Find Us On Social Media :

S-200, Alat Pertahanan Jadul Suriah yang Sukses Merontokkan Rudal Mahal Tomahawk

By Intisari-online, Sabtu, 14 April 2018 | 18:45 WIB

Intisari-online.com - Kemenhan Rusia mengatakan, militer Suriah yang menggunakan sistem pertahanan udara S-200 sukses merontokkan 71 misil jelajah Tomahawk yang digunakan AS.

Padahal, menurut Kemenhan Rusia, sistem pertahanan S-200 yang dimiliki Suriah sudah terbilang kuno karena dibuat di masa kejayaan Uni Soviet.

Sistem pertahanan darat ke udara (SAM) S-200 ini dibuat pada dekade 1960-an untuk melindungi sebuah area luas dari serangan pesawat pengebom atau pesawat strategis lainnya.

Sistem ini biasa digunakan untuk melindungi tempat-tempat penting misalnya pusat pemerintahan, industri, dan fasilitas militer.

BACA JUGA: Serangan AS ke Suriah: Tomahawk, si 'Kapak Indian' Berkepala Nuklir yang Nyatanya Masih Punya Kelemahan

Sistem pertahanan ini juga "tidak manja" karena bisa digunakan dalam cuaca dan iklim apa pun.

Misil yang ditembakkan sistem pertahanan ini mampu mencapai jarak maksimal hingga 300 kilometer.

Kecepatan jelajahnya hingga empat kali kecepatan suara di ketinggian antara 300-20.000 meter dari permukaan laut.

Resimen operasional S-200 pertama beroperasi pada 1966 di 18 lokasi dengan 342 peluncur misil pada akhir tahun yang sama.

BACA JUGA: Tidak Seperti Korut, AS Berani Menyerang Suriah karena Negara yang Didukung Rusia Ini Tidak Memiliki Nuklir

Meski terbilang kuno, sistem pertahanan ini masih sangat bisa diandalkan, tentu saja dengan perbaikan dan perawatan yang seksama.

Saat ini masih 13 negara yang menggunakan sistem pertahanan udara S-200, termasuk Suriah, Iran, serta negara-negara Asia Tengah bekas Uni Soviet.

Khusus Suriah, negeri ini sudah menggunakan sistem S-200 sejak Januari 1983 dengan membentuk dua batalion pertahanan udara yang masing-masing dilengkapi 24 peluncur rudal