Penulis
Intisari-Online.com -Hingga saat ini, sebanyak 110.063 orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus corona dengan angka kematian mencapai 3.828 orang.
Sementara itu, di Indonesia sendiri kasus positif Covid-19 sudah mencapai 19 kasus.
Meski demikian, pasien yang dinyatakan sembuh pun terus mengalami peningkatan, dengan jumlah 62.276 dinyatakan sembuh.
Dampak virus corona turut meliputi dunia prostitusi. Para Pekerja Seks Komersial (PSK) China kudu bersiasat agar tidak kehilangan pelanggan karena identitas "China" yang mereka bawa.
Di Selandia Baru contohnya, para PSK China mengganti identitasnya dengan tidak mencantumkan negara asalnya.
Mereka menggantinya dengan Korea, Jepang, atau "Asia" dalam iklan online mereka.
"Saya tidak menyebutkan bahwa saya orang China, dan saya menawarkan diskon besar, tapi klien tetap menghindari kami seolah-olah kami adalah virusnya," kata seorang PSK asal China, dikutip dari New Zealand Herald.
Wanita yang enggan disebut namanya itu mengatakan dia telah mengganti kewarganegaraannya ke "Asia" dalam beberapa direktori seks online.
Meski begitu, pendapatannya tetap menurun sekitar separuh dari biasanya, dalam dua minggu terakhir.
"Bisnis sedang surut dan tidak pernah seburuk ini sebelumnya," ungkapnya.
Padahal wanita itu adalah penduduk Selandia Baru dan belum kembali ke Negeri "Tirai Bambu" dalam delapan tahun terakhir.
Baca Juga: Iuran BPJS Kesehatan Batal Naik, MA Batalkan Aturan Kenaikan Iuran 100 Persen, Simak Selengkapnya...
Namun tetap saja kliennya tidak peduli, dan melihatnya sebagai "orang dari Wuhan", tempat virus corona yang mematikan itu berasal.
Catherine Healy, seorang aktivis hak-hak PSK di Selandia Baru, mengatakan ini adalah "masa yang sangat mengkhawatirkan bagi pekerja seks".
"Kami prihatin dengan kemampuan orang memghindari virus ini dan bertahan secara finansial," kata Healy pada New Zealand Herald.
Dalam Undang-Undang Reformasi Prostitusi 2003, hanya warga negara dan penduduk Selandia Baru yang diizinkan bekerja di industri seks.
Pilih-pilih klien
Persoalan berbeda dihadapi Lisa Lewis, seorang PSK terkemuka di Selandia Baru.
Kepada New Zealand Herald, Lisa mengungkapkan dia melakukan tindakan pencegahan agar tidak tertular virus corona, dengan melakukan skrining klien.
"Saya memberi tahu klien bahwa mereka tidak dapat melakukan pemesanan jika mereka batuk, sakit tenggorokan, atau gejala pilek dan flu."
"Semua klien saya minta membersihkan diri setelah memegang uang," tutur Lisa.
"Saya minta mereka mandi di depan saya di mana saya meletakkan sabun yang telah saya beli untuk memastikan kebersihannya terjaga, dan saya tidak mencium klien."
Lebih lanjut, Lisa juga merasa kasihan pada para PSK China, karena banyak dari mereka lahir di Selandia Baru dan bahkan mungkin tidak pernah ke China.
"Saya merasa mereka telah didiskriminasi."
"Saya merasa sangat kasihan pada mereka, tapi mungkin juga ini sebabnya mereka berlindung di negara lain."
Aditya Jaya Iswara
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dampak Virus Corona: PSK China Enggan Mengaku dari China"