Find Us On Social Media :

Gatal Menggempur Suriah Menggunakan Rudal Serba Mahal, AS Sesungguhnya Hanya Ingin Menguji Coba Senjata Mautnya

By Agustinus Winardi, Selasa, 17 April 2018 | 12:30 WIB

 

Intisari-online.com - Sebagai negara yang terus-menerus memproduksi persenjataan serba canggih, AS tidak hanya membutuhkan dana besar, melainkan juga membutuhkan wahana untuk menguji cobanya.

Persenjataan baru yang telah diproduksi oleh industri persenjataan AS, seperti beragam jenis rudal biasanya akan diuji coba di kawasan padang pasir Utah yang tanpa penghuni, yakni Utah Test & Training Range (UTTR).

Di kawasan yang sangat rahasia ini semua persenjataan di uji coba sampai mendapatkan sertifikasi dan siap digunakan dalam peperangan (Initial Combat Ready/ICR).

Tapi militer AS sebenarnya memiliki ukuran tersendiri untuk menentukan keampuhan persenjataan yang diproduksinya, yakni harus digunakan dalam peperangan yang sesungguhnya.

Baca juga: (Foto) Krisis Suriah: Beginilah Kondisi Pusat Penelitian Senjata Kimia di Suriah yang Hancur Lebur oleh Rudal AS

Baca juga: Super Cepat! Inilah 7 Pesawat Tempur Tercepat di Dunia, Ada yang Kecepatannya 7 Kali Pesawat Komersial

Pasalnya persenjataan yang terbukti mumpuni dalam perang (combat proven) akan memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan industri persenjataan AS pun bisa mendapatkan untung yang berlipat-lipat.

 

Oleh karena itu, militer AS yang selalu berperan sebagai polisi dunia dan gemar bertempur di berbagai negara, minimal memiliki satu tujuan utama.

Yaitu menguji coba persenjataan baru yang telah diproduksi oleh AS hingga berkali-kali.

Ketika militer AS, Inggris, dan Perancis memutuskan menggempur Suriah pada Sabtu dini hari (14/3/2018), serangan gabungan itu selain bertujuan mempraktekkan latihan-latihan NATO dan koalisi AS, juga untuk menguji coba rudal-rudal baru dalam peperangan yang sesungguhnya.

Salah satu rudal terbaru yang diuji coba AS dalam   serangan ke Suriah adalah rudal jarak jauh (1000 km)  sasaran darat jenis Joint Air To Surface Munition (JASSM).

Menurut media yang biasa mengupas teknologi militer AS, Aviation Week, JASSM yang memiliki teknologi siluman (stealth) itu mulai dioperasikan di medan perang  (ICR)  tahun 2014.

Tapi penggunaannya untuk menghantam sasaran dalam pertempuran yang sesungguhnya baru dilaksanakan di Suriah (14/4/2018).

Rudal JASSM yang satu unitnya berharga sekitar Rp 19 milliar itu oleh AS memang ditujukan untuk melawan persenjataan penangkis rudal Rusia, S-400.

Baca juga: Konflik di Suriah Telah Memaksa Para Wanita Suriah untuk Saling Membunuh