Find Us On Social Media :

Bukan Lagi Perang Dagang atau Militer, Kini Virus Corona Jadi Medan Pertempuran Baru Bagi China-AS, Alasannya?

By Tatik Ariyani, Kamis, 19 Maret 2020 | 17:22 WIB

Ilustrasi virus corona.

Intisari-Online.com - Hingga Kamis (19/3/2020) pukul 9.30 WIB, angka infeksi Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 219.101 orang di 173 negara.

Angka ini bertambah lebih dari 19.000 kasus dalam waktu 24 jam dan ada lima negara yang menambah daftar panjang negara terinfeksi.

Angka kematian sendiri bertambah menjadi 8.962 dan pasien yang dinyatakan sembuh menjadi 85.673 orang.

Dua negara besar China dan AS sama-sama terpukul dengan merebahnya virus corona, bahkan keduanya berada dalam keadaan darurat nasional dan mengisolasi daerah mereka untuk menghambat penyebaran virus.

Baca Juga: Waspadai Gejala Usus Buntu Kronis Mulai dari Demam Hingga Nyeri Perut

Namun, bukannya memimpin dunia dalam menghadapi ancaman global yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang, keduanya seolah justru tenggelam dalam persaingan kekuatan besar, bertekad untuk saling memandang melalui lensa teori konspirasi dan permusuhan.

Melansir SCMP, Minggu (15/3/2020), sejak virus corona pecah di China akhir tahun lalu, kedua negara justru dengan jelas menyuarakan retorika terhadap satu sama lain, mulai dari asal virus, dan apakah para ahli medis Amerika harus diizinkan mengunjungi Wuhan yang seharusnya disebut pihak yang disalahkan atas pandemi.

Sebelum pandemi itu meletus, China dan AS sudah berselisih soal sejumlah masalah besar, seperti perang dagang, Laut China Selatan, Taiwan, Xinjiang, Hong Kong dan nasib telekomunikasi raksasa China Huawei.

Menurut An Gang, mantan diplomat China yang berspesialisasi dalam urusan AS, munculnya pandemi itu bisa menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk memperbaiki hubungan dengan mengesampingkan perbedaan dan bekerja sama, namun tidak ada pihak yang nampaknya tertarik untuk melakukannya.

Baca Juga: Mengapa Indonesia yang Dulu Nihil Virus Corona, Tiba-Tiba Pasiennya Terus Bertambah Sejak Ada Pasien yang Positif Covid-19? Ilmuwan Ungkap Alasan Ini