Advertorial

Berani Menggesek-gesekkan Parang Tajam di Pipi Seorang Presiden Perusahaan Besar, Apa yang Diucapkan Wanita Ini Kemudian Benar-benar Lebih Tajam dari Parang yang Dipegangnya

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Pada tahun 1989, TV Brasil menyiarkan pemandangan yang mengejutkan banyak orang yang menyaksikannya.

Dalam siaran itu, seorang wanitamengacungkan dan menggerak-gerakkan parang di muka seorang insinyur yang ketakutan.

Wanita pemberani itu adalah Tuira.

Ia adalah seorang wanita pejuang dari penduduk asli Kayapó.

Baca Juga: Keberadaannya Misterius, Suku Lingon yang Merupakan Suku Asli Indonesia Penduduknya Memiliki Mata Biru Bak 'Bule'

Suku Kayapó tinggal di sepanjang Sungai Xingu di bagian paling timur dari Hutan Hujan Amazon, di lembah Amazon,Brasil.

Dilansir dari Rejected Princesses, tempatyang didatangi Tuiraadalah konferensi yang membahas pembangunan bendungan yang akan membanjiri tanah leluhur Tuira.

Dia mengayunkan pedangnya di pipinya tiga kali, cukup dekat untukmencukur rambut pada wajahnya.

Baca Juga: Film 'Tarung Sarung' Tayang April 2020, Begini Cara 'Mematikan' Suku Bugis untuk Menyelesaikan Masalah, Rela Pertaruhkan Nyawa Demi Pertahankan Kehormatan

Dengan bahasa asli, Tuira mengatakan kepada pria itu, "Anda pembohong - Kami tidak membutuhkan listrik. Listrik tidak akan memberi kami makanan. Kami ingin sungai kami mengalir dengan bebas: masa depan kami bergantung padanya. Kami membutuhkan hutan kami untuk berburu dan mengumpulkan (makanan). Kami tidak membutuhkan bendunganmu.”

Tak lama setelah peristiwa itu, Bank Dunia membatalkan pinjaman $ 500 juta ke Brasil, dan rencana untuk membendung sungai Xingu dibatalkan.

Baca Juga: Fakta Ibu Nikahi Anak Kandung di Gorontalo, Pasangan Ini Minggat Ke Desa Ini, Rupanya Adat Suku Ini Memperbolehkan Pernikahan Sedarah, Begini Syaratnya

Namun, pemerintah kembali lagi.

Pada 2008, José Antônio Muniz Lopes, insinyur yang diancam pada 1989, telah menjadi presiden perusahaan induk listrik negara (ElectroBras).

Tak kapok dengan peristiwa dulu, ia sekali lagi bergerak maju dengan rencana bendungan.

Tuira pun muncul sekali lagi untuk memarahi para industrialis, tetapi pada akhirnya, ia dan orang-orangnya kehilangan daya tarik.

Meskipun ada protes besar-besaran dari penduduk asli yang tinggal di sana, pemerintah terus membangun bendungan Belo Monte.

Pada Desember 2014,pembangunan bendungan dijadwalkan untukmenghambat aliransungai pada bulan tersebut.

Dan benar saja, air sungai membanjiri banyak daerah di mana Kayapó dan yang lainnya tinggal.

Baca Juga: Berita Hoax dan Kemampuan Literasi Orang Indonesia: Orang Awam Gampang Termakan Hoaks karena Tingkat Literasinya Rendah

Antonio Melo, dariaktivisanti-bendungan Xingu Vivo, mengatakan ini tentang suku-suku asli, “Belo Monte secara bertahap melemahkan mereka. Sangat menyedihkan melihat. Kami telah berjuang bersama selama 30 tahun, tetapi sekarang mereka menyerah pada narkoba, minum dan prostitusi ... bendungan menghasilkan listrik murah, tetapi biaya dibayar di sini dalam perusakan lingkungan dan perusakan kehidupan masyarakat."

Artikel Terkait