Penulis
Intisari-Online.com - Sejumlah diplomat negara Barat termasuk Ameria Serikat (AS) menyatakan kekhawatirannya kepada pejabat tinggi Pemerintah Indonesia atas penanganan wabah virus corona baru.
Mereka juga memperingatkan akan kebutuhan kritis yang diperlukan dan meminta Pemerintah Indonesia lebih sering melakukan pengujian virus yang memiliki nama Covid-19 itu.
Sumber diplomatik AS mengungkapkan, duta besar dari beberapa negara Barat telah menyampaikan keprihatinan mereka kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan pejabat senior lainnya.
Melansir The Sydney Morning Herald, Kamis (27/2/2020), beberapa poin pembicaraan ini para pejabat AS edarkan yang dirancang untuk memastikan diplomat-diplomat asing menyampaikan pesan tersebut dalam pertemuan tertutup dengan Kementerian Kesehatan RI.
"Kami meyakini, penting bagi pemerintah Anda untuk secara aktif melakukan deteksi kasus," demikian isi salah satu pesan itu.
Poin lain menyebutkan, banyak rumahsakit di Indonesia tidak memiliki alat pelindung diri (APD) yang memadai, tak ada ruang isolasi yang cukup, dan transportasi spesimen tidak memadai.
Para diplomat dari kedutaan termasuk Australia, AS, dan Kanada juga telah bertemu satu sama lain untuk membahas penyebaran virus yang tampaknya tidak menyebar ke Indonesia.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS untuk Indonesia tak menyangkal, mantan Duta Besar Donovan telah menyampaikan keprihatinannya tentang virus corona sebelum menyelesaikan tugas diplomatiknya pada 14 Februari 2020 lalu.
"Wabah virus corona telah berkembang dengan cepat, dan seperti rekan-rekan Indonesia kami, kami mengamatinya dengan cermat," kata juru bicara Kedutaan Besar AS.
"Pemerintah AS telah memberikan bantuan materi dan teknis kepada Indonesia, begitu juga dengan negara-negara lain di kawasan ini (Asia Tenggara)," ujar dia.
Seorang profesor Epidemiologi di Harvard University Marc Lipsitch sebelumnya mengatakan, secara statistik, tidak mungkin nol kasus virus corona di Indonesia.
Lipsitch telah memperingatkan kemungkinan pandemi global dengan 40% sampai 70% populasi dunia bisa terinfeksi, meski tak semuanya akan jatuh sakit.
Awal pekan ini, seorang pria Jepang terinfeksi virus corona setelah kembali dari liburannya di Bali.
Otoritas kesehatan Bali menyatakan, pihaknya telah mulai melacak turis Jepang itu dan mendisinfeksi kamar-kamar hotel tempatnya menginap.
Sebelumnya, media Jepang NHK melaporkan, pria Jepang itu berusia 60-an, tinggal di Tokyo dan bekerja di fasilitas perawatan warga senior.
Laporan NHK tidak merinci jadwal perjalanan pria tersebut selama di Indonesia.Lantas, pria itu kembali ke Jepang pada 19 Februari dan segera dirawat di rumah sakit karena kesulitan bernafas. Dia dikatakan dalam "kondisi serius".
Secara terpisah, situs resmi Tokyo Novel Coronavirus Infectious Disease Control Center di Tokyo mengonfirmasi bahwa seorang penduduk Tokyo berusia 60-an telah dinyatakan positif mengidap penyakit virus corona dan gejalanya muncul pada 12 Februari.
Rilis ini tidak menyebutkan riwayat perjalanan ke Indonesia.
Hanya saja, pria itu belum pernah ke China dalam 14 hari sebelumnya. Keadaan pasien terdaftar dalam kondisi serius.
Sangkalan Kemenkes
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ( Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, virus corona yang diberitakan menular kepada seorang pria Jepang setelah pulang dari Indonesia bukanlah jenis Covid-19.
Informasi ini berdasarkan komunikasi antara Kemenkes dengan otoritas kesehatan Jepang.
"Ternyata setelah diperiksa yang bersangkutan tertular virus corona tipe II (SARS CoV-2).
Sejauh ini, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang belum terinfeksi virus corona.
Sebanyak 6 negara tetangga Indonesia telah mengonfirmasi kasus virus corona, termasuk Singapura yang memiliki 96 kasus.
Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kedutaan Besar AS Khawatir terhadap Penanganan Virus Corona di Indonesia