Pecahkan Rekor China Sebagai Negara dengan Kasus Kematian Terbanyak Akibat Virus Corona, Ilmuwan China Bongkar Penyebabnya Setelah Mengunjungi Italia

Afif Khoirul M

Penulis

Hingga saat ini Italia terus mengalami lonjakan terkait kasus Covid-19 , sementara China justru mengalami penurunan.

Intisari-online.com - Saat ini Italia adalah negara dengan kasus kematian terbanyak akibat virus corona, bahkan pecahkan rekor terbanyak mengungguli China.

Padahal China sendiri adalah negara yang menjadi asal mula virus itu muncul pertama kali.

Hingga saat ini Italia terus mengalami lonjakan terkait kasus Covid-19, sementara China justru mengalami penurunan.

Menurut data pada Sabtu (21/3/2020), Italia mencatatkan kasus sebanyak 47.021 pasien virus corona dengan jumlah kematian mencapai 4.032, dan jumlah ini masih ada kemungkinan bertambah.

Baca Juga: Zaskia Mecca Sampai Lakukan 'Social Media Distancing' Gara-gara Stress Lihat Berita Corona di Grup Whatsapp: Aku Stress Loh Lama-lama

Melihat hal ini tentu saja mengundang pertanyaan besar dari seluruh dunia.

Bagaimana negara Pizza itu mengalami lonjakan yang begitu signifikan bahkan melampaui rekor China sebagai negara sumber asas virus corona.

Menukil dari Xinhua News melalui Tribun Medan, sebanyak 12 pakar medis dari Provinsi Zhejiang, China Timur dikirim ke Italia untuk menyelidiki kasus ini.

Tim yang dikirim tersebut adalah beberapa ahli dari rumah sakit pusat Zhanjiang untuk pencegahan dan pengendalian penyakit.

Baca Juga: 7 Cara Tetap Sehat Saat Bekerja dari Rumah, Salah Satunya Berpakaian Rapi dan Jangan Pakai Piyama!

Mereka berasal dari berbagai departemen seperti penapasan, perawatan intensif, penyakit menular dan pengobatan tradisional China.

Mereka juga serta merta membawa bantuan berupa alat medis seperti ventilator, monitor, pompa infus, mesin ultrasound dan obat-obatan.

Dalam penelitian itu mereka menemukan sejumlah masalah di Italia, yang disinyalir menyebabkan badai besar di negeri pizza tersebut.

"Kami baru saja datang dari kota Cordoba," kata Sun Shuopeng, ketua eksekutif palang merah masyarakat China yang datang ke Italia.

"Tetapi saya temukan di kota Milan, yang merupakan daerah terparah di Italia, memiliki kebijakan lockdown yang sangat longgar," katanya.

Alasannya transportasi umum masih berfungsi, orang masih jalan-jalan, dan masih berkumpul di hotel.

Baca Juga: Selain Sistem Drive-Thru, Korea Selatan Gunakan Cara 'Bilik Telepon' untuk Tes Virus Corona, Bagaimana Prosesnya?

"Saya juga melihat banyak orang tidak memakai masker, " katanya.

"Sata juga tidak tahu apa yang Anda pikirkan," imbuhnya.

Karena hal itu Sun Shuopeng menyarankan beberapa hal, untuk mencegah situasi di Italia semakin memburuk.

"Kita perlu menghentikan semua kegiatan ekonomi," katanya.

"Kita harus menghentikan semua interaksi sosial yang biasa kita lakukan," imbuhnya.

Shuopeng juga meminta semua orang harus tinggal di dalam rumah untuk mengkarantina dirinya sendiri.

Baca Juga: 'Saya Pikir Meteor Jatuh', Ungkap Seorang Warga yang Mendengar Ledakan Keras di Rumah Plt Kepala ULP Aceh, Polisi Langsung Bergerak Selidiki Pelemparan Granat Itu

Saran Shuopeng itu didasarkan dengan apa yang dilakukan China terhadap Wuhan, dan hasilnya cukup memuaskan.

Kini Wuhan mencatatkan nol penularan virus corona untuk pertama kalinya pada Kamis (19/3/20).

"Satu bulan setelah Wuhan lockdown, kami dapat merealisasikan perawatan di rumah sakit dan semua pasien Covid-19 mencapai titik puncak kesembuhan,"pungkasnya.

Sementara itu menurut data PBB, Italia mencatatkan memiliki populasi penduduk tertua di kedua di dunia.

Artinya Italia memiliki potensi risiko tinggi terinfeksi virus corona, sampai saat ini sekitar 5.200 orang Italia harus menerima perawatan intensif.

Artikel Terkait