa warga semakin yakin almarhum tak terjangkit corona karena saat proses pemulasaraan jenazah pada Jumat (3/4) itu tidak mengikuti SOP Covid-19.

Akhirnya, pihak keluarga dan kepala desa sepakat untuk menggelar tahlilan selama tujuh hari yang dihadiri warga sekitar.

Namun tak disangka, ujar Heri, pada hari Sabtu (11/4) lalu hasil swab justru baru keluar dan Dinkes menyatakan bahwa laki-laki berusia 48 tahun tersebut positif Covid-19.

Baca Juga: Kabar Buruk Bagi Penderita Asma, Virus Corona Tak Hanya Serang Paru-paru Kita, Namun Juga Memperparah Asma

"Informasinya almarhum ini sakit jantung dan memang sejak awal tidak ada SOP Covid-19 pemakaman. Makanya warga tetap ikutan tahlilan karena menganggapnya (meninggal) sakit jantung," ungkapnya.

"Almarhum ini kan pengemudi ojek online mobilitasnya tinggi entah ke Depok, Tangerang, Jakarta, bisa jadi penularannya dari penumpang begitu," imbuhnya.

Heri menuturkan bahwa saat ini pihak desa dan Dinkes akan melakukan tes swab terhadap keluarga almarhum.

Istri, anak serta asisten rumah tangganya akan diperiksa dan mendapat prioritas utama.

Baca Juga: Angkat Suara, Begini Pengakuan Perawat yang Ditampar Pria karena Ingatkan Pakai Masker, Pelaku Sempat Layangkan Ancaman: Dia Marah-marah dan Tidak Percaya dengan Corona

Sehingga, kata dia, bila hasil tes menunjukkan positif virus corona, maka status warga sekitar akan naik menjadi ODP dan interaksi mereka di kampung tersebut akan dibatasi.

Selain itu, pihaknya juga telah mendata puluhan warga yang menghadiri tahlilan tersebut.

Setidaknya ada 25 orang yang hadir dalam tahlilan tersebut, termasuk aparatur desa yang sempat membagikan santunan di acara itu.

Baca Juga: Bak Angin Segar di Tengah Pandemi Virus Corona, Pemerintah Beri Bantuan Bagi Mereka yang Terdampak PSBB, Segini Besarannya

"Ada tiga yang diperiksa, salah satunya pembantu beda kampung. Jadi mudah-mudahan hasil semuanya negatif sehingga warga yang hadir di tahlilan itu tidak naik statusnya," ujar dia.

Heri dan warga sekitar menyayangkan Dinkes lamban dalam menginformasikan status pasien positif corona.

Ia berharap kejadian itu bisa menjadi pembelajaran bagi Pemerintah Kabupaten Bogor dalam hal ini, Dinkes, terkait penanggulangan corona.

Baca Juga: Bak Angin Segar di Tengah Pandemi Virus Corona, Pemerintah Beri Bantuan Bagi Mereka yang Terdampak PSBB, Segini Besarannya

Dengan begitu, lanjut dia, pihak kecamatan dan desa bisa membantu memutus mata rantai penyebaran virus corona sedini mungkin.

"Kami kecamatan dan desa melakukan tugas sesuai kewenangan. Jadi mungkin untuk jajaran Dinkes agar lebih bisa menginformasikan secepatnya apabila ada yang positif meninggal.

"Sehingga kami juga lebih cepat membantu bagaimana mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jangan sampai kecolongan begini. Masyarakat jadi parno, takut," katanya.

Baca Juga: Ironi di Tengah Pandemi Covid-19, Ketika Anjuran Mencuci Tangan Menjadi 'Tidak Masuk Akal' di Negara dengan Banyak Wilayahnya yang Hadapi Krisis Air

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Baru Tahu Tetangga Meninggal Positif Corona, 25 Warga Peserta Tahlilan Isolasi Mandiri

Artikel Terkait