Penulis
Intisari-online.com -Sejak beberapa bulan ke belakang, penyebaran virus corona atau Covid-19 terus menjadi perhatian dunia.
Menjadi seorang tenaga medis wanita ini harus menerima keadaan.
Ia diharuskan berjauhan dengan putra dan keluarganya.
Mau tak mau ia harus meninggalkan keluarga untuk mengabdikan dirinya ke daerah yang berdampak corona.
Membantu atasi pencegahan penyebaran corona, mereka harus menderia kesepian dan kerinduan pada kampung halaman.
Para dokter juga menderita tekanan pekerjaan hebat dan kecemasan.
Belum lagi potensi terular virus corona dari pasien.
Salah satu praktisi pemberani itu adalah Guo Beibei.
Ia adalah doker wanita yang di tempatkan di Rumah Sakit Dada Hebei, Koa Shijiazhuang, Provinsi Hebei, Tiongkok.
Ia dan 58 anggota lainnya telah bekerja selama beberapa hari.
Mereka menjadi orang yang berada di garis depan untuk melawan dan menyembuhkan corona virus.
14 Maret lalu, seelah pedemi Covid-19 di China khususnya Hubei mengalami penurunan, doker Guo dan rekannya telah keluar dari rumah sakit.
Setelah mendengar berita lantas putra dan suaminya pergi untuk menjemput.
Putranya yang berusia 14 tahun sangat senang melihat ibunya kembali dalam keadaan baik-baik saja.
Melihat ibunya keluar dari bus bersama dengan rekan-rekannya, bocah itu bergegas lari ke arah ibunya.
Begitu melihat putranya ia memeluk erat dan menangis.
Momen haru dan penuh tangis ini pun disaksikan oleh rekan-rekan Guo Beibei.
"Saya tidak bisa melihatnya selama sebulan, sekarang tepat 29 hari," ucap Guo Beibei.
Meninggalkan putranya cukup lama, ia menyebut itu adalah perama kali baginya.
Sebelumnya ia mengaku tak pernah jauh dari keluarga.
"Ibu kembali," ucapnya.
Mrs. Guo Beibei satu dari banyaknya tenaga medis yang mengorbankan kehidupan pribadinya untuk berpartisipasi dalam mencegah virus corona.
(Ela Aprilia Putriningtyas)
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul Memilukan dan Penuh Tangis, Seorang Dokter Wanita Kembali Dipertemukan dengan Putranya, Seperti Ini Kondisinya Setelah Sebulan Perangi Corona