Temannya Pengguna Narkoba, Ririn Ekawati Ingin Selektif Milih Teman: Sesungguhnya Manusia Memilih Teman Karena Alam Bawah Sadarnya

Mentari DP

Penulis

Temannya pemilik dan pengguna nakoba, Ririn Ekawati berjanji akan lebih hati-hati dalam memilih teman.

Intisari-Online.com - Sebelumnya dilaporkan artis peran Ririn Ekawati diduga menggunakan narkoba.

Sebab, Ririn Ekawati ditangkap bersama asisten dan temannya.

Namun setelah tes urine, tes rambut, dan tes darah, polisi memastikan bahwa Ririn negatif narkoba.

Pasca hasil pemeriksaan itu, Ririn menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarga, klien, dan anak-anaknya.

Baca Juga: Malaysia Ambil Kebijakan Lockdown Selama 2 Minggu, WNA Dilarang Masuk hingga Pemerintah Jamin Stok Beras Cukup

Dia juga berjanji akan lebih hati-hati dalam memilih teman.

Pernyataan Ririn bukan tanpa alasan.

Sebab, salah satu orang dekat Ririn, yakni ITY (30), ternyata merupakan pemilik sekaligus pengguna happy five.

Happy five merupakan psikotropika golongan empat yang lazim digunakan sebagai obat depresi dan punya efek ketergantungan ringan.

"Ini pelajaran banget buat saya... saya benar-benar harus lebih hati-hati melihat siapa orang-orang terdekat saya," kata Ririn seperti dilansir dari kompas.com pada Selasa (17/3/2020).

Baca Juga: Aktor Film Marvel Idris Elba dan 2 Aktor Lainnya Positif Virus Corona

KasusRirin Ekawati bisa menjadi pelajaran bagi kita semua agar lebih selektif mencari teman.

Bukan niatnya curiga, tapi lebih ke hati-hati.

Sebab, sebenarnya manusia memilih teman karena alam bawah sadarnya.

Tidak percaya?

Coba baca kisahpersahabatan dua anak manusia.

Ini adalah kisah persahabatan antara seorang adalah putra presiden dan yang lain pemuda rakyat jelata bernama Pono.

Persahabatan ini sudah terjalin sejak mereka masih di bangku sekolah.

Pono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan.

Apa pun peristiwa yang terjadi di depannya selalu dianggap positif.

”Itu Baik!” katanya senantiasa.

Hari itu seperti yang sering mereka lakukan, Pono menemani sahabatnya berburu.

Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluru agar selalu siap digunakan.

Baca Juga: Video Puluhan WNA asal China Datang di Bandara Haluoleo Kendari Viral, Ini Fakta Sebenarnya

Entah kenapa, barangkali belum terkunci secara sempurna, setelah diserahkan kepada sahabatnya senapan itu meletus.

Akibatnya cukup fatal. Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus.

Melihat itu tanpa sadar dengan kalemnya Pono berkomentar.

”Itu Baik!” Kontan sahabatnya naik pitam.

”Bagaimana kau ini! Jempolku putus tertembak, malah dibilang Baik. Brengsek!”

Agaknya, kali ini kelakuan Pono tak termaafkan. Ia dijebloskan ke penjara.

Beberapa bulan kemudian, sang putra presiden kembali pergi berburu ke Afrika.

Malang, ia tersesat di hutan lebat dan ditangkap suku primitif yang masih kanibal.

Malam harinya, dalam keadaan terikat ia akan dibakar untuk disantap ramai-ramai. Anehnya, mendadak ia dibebaskan.

Belakangan ketahuan, suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap.

Baca Juga: Pernah Memotret Orang Secara Diam-diam? Awas, Anda Bisa Kena Denda Hingga Berujung di Penjara

Nasib baik itu membuat sang putra presiden termenung. Ia teringat kembali peristiwa ketika jempolnya putus tertembak lantaran ulah Pono.

Ia kemudian menemui Pono di penjara. ”Ternyata Kau benar.

Ada baiknya jempolku tertembak,” katanya sambil menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya di Afrika.

”Aku menyesal telah memenjarakanmu.”

”Oh, tidak! Bagiku, ini baik!”

”Bagaimana kau ini? Memenjarakan teman kau bilang baik?”

”Kalau aku tidak dipenjara, pasti saat itu aku bersamamu.”

Kisah satir ini mengingatkan pada pernyataan Randolph Bourne, intelektual Amerika yang juga anak didik John Dewey.

Katanya, seorang teman itu memang dipilih untuk kita berdasarkan hukum perasaan yang tersembunyi, bukan oleh kehendak sadar kita si manusia.

Baca Juga: Cegah Virus Corona, Gubernur Anies Baswedan Pertimbangkan Lockdown Jakarta, Ini Pihak-pihak yang Menolak

Artikel Terkait