Advertorial

Saat Epidemi Virus Corona Sudah Mulai Stabil di Tiongkok, Sosok Pintar ini Justru Sebutkan Kemungkinan Terburuk yang Bisa Terjadi 'Mungkin Sampai Akhir Tahun Belum Berakhir'

May N

Editor

Intisari-online.com -Virus Corona sampai saat ini telah menjadi epidemi di berbagai negara.

Sementara itu wabah Corona di China daratan sudah mulai stabil.

Namun, China mulai hadapi ketakutan terkait masuknya virus tersebut ke China lagi.

Jika demikian, akan berapa lama virus Corona bisa bertahan?

Baca Juga: Maafkan Suaminya yang Selingkuh, Wanita Ini Justru Dapatkan Perlakuan yang Lebih Kejam dari Sang Suami

Seorang Professor dari Universitas Hong Kong, Yuen Kwok-yung membeberkan hasil penelitian yang cukup mengejutkan.

Epidemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona tidak akan berakhir sampai akhir tahun ini, dijelaskannya demikian.

Yuen Kwok-yung adalah seorang profesor bidang mikrobiologi dari Universitas Hong Kong.

Ia juga mewanti-wanti pemerintah untuk lakukan kontrol pengukuran melawan penyakit ini.

Baca Juga: Kakek 101 Tahun Ini Berhasil Kalahkan Virus Corona, Pegawai Rumah Sakit: 'Dia Sering Membicarakan Istrinya yang Berumur 92 Tahun'

Pasalnya, meski situasi di seluruh wilayah Tiongkok membaik untuk musim panas mendatang, bukan tidak mungkin virus datang lagi dari belahan bumi selatan saat musim dingin.

"Epidemi ini, kami pikir, mungkin tidak akan berakhir," ujarnya dilansir dari South China Morning Post dalam wawancara yang direkam dalam sebuah stasiun TV yang ditayangkan pada Minggu 8/3/2020.

"Akan ada kasus berkebalikan. Awalnya banyak negara takuti mendapat virus Corona dari kami, kini kami takut mendapatkannya dari mereka."

Akhir Februari lalu, infeksi Covid-19 telah melonjak di Korea Selatan, Italia dan Iran.

Baca Juga: Kasus Remaja Bunuh Balita Gegerkan Warga, 5 Kasus Pembunuhan oleh Remaja ini Lebih Mengerikan Lagi: Sodomi Korban dengan Dahan Pohon dan Tonton Twilight Setelah Lakukan Pembunuhan

Ketiga negara ini telah menjadi negara-negara dengan jumlah kasus tertinggi di luar China.

Minggu 8/3/2020 dilaporkan jika Italia akan mengkarantina seluruh wilayah Lombardy, dengan populasi mencapai 10 juta jiwa.

Keputusan ini muncul setelah Italia mencatat lonjakan tertinggi virus Corona yang mencapai 1247 kasus, sejak merebaknya virus tersebut mulai pada 21 Februari.

Semua orang yang kembali ke Hong Kong dari Iran, dua wilayah dari Korea Selatan dan tiga daerah di Italia akan hadapi mandat karantina 14 hari.

Baca Juga: Lagi, Dengan Senyum Sumringah, Istri Pertama Antarkan Suaminya Menikah Lagi, Bahkan Kedua Istri Cium Pipi Suami Berbarengan

Hong Kong juga dengan tegas haruskan semua pengunjung negaranya kabarkan kondisi kesehatan mereka sejak Minggu 8/3/2020.

Yuen mendesak para warga Hong Kong untuk hindari bepergian setidaknya sampai akhir tahun, dengan kaitkan dua infeksi di Hong Kong dengan grup tur ke India.

Kasus lain, wanita di umur 80 tahun dari grup tur tersebut didiagnosa dengan Covid-19 setelah kembali ke Vancouver, Kanada.

"Saat epidemi seserius ini, hindari bepergian ke tempat lain kecuali memang sangat penting," ujar Yuen.

Baca Juga: Misteri 13 Gambar Perempuan Sedih Karya Gadis ABG Pembunuh Anak, Terselip Tokoh Favoritnya yang Mrupakan Karakter Fiksi Film Kekerasan Horor

Dia juga menambahkan sementara penyebaran virus secara global telah mengubah fokus dari ketatkan batas antara Hong Kong dan China daratan, masih terlalu awal untuk kabarkan situasi di China daratan bisa "stabil saat bulan April" seperti dikatakan oleh beberapa ahli lain.

Yuen juga membenarkan jika virus Corona penyebab Covid-19, layaknya gen DNA lain, mengalami mutasi.

Namun ia memastikan jika tidak ada bukti bahwa virus itu akan lebih mematikan atau lebih mudah berpindah inang.

Kunci untuk melawan epidemi ini, dijelaskan oleh Yuen, adalah dengan menjaga kebersihan diri.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Hotel Tempat Karantina Korban Virus Corona Tiba-tiba Runtuh, Puluhan Orang Masih Terperangkap

"Jika semua orang mencuci tangan, orang yang sakit gunakan masker dan menjaga jarak dengan orang lain, risiko infeksi akan lebih rendah," ujar Yuen.

"Kita tidak bisa selamanya melawan virus ini, tetapi semakin lama kita menahan penyebarannya, makin tinggi kesempatan mendapatkan vaksin."

Artikel Terkait