Sebelum AS Jadi Negara Paling Parah Terdampak Covid-19 di Dunia, Rupanya Trump Terima Surat Peringatan tentang Potensi Kematian Setengah Juta Warganya karena Pandemi Ini, Tapi Begini Reaksinya

Khaerunisa

Penulis

Rupanya, sebelum menjadi negara paling parah terdampak Covid-19 di dunia, pemimpin AS, Donald Trump, sempat menerima memo peringatan

Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) kini jadi negara paling parah terdampak Covid-19 di dunia.

Hingga Minggu (2/4/2020), Amerika Serikat mencatat 533.115 orang warganya terinfeksi virus corona, dengan kematian sebanyak 20.580 jiwa, mengutip Kompas.com.

Jumlah tersebut sangat jauh dibanding negara di peringkat kedua dan seterusnya yang terparah terdampak virus ini.

Misalnya, Spanyol di urutan kedua mencacatkan 163.027 orang terinfeksi, dengan 16.606 kematian.

Baca Juga: Konon Tersembunyi di Tanah Palestina, Inilah Harta Karun 'Sakral' Nabi Sulaiman yang Konon Sangat Diinginkan Oleh Kaum Yahudi

Sementara itu Italia yang menempati urutan ketiga mencatatakan 152.271 orang terinfeksi, dengan 19.468 kematian.

Rupanya, sebelum menjadi negara paling parah terdampak Covid-19 di dunia, pemimpin AS, Donald Trump, sempat menerima memo peringatan dari penasihat perdagangannya, Peter Navarro.

Navarro memperingatkan pada bulan Januari bahwa 'setengah juta jiwa Amerika' bisa mati karena virus corona, menurut laporan The New York Times, dikutip dari Bussinessinsider.sg.

Bagaimana tanggapan Trump atas peringatan itu?

Baca Juga: Seperti Apa Kondisi Dunia Setelah Pandemi Covid-19 Berakhir? Martin Panggabean Sebut Industri Dunia Pasti Berubah, Seperti Apa?

Melansir Bussinesinsider.sg (12/4/2020), Trump tidak senang Navarro menuliskan informasi itu.

Memo tersebut melaporkan peringatan tentang 30% penduduk AS bisa terinfeksi virus corona, bahkan korban tewas bisa 'di urutan satu, setengah juta jiwa Amerika'.

Navarro juga mendesak dalam memo itu untuk membatasi perjalanan dari China, yang saat itu merupakan pusat penyebaran virus korona.

Baca Juga: Negara Paling Parah Terdampak Covid-19 di Amerika Latin Ini Bagikan Peti Mati Kardus karena Kewalahan Urus Jenazah Korban Virus Corona, Warga pun Tak Terima: 'Bayangkan Mengangkut Mayat dan Hujan Turun!'

Trump menerapkan larangan perjalanan tak lama setelah itu.

"Kurangnya perlindungan kekebalan atau penyembuhan yang ada atau vaksin akan membuat orang Amerika tidak berdaya dalam kasus wabah coronavirus yang meledak di tanah AS," bunyi memo Navarro.

"Kurangnya perlindungan ini meningkatkan risiko virus korona berkembang menjadi pandemi yang meluas, membahayakan kehidupan jutaan orang Amerika."

Baca Juga: Sebuah Laporan Mengungkap China Sebenarnya Sudah Melakukan Penelitian Tentang Virus Corona Pada Tahun 2017 di Laboratorium Wuhan

Menurut The Times, para pembantu mendiskusikan memo itu dengan Trump, dan dia tidak senang Navarro menuliskan informasi itu.

Navarro juga menulis memo kedua pada tanggal 23 Februari memperingatkan bahwa '1 [hingga] 2 juta jiwa” dapat mati karena virus, menurut Axios .

Namun, hanya satu hari kemudian, Trump menulis tweet bahwa 'virus corona sangat terkendali di Amerika Serikat'.

Baca Juga: Ingin Joging di Tengah Pandemi Covid-19? Simak Penjelasan Ahli Tentang Risiko Terinfeksi Virus Corona saat Olahraga di Sekitar Rumah Berikut Ini

New York Paling Parah Terdampak Covid-19 di AS, Ditemukan Banyak Pasien Muda

Melansir Kompas.com (10/4/2020), New York menjadi daerah yang terdampak paling parah akibat pandemi ini.

Kota terpadat di AS ini mencatat rekor kematian akibat Covid-19 dalam satu hari mencapai 799 orang meninggal dunia, dan menjadikan angka korban menjadi 7.067.

Gubernur New York Andrew Cuomo menggambarkan bahwa wabah ini sebagai ledakan diam-diam yang hanya beriak di masyarakat dengan keacakan yang sama.

Sementara itu, dokter dan petugas kesehatan di New York menemukan banyaknya pasien berusia muda yang dirawat di rumah sakit akibat virus corona.

Baca Juga: Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona Setelah 3 Minggu Dirawat, Andrea Dian Ungkap Total Biaya Perawatannya

Menurut data Departemen Kesehatan Kota, New York menjadi daerah episentrum virus di Amerika Serikat dan sekitar 1 dari 5 pasien rawat inap berusia di bawah 44 tahun.

Sementara, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, kasus infeksi virus corona sedang hingga parah secara global terjadi pada 10-15 persen orang dewasa di bawah usia 50 tahun.

Pada Jumat (27/3/2020), seorang pasien berusia 32 tahun di Rumah Sakit Mount Sinai Morningside Manhattan mendatangi dokter Kaedrea Jackson dan bertanya, "Apakah saya akan mati?".Pria muda itu tak memiliki kondisi medis yang mendasarinya. Akan tetapi, ia mengalami demam, sesak napas, dan kadar oksigennya turun dengan cepat.

Baca Juga: Tidak Disangka 3 Terduga Provokator Penolakan Jenazah Perawat Covid-19 Justru Tokoh Penting Masyarakat, Identitas Mereka Membuat Anda Terkejut

Ia datang ke unit gawat darurat rumah sakit empat hari sebelumnya, tetapi disuruh pulang, minum air, minum Tylenol, dan karantina mandiri.

Pria itu kembali ke rumah sakit dengan kondisi yang semakin buruk.

"Tingkat ketakutan di matanya sangat mencolok bagi saya. Ia sangat takut dan masih sangat muda," kata Jackson, seorang dokter pengobatan darurat, seperti dilansir dari Bloomberg.

Baca Juga: 7 Manfaat Daun Saga untuk Mengobati Sakit Ringan, Digigit Serangga hingga Sakit Perut Bisa Gunakan Daun yang Satu Ini!

Selama berbulan-bulan, pesan dari pihak berwenang adalah bahwa orang yang lebih tua berada pada risiko tertinggi.Namun, kini banyak ditemukan hal berbeda."Banyak sekali pasien yang tidak cocok dengan gambaran yang kami sampaikan dari Tiongkok atau Italia. Ini bukan hanya pasien usia lanjut; siapa saja (semua usia)," kata Jackson.

Ia memperkirakan, sebanyak 20 persen dari kasus yang dikonfirmasi di rumah sakit merupakan pasien di bawah usia 50 tahun.

Baca Juga: Viral Jenazah Perawat Positif Covid-19 Ditolak Warga untuk Dimakamkan, Rupanya ini Ketiga Terduga Provokatornya

Artikel Terkait