Penulis
Intisari-Online.com - Bayinya tidak bergerak, tubuhnya menjadi panas lalu mendingin.
Sang ayah lalu membawanya ke rumah sakit dengan berjalan kaki.
Hal itu dilakukannya karena dia tak menemukan mobil, namun semua sudah terlambat.
Pada usianya yang baru menginjak 18 bulan, Iman Leila sudah membeku sampai mati.
Dalam cangkang beton setengah jadi, keluarga Leila telah menghabiskan tiga minggu bertahan pada suhu malam hari yang dingin, yang suhunya tak pernah lebih dari 20 derajat celcius.
"Saya menginginkan kehangatan," kata ayah Iman, Ahmad Yassin Leila sebagaimana dilansir Daily Watchng, Kamis (5/3/2020).
"Saya hanya ingin anak-anak saya merasa hangat. Saya tidak ingin kehilangan mereka karena kedinginan."
"Saya tidak ingin apa-apa kecuali rumah dengan jendela yang dapat melindungi dari dingin serta angin."
Diketahui sebelumnya bahwa pemberontakan Suriah dimulai hampir tepat sembilan tahun yang lalu.
Serangan pemerintah Suriah terhadap provinsi yang dikuasai pemberontak telah menciptakan salah satu darurat kemanusiaan terburuk dari perang sembilan tahun yang brutal.
Baca Juga: Kabar Baik dari China: Bulan Depan Vaksin Virus Corona Bisa Digunakan untuk Situasi Darurat
Hampir satu juta warga Suriah melarikan diri ke perbatasan dengan Turki selama tiga bulan terakhir.
Banyak dari mereka yang tinggal di tenda darurat atau bahkan di tempat terbuka.
Sekarang, di tengah salah satu darurat kemanusiaan terburuk dari perang, beberapa dari mereka yang meneriakkan kebebasan dan martabat pada tahun 2011 hanya ingin menangkal dinginnya musim dingin.
Sebagian besar mereka banyak yang tinggal di tenda atau tidur di tempat terbuka di udara yang sangat dingin.
Iman Leila hanyalah satu dari sembilan anak yang meninggal karena paparan udara dingin dalam beberapa minggu terakhir ini.
Eksodus ini adalah yang terbesar dari perang yang telah membuat 13 juta orang mengungsi dan merenggut ratusan ribu jiwa.
Ini merupakan yang terbesar dalam sejarah baru-baru ini, kedua setelah kasus Muslim Rohingya dari Myanmar pada 2017.
Dengan sekitar tiga juta penduduk terperangkap antara perbatasan Turki yang tersegel di utara dan bom yang bergemuruh dari selatan dan timur, krisis ini berpotensi menjadi jauh lebih buruk ketika pemerintah berjuang untuk merebut kembali seluruh Suriah.
"Mereka adalah orang-orang yang berusaha mengambil keputusan tersulit dalam hidup mereka dalam kondisi yang di luar kendali mereka," kata Max Baldwin, direktur program Suriah Utara untuk Mercy Corps.
"Fakta bahwa Anda memiliki militer Turki di sini dan mereka terus menargetkan rumah sakit."
"Hal itu juga menciptakan tingkat ketakutan dan ketidakpastian yang menjadi tantangan besar bagi semua orang. Dan ini bisa menjadi lebih buruk."