Penulis
Intisari-online.com -Terinspirasi film pembunuhan, seorang remaja membunuh bocah 5 tahun.
Pembunuhan itu dilakukan NF (15) dengan cara yang sadis.
Menurut Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Susatyo Purnomo Condro, seperti melansir Kompas.com, NF termasuk siswa cerdas dan berprestasi.
Menanggapi hal itu, Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga, mengatakan kemungkinan pelaku mengalami gangguan kejiwaan.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Berikan Obat untuk Menurunkan Panas pada Anak, Ini Waktu yang Disarankan
"Mungkin bisa dilakukan pemeriksaan, sebetulnya dia mengalami gangguan apa," ujar Anna dilansir dari Kompas.com, Sabtu (7/3/2020).
Anna mengatakan perlunya memeriksa juga kondisi keluarga.
Sebab, cukup banyak pelaku yang melakukan tindakan seperti ini berasal dari keluarga yang tidak akrab satu sama lain.
Bahkan, kemungkinan di dalam keluarganya banyak kekerasan yang dilakukan, sehingga emosi positifnya kurang berkembang.
Sehari setelah membunuh APA (5), NF menyerahkan diri ke kantor polisi.
Namun, kepada polisi, NF mengaku puas dan tidak menyesali telah membunuh korban yang jenazahnya dia simpan di dalam lemari.
"Merasa menyesal tidak selalu terlihat. Perilaku bisa dilihat, tetapi perasaan tidak bisa dilihat," jelas Anna.
Lebih mengerikan lagi, NF telah menulis soal pembunuhan tersebut di akun Facebook-nya.
Dari akun Facebook Saiful Ulum, yang melansir beberapa media, NF dengan mudah mengaku telah melakukan pembunuhan di Sawah Besar.
Ia datang sendirian dan mengatakan kepada petugas jaga "Pak saya habis membunuh".
Setelah TKP dicek, memang benar ada mayat bocah 5 tahun di rumah pelaku.
Selanjutnya ada tangkapan layar postingan pelaku setelah membunuh korbannya.
Akun Facebook pelaku sudah dihapus, tetapi beberapa unggahannya bisa Anda lihat di sini
Ratnawati (34) ibu dari APA (5), balita yang dibunuh remaja 16 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat menceritakan kenangan putrinya kepada TribunJakarta.com, Sabtu (7/3/2020).
Suasana duka masih menyelimuti kediamannya saat wartawan TribunJakarta menyambangi rumah.
Rahmawati turun dari rumahnya, langkah kakinya tampak pelan saat menghampiri TribunJakarta.com.
Matanya segaris dan suaranya sangat pelan serta serak sedih.
Ratnawati mulai menjelaskan, putrinya itu hendak masuk sekolah Taman Kanak-kanak (TK).
"Rencana tahun ini mau masuk sekolah. Tadinya mau sekolah bareng adiknya si pelaku," kata Ratnawati, di lokasi, Sabtu malam (7/3/2020).
APA merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pun putri satu-satunya.
"Anak ketiga, tapi perempuan satu-satunya," ujar Ratnawati.
Hingga kini, Ratnawati pun merasa bahwa putrinya itu masih hidup.
"Saya merasa anak saya masih ada kok. Anak saya masih di rumah, lagi nonton. Tidak ke mana-mana," ujar Ratnawati.
Sekarang, pelaku sedang dalam proses hukum dan ditangani kepolisian.
Ratnawati mengatakan, tidak berharap apapun untuk pelaku dan keluarganya.
"Saya tidak punya harapan apa-apa. Tidak punya sama sekali. Karena di hati saya tidak ada apa-apa," ucap Ratnawati.
"Dan keluarganya, saya tidak punya harapan apa-apa," pungkasnya.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, rumah antara pelaku dan korban ini jaraknya berdekatan.
Saat ini di depan rumah pelaku masih dipasang garis polisi.