Penulis
Intisari-online.com -Saat ini kasus pembunuhan balita 6 tahun oleh remaja NF di Sawah Besar, Jakarta Pusat masih dalam penyidikan.
Melansir Tribunnews dan Tribun Jakarta, ayah korban APA, Kartono, berharap NF dihukum mati.
"Saya penginnya pelaku dihukum seberat-beratnya, kalau bisa hukuman mati lah," kata Kartono.
Ia pun menuturkan tak menaruh curiga sama sekali pada NF.
Pasalnya, APA sering bermain ke rumah NF untuk bermain dengan adik NF.
"Kalau akrab kan dia (APA) main sama adiknya (NF). Kalau enggak ada, dia enggak ajak main juga gitu, kalau ada ya main. Enggak melihat ada yang aneh, udah main biasa lama juga," tuturnya.
"Saya enggak sangka, anak saya di situ sudah lama bertetangga. Sudah lama. Biasa (APA) main dengan adiknya umur 4 tahun," imbuh dia.
Kartono mengungkapkan sang anak semasa hidupnya suka mengaji dan mengenakan baju muslim lengkap beserta kerudungnya.
"Anak saya ini nurut banget orangnya. Suka ngaji, paling demen pakai baju muslim pakai kerudung. Tapi saya ikhlas," ucapnya.
Meski sudah mengikhlaskan kepergian APA, Kartono masih tak habis pikir dengan kejadian yang menimpanya.
"Saya nggak habis pikir bisa setega itu sampai makan nyawa anak kecil gitu, yang saya pikirin itu anak kecil kok ya sampai begitu," katanya.
Walau begitu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau Kak Seto memohon agar NF tidak dipenjara.
Ia menyarankan agar NF direhabilitasi.
Hal ini disampaikan Kak Seto kepada Kompas TV pada Selasa (10/3/2020).
“Kami apresiasi kepolisian. Tapi diimbau untuk tidak menahan pelaku, melainkan memberikan rehabilitasi,” ucapnya.
Rehabilitasi, menurut Kak Seto, diperlukan agar perilaku NF bisa berubah.
Ia juga menjelaskan, aksi kekerasan oleh anak-anak dipengaruhi lingkungan tempat tinggalnya.
Seperti kurangnya pengawasan orang tua, membiarkan anak menyaksikan kekerasan hingga mencontoh.
“Anak bisa melakukan kekerasan hingga menelan korban jiwa diduga karena kurangnya pengawasan orang tua,” tegasnya.
Kebiasaan Pelaku yang Berubah
Masih mengutip Tribun Jakarta, seorang tetangga NF bernama Yanti, mengatakan sikap remaja berusia 15 tahun ini berubah drastis saat SMP.
Dulu, NF dikenal dekat dengan anak-anak.
Yanti mengungkapkan, NF kerap mengajak anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya untuk bermain di rumahnya saat ia masih duduk di bangku SD.
Namun, ketika masuk SMP, NF jarang terlihat bermain.
Ia pun menambahkan, NF sering mengurung diri di kamarnya yang berada di lantai dua.
“Dia tidak main. Dulu lagi SD pernah main, mengajak anak-anak ke atas,” terang Yanti.
Kepada pihak kepolisian, NF mengaku ia tidak suka atas perceraian orang tuanya.
Diketahui, ayah ibu NF bercerai dan kini masing-masing telah menikah lagi.
NF sendiri selama ini tinggal bersama ayah, ibu tiri, dan adik tirinya.
Meski mengaku tak membenci, NF mengungkapkan ia tidak suka orang tuanya bercerai.
Pasalnya, ia merasa tak lagi dipedulikan oleh sang ayah dan ibu.
"Kalau yang saya tanyakan langsung 'adakah yang kamu benci di rumah sekarang ini', antara orang tua bapaknya atau ibu tiri. Dia bilang tidak ada. Kepada adiknya tidak juga," terang Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Heru Novianto, dilansir dari YouTube metrotvnewsdan Tribunnews.
"Memang dia agak sedikit tidak suka kepada orang tua kandungnya, karena merasa ditinggal sama orang tua kandungnya," tambahnya.
Lebih lanjut, Heru menyebutkan NF mengaku memelihara kucing.
Meski begitu, kucing NF dibuang oleh ibu tiri lantaran rumah mereka terlalu sempit.
"Jadi interogasi kemarin memang ada kita tanya 'apakah kamu menyayangi binatang', ada salah satunya kucing."
"Sekarang dia bilang tidak ada karena dibuang sama ibu tirinya," jelas Heru.
"Rumahnya sangat kecil dan sempit, kadang-kadang ibunya tidak suka, terus dibuang," imbuh dia.
Selain itu, NF juga mengaku dirinya tak suka kodok.
Ia bahkan mengatakan pernah membunuh kodok, menusuk-nusuknya memakai garpu hingga mati.
"Kami nanya juga ada binatang yang kamu tidak sukai pertama diem, 'kamu suka kodok?', 'tidak'," ujar Heru menirukan jawaban NF.
"'Bagaimana kamu membunuh kodok?', 'dengan menggunakan garpu ditusuk-tusuk sampai mati'," lanjutnya.
(Pravitri Retno Widyastuti)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Update Kasus Siswi SMP Bunuh Bocah: Permintaan Kak Seto hingga Kebiasaan Pelaku saat SD