Find Us On Social Media :

Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Balik Sosok Bung Karno

By Intisari Online, Sabtu, 21 April 2018 | 08:00 WIB

Dia rela membanting tulang untuk mencari nafkah. Berbagai macam cara dilakukannya. 

Mulai dari menjahit pakaian, menjual kutang, bedak, rokok, meramu jamu, hingga menjadi agen sabun kecil-kecilan.

Tahun 1926 adalah momen yang membahagiakan Inggit. Sebab saat itu Soekarno sukses menamatkan kuliahnya. Perjuangannya tidak sia-sia.

Namun perjuangan Inggit belum berakhir. Ini justru awal dari pejuangan yang lebih besar.

Usai mengantongi gelar insinyur, Soekarno tidak mencari kerja yang bonafid, justru kian aktif di pergerekan dengan mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

Hati Inggit tak pernah berpaling. Dia selalu setia dan tak pernah lelah menyemangati Soekarno.Inggit selalu menyediakan semua hal yang dibutuhkan si Bung Besar. 

Pikiran Soekarno dibiarkan tercurah sepenuhnya untuk pergerakan perjuangan Indonesia, sementara Inggit senantiasa setia menjadi tulang punggung perekonomian mereka. 

Tak jarang, Inggit mengepalkan uang untuk bekal Soekarno dalam perjuangannya. 

“Saat kelelahan, dia (Soekjarno) memerlukan hati yang lembut, tetapi sekaligus memerlukan dorongan lagi yang besar yang mencambuknya, membesarkan hatinya. Istirahat, dielus, dipuaskan, diberi semangat lagi, dipuji dan didorong lagi,” ucap Inggit. 

MELAYANI DARI LUAR PENJARA

Pada 29 Desember 1929, Soekarno dan Gatot Mangkoepradja ditangkap di rumah Mr Soejoedi, di Yogyakarta. 

Soekarno dibawa ke Penjara Banceuy sebelum dipindahkan ke Penjara Sukamiskin.