Find Us On Social Media :

Seandainya Saja Seorang RA Kartini Ditakdirkan Menjadi Anggota DPR...

By Ade Sulaeman, Sabtu, 21 April 2018 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Sungguh mustahil mendidik bangsa yang terdiri atas 27 jiwa sekaligus.

Tidak demikian halnya jika sementara lapisan atas dididik dan dikembangkan dulu, sehingga mereka menjadi rakhmat bagi bawahan.

Rakyat sangat dekat dengan kaum ningrat: apa pun yang mereka katakan dan lakukan, mudah sekali diterima oleh rakyat bawahan.

Manfaat apa yang sudah diambil dari situasi ini, yang bisa membahagiakan semua pihak, ya pemerintah, ya kaum ningrat, ya rakyat banyak?

Baca juga: Ada Jeritan dari Bawah Tanah, Setelah Digali Hewan Hitam nan Unik Ini Ditemukan Didalamnya

Selama ini hubungan baik demikian hanya dipakai untuk menjamin ketenangan negeri, dan agar uang masuk dengan teratur.

Negeri dan kaum ningrat mendapat manfaatnya, tapi rakyat sendiri, apa yang diperolehnya?

Kelekatan rakyat kepada ningratnya itulah yang dipakai pemerintah untuk menguasai rakyat.

Saat ini belum banyak (manfaat yang diperoleh rakyat sendiri. Red. Intisari}.

Baca juga: Inilah Partai Peserta Pemilu 2019 dengan Uang Terbanyak Menurut Hasil Survei

Atau sangat sedikit sekali. Atau malahan merugikan rakyat, jika kaum ningrat menyalahgunakan kekuasaannya: suatu hal yang bukan kekecualian langka.

Ini harus berubah.

Penghargaan yang diterima kaum ningrat haruslah karena kaum ningrat memang pantas dihargai, yakni jika kaum ningrat, tanpa menghitung-hitung, berguna bagi rakyat banyak.

Ke arah itulah pemerintah mesti membawa kaum ningrat.

Baca juga: Tinggalkan Cara Lama, Ini Cara Mudah Masukkan Benang ke dalam Lubang Jarum

Tujuannya pun hanya bisa dicapai dengan memberi kaum ningrat pendidikan yang sungguh-sungguh baik, yang bukan hanya berdasar atas pengembangan akal saja, tapi juga dengan memperhatikan pembentukan watak.

Pokok ini tidak boleh diabaikan dalam pengajaran yang hendak disampaikan kepada orang Jawa.

Kata orang, tercapai yang satu, tercapai pulalah yang lain.

Jika akal berkembang, cita rasa pun menjadi lebih halus, mulia.

Baca juga: Di Balik Mewahnya Rumah Bos Miras Oplosan Cicalengka, Tersembunyi Bunker Tempat Meracik Minuman Pembunuh Puluhan Orang

Tapi banyak contoh membuktikan, pengembangan intelektual belum merupakan jaminan untuk keunggulan budi.

Namun demikian, jangan mencela mereka yang meski akalnya cemerlang, budinya tetap kasar.

Dalam banyak hal kesalahan bukan pada mereka, melainkan pada pendidikan mereka.

Pengembangan akal mereka sudah diperhatikan, tapi apa yang sudah dilakukan untuk mengembangkan watak mereka? Nol!

Tanpa pembentukan watak dan budi, pengajaran yang paling baik pun tidak bakal menghasilkan buah yang diharapkan.

Masyarakat bumiputra memerlukan dasar budi dan susila yang lebih baik, karena tanpa itu semua, peraturan pemerintah yang bagaimanapun juga maksud baiknya, meskipun tidak kandas sama sekali, akan hanya membuahkan hasil yang sangat jelek.

Dasar masyarakat bumiputra mestilah diperbaiki.

Sekali dasar susila itu terwujud dan terbentuk, keberhasilan terbesar akan menyertai pembangunan dan penyemaian seterusnya.

Bahwa wanita, dalam pembentukan watak dan budi masyarakat dibebani tugas yang sangat besar, siapa bisa menyangkal?

Dialah, wanita, justru orangnya untuk itu.

Mungkin tidak semua, tapi banyak yang bisa disumbangkannya untuk meningkatkan taraf kesusilaan masyarakat.

Alam sendirilah yang membebani wanita dengan tugas itu.

Artikel ini pernah dimuat di majalah Intisari edisi April 1984 dengan judul Andaikata Kartini Menjadi Anggota DPR