Negara Paling Parah Terdampak Covid-19 di Amerika Latin Ini Bagikan Peti Mati Kardus karena Kewalahan Urus Jenazah Korban Virus Corona, Warga pun Tak Terima: 'Bayangkan Mengangkut Mayat dan Hujan Turun!'

Khaerunisa

Penulis

ini, puluhan ribu jiwa di dunia telah menjadi korban pandemi Covid-19. Kamar mayat di berbagai rumah sakit pun kewalahan menghadapi hal tersebut

Intisari-Online.com - Kematian akibat virus corona terus saja terjadi di berbagai negara.

Kini, puluhan ribu jiwa di dunia telah menjadi korban pandemi Covid-19.

Kamar mayat di berbagai rumah sakit pun kewalahan menghadapi hal tersebut.

Hal memilukan itu salah satunya terjadi di kota pesisir Guayaquil di Equador.

Baca Juga: Tolak Pemakaman Perawat yang Meninggal Karena Positif Covid-19, Rumah Ketua RT Ini Dibanjiri Karangan Bunga, 'Turut Berduka Cita atas Matinya Hati Nurani'

Melansir Mirror.co.uk (11/4/2020), Menanggapi situasi tersebut, pihak berwenang di kota pesisir Guayaquil di Equador mendistribusikan kotak kardus untuk mengatasi kekurangan peti mati.

Namun, banyak penduduk yang tidak senang terhadap upaya yang ditempuh pihak berwenang.

Penduduk pun menunggu di luar pemakaman kota untuk mengumpulkan peti mati kardus mereka dan memberikan penguburan layak kepada anggota keluarga korban Covid-19.

Ekuador adalah negara yang paling parah terkena dampaknya di Amerika Latin.

Baca Juga: Baru 2 Hari Dilarang, Kini Kemenhub Bolehkan Ojel Bawa Penumpang, Asal...

Banyak dari keluarga korban Covid-19 yang menunggu untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai, mengeluh tentang tanggapan pemerintah terhadap krisis.

Mereka mengatakan bahwa karton tidak cocok untuk menyimpan mayat.

"Mereka (pemerintah) percaya mereka melakukan sumbangan dengan baik, tetapi itu tidak berharga," kata seorang warga.

"Mereka tidak berharga karena mereka meledak terbuka. Ketika tubuh saudara kami disimpan terlalu lama di sana, peti mati kardus terbuka, mereka menjadi basah. ”

Baca Juga: Konon Tersembunyi di Tanah Palestina, Inilah Harta Karun 'Sakral' Nabi Sulaiman yang Konon Sangat Diinginkan Oleh Kaum Yahudi

Warga Equador lainnya yang juga mengungkap kekecewaan atas tindakan pemerintah.

"Ketika karton basah, apa yang terjadi? Itu hancur, bukan? Bayangkan mengangkut mayat dan mulai turun hujan," keluh orang lain yang tinggal di Guayaquil.

Hampir 2.000 peti kardus yang dipres dilaporkan disumbangkan ke kota.

Peti mati kardus diproduksi pemerintah sebagai tanggapan terhadap penduduk setempat yang terpaksa meninggalkan mayat di jalan dengan harapan mereka akan dikumpulkan oleh pihak berwenang.

Baca Juga: Ingin Joging di Tengah Pandemi Covid-19? Simak Penjelasan Ahli Tentang Risiko Terinfeksi Virus Corona saat Olahraga di Sekitar Rumah Berikut Ini

Sebelumnya, Lebih dari 150 mayat dibaringkan di jalan-jalan dan di luar rumah sakit oleh penduduk.

Sejak Senin, ada 3.747 kasus yang dikonfirmasi dan 191 kematian.

Presiden Lenin Moreno mengatakan jumlah korban jiwa sebenarnya bisa jauh lebih tinggi dan pihak berwenang yang dikonfirmasi mengumpulkan lebih dari 100 mayat sehari.

Baca Juga: Viral Jenazah Perawat Positif Covid-19 Ditolak Warga untuk Dimakamkan, Rupanya ini Ketiga Terduga ProvokatornyaWapres Equador Minta Maaf Atas Insiden Tergeletaknya Jenazah Korban Virus Corona di Jalan

Melansir Kompas.com (5/4/2020) Wakil Presiden Ekuador, Otto Sonnenholzner, meminta maaf atas kabar banyak jenazah virus corona yang tergeletak di jalan.

Baik rumah sakit maupun rumah duka di kota pelabuhan Guayaquil, sekitar 400 km dari selatan Quito, begitu kewalahan dengan gelombang pasien maupun korban meninggal yang bertambah.

Sejumlah video yang menyebar di media sosial memperlihatkan bagaimana jenazah korban vurus corona dibiarkan terbaring di jalanan.

Presiden Lenin Moreno sebenarnya sudah mengetahuinya. Jadi, dia menunjuk Ketua BanEcuador, Jorge Wated, menjadi pemimpin satuan tugas yang menangani isu tersebut.

Baca Juga: Buah Mangga hingga Durian Disebut Bisa Cegah Virus Corona, Ini Jawaban WHO, 'Jangan Langsung Percaya'

Guna mempercepat penanganan mayat, Wated sudah mengizinkan rumah duka melanggar jam malam agar bisa terus mengumpulkan jenazah korban.

Untuk membantu meringankan tugas mereka, pemerintah juga menerjunkan polisi hingga militer yang bergerak ke seantero kota, dilansir Russian Today Sabtu (4/4/2020).

Meski sudah mengerahkan tambahan dari unsur kesatuan, permintaan demi permintaan tolong tetap saja mengalir ke akun Twitter Wated.

Baca Juga: Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona Setelah 3 Minggu Dirawat, Andrea Dian Ungkap Total Biaya Perawatannya

"Jorge, saya ingin meminta tolong. Ada jenazah yang sudah tiga hari dibiarkan begitu saja dan mulai membusuk. Tolong saya," kata seorang netizen.

"Senin (30/3/2020), nenek saya meninggal. Kami tak tahu harus menghubungi siapa lagi untuk membawa jenazahnya dan (membantu) membuatkan sertifikat kematiannya," kata warganet lain.

Dikutip AFP Minggu (5/4/2020), otoritas disebut sudah mengangkat 150 mayat dari jalanan dan rumah pada awal pekan ini. Tapi tak dijelaskan berapa angka mortalitas sesungguhnya.

"Kami sudah melihat gambar yang seharusnya tak terjadi. Sebagai pejabat publik kalian, saya meminta maaf," kata Sonnenholzner dalam pernyataan yang disiarkan.

Baca Juga: Ingin Joging di Tengah Pandemi Covid-19? Simak Penjelasan Ahli Tentang Risiko Terinfeksi Virus Corona saat Olahraga di Sekitar Rumah Berikut Ini

Artikel Terkait