Find Us On Social Media :

Memilukan, Foto Ini Ungkap Saat Pria Dewasa yang Sehat Mencuri Jagung dari Seorang Anak yang Kelaparan, Begini Kisah di Baliknya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 3 April 2020 | 11:33 WIB

Kelaparan di Sudan

Sudan Selatan lahir sebagai hasil dari referendum yang dilaksanakan 9 Januari 2011.

Referendum dilaksanakan berdasarkan kesepakatan damai yang ditandatangani pada 2005 oleh pemerintah pimpinan Omar al-Bashir dan pemimpin pemberontak dari Sudan selatan, John Garang.

Mereka bersepakat mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung 22 tahun dan menewaskan tak kurang dari 2,5 juta jiwa, terutama penduduk selatan.

Baca Juga: Diragukan Dunia Tak Memiliki Kasus Virus Corona, Pejabat Kesehatan Korea Utara Ngotot Negaranya Bersih Sambil Pamerkan Bukti Ini

Dalam perjanjian itu—Persetujuan Damai Komprehensif yang ditandatangani di Juba—disepakati diadakan referendum pada tahun 2011 bagi rakyat Sudan selatan untuk menentukan sikap: memisahkan diri atau tetap bergabung dengan Sudan.

Perang 22 tahun pecah karena sejumlah sebab.

Orang-orang selatan merasa bahwa mereka dilupakan oleh pemerintah pusat Khartoum.

Selatan menganggap kesempatan kerja, kekayaan dari minyak, pembangunan infrastruktur, dan layanan publik semua dipusatkan di utara, yang dikenal sebagai ”segitiga Arab”, sepanjang bagian utara Sungai Nil.

Baca Juga: Diragukan Dunia Tak Memiliki Kasus Virus Corona, Pejabat Kesehatan Korea Utara Ngotot Negaranya Bersih Sambil Pamerkan Bukti Ini