Penulis
Intisari-Online.com - Untuk mengtahui apakah seseorang positif atau negatif virus corona (COVID-19), mereka wajib melakukan beberapa tes.
Pertamadengan melihat apakah pasien memiliki gejala atau tidak. Jika ada, maka pasien akan melakukan ronsen paru-paru.
Jika ditemukan flek, maka mereka harus melakukantes swab.
Dari hasil tes swab inilah kita bisa tahu pasien positif virus corona atau tidak.
Mungkin sekitar satu hingga tiga hari hasilnya bisa keluar. Tergantung alat tes yang dipakai.
Nah, dilaporkan ada sebuah alat kecerdasan buatan atauArtificial Intelligence (AI) yang bisa mempercepat rangkaian tes tersebut.
Dilansir dari sciencedaily.com pada Selasa (31/3/2020),alat kecerdasan buatan tersebut secara akurat memprediksi pasien mana yang baru terinfeksi dengan virus COVID-19 yang akan mengembangkan penyakit pernapasan parah.
Ini merupakan hasil dari sebuah studi yangdipimpin oleh NYU Grossman School of Medicine dan Courant Institute of Mathematics Sciences di New York University.
Di mana mereka bekerja sama dengan Rumah Sakit Pusat Wenzhou dan Rumah Sakit Rakyat Cangnan, keduanya di Wenzhou, China.
Dan diterbitkan online pada Senin tangga 30 Maret 2020 dalam jurnal Computers, Materials & Continua.
Ide dari studi berasal daripengalaman klinis dokter yang sulit didapat dalam mengobati infeksi virus.
Dan melihat bahwa mereka yang memiliki masalah dalam paru-paru atau pernapasan bisa terindikasi kuat positif virus corona.
"Tujuan kami adalah merancang dan menggunakan alat pendukung keputusan dengan menggunakan kemampuan AI."
"Untuk menandai tingkat keparahan klinis virus corona di masa depan," kata Anasse Bari, PhD, seorang asisten profesor.
"Kami berharap alat ini, ketika dikembangkan sepenuhnya, akan bermanfaat bagi dokter."
"Karena dengan alat ini, dokter bisa menilai pasien yang butuh isolasi dan mana yangsiapa yang bisa pulang dengan aman."
Untukstudi ini, temuan demografi, laboratorium, dan radiologis dikumpulkan dari 53 pasien.
Karena mereka dinyatakan positif virus corona pada Januari 2020di dua rumah sakitdi China.
Gejala awalnya ringan, termasuk batuk, demam, dan sakit perut.
Namun, pada sebagian kecil pasien, gejala parah berkembang dalam satu minggu, termasuk pneumonia.
Tujuan daristudi baru ini adalah untuk menentukan apakah teknik AI dapat membantu secara akurat memprediksi pasien mana yang paling membutuhkan perawatan.
Secara khusus,studi ini menggunakan serangkaian keputusan antara opsi, dan yang memodelkan konsekuensi potensial dari pilihan pada setiap langkahyang dipilih.