AS dan Kanada Ubah 6 Teori Konspirasi Ini Benar-benar Jadi Kenyataan

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Teori konspirasi relatif tidak berbahaya sementara yang lain cenderung mengada-ada. Tapi ada beberapa teori konspirasi yang jadi nyata.

Intisari-Online.com -Teori konspirasi lebih sering dikaitkan dengan ide-ide liar yang cenderungngawur.

Beberapa di antaranya relatif tidak berbahaya—sementara yang lain cenderung mengada-ada.

Meski demikian, seperti dilansirMetro.co.uk, setidaknya ada enam teori konspirasi yang benar-benar berubah menjadi kenyataan.

1. MK-Ultra: Proyek pengendalian pikiran secara rahasia oleh CIA

Antara tahun 1953 dan 1964, CIA diam-diam melakukan percobaan terhadap warga Amerika Serikat dalam rangka mengendalikan pikiran mereka.

Kedengarannya seperti film horor, tapi begitulah kebenarannya.

Baca juga:Sebuah Teori Menyebutkan Jika Roullete Kasino Adalah Mainan yang Memiliki Koneksi Dengan Iblis

Tes rahasia ini sangat mengerikan. Mereka yang dilibatkan, tampak seperti orang-orang yang lingling dan kecanduan.

Mereka juga menggunakan terapi kejut listrik, hipnotis, subliminal persuasi, dan teknik isolasi.

MK-Ultra secara diam-diam dilakukan di 86 universitas, 12 rumah sakit, dan tiga penjara di Amerika Serikat.

Beberapa percobaan paling berbahaya terjadi pada pasien kanker stadium akhir. Setidaknya dua orang tewas dalam eksperimen ini.

Tes akhirnya benar-benar diakhiri pada akhir 1970-an, ketika Senat AS akhirnya melakukan penyelidikan terhadap program ini.

Sayangnya, saat itu CIA telah menghancurkan sebagian besar dokumen yang berkaitan dengan MK-Ultra, sehingga kita tidak pernah tahu apa yang sepenuhnya terjadi wak itu.

2. Fruit Machine:gay detectorrahasia bagi aparatur negara

Pada 1960-an, lantaran demam homofobia yang mendarah daging, homoseksualitas dianggap sebagai ancaman keamanan utama.

Akibatnya, Pemerintah Kanada berusaha menghilangkan orang-orang gay di kalangan militer, polisi, dan pegawai negeri sipil.

Pemerintah awalnya membentuk tim khusus penyidik untuk mengidentifikasi orang-orang yang dianggap gay.

Tugas tim khusus adalah mengawasi orang-orang ke mana pun mereka berada; tapi metode ini terbukti tidak efektif.

Baca juga:Soal Kedekatan dengan China dan Rusia, Duterte: Jika Pesawat yang Saya Tumpangi Meledak, Tanyakan CIA

Hingga kemudian dibuatlah ramuan khusus yang disebut “Fruit Machine” (untuk menghilangkan kecurigaan, pemberian ramuan ini disebut untuk menanggulangi stres).

Setelah menyuruh meminumnya, penguji akan memberi mereka gambar-gambar seronok—baik laki-laki maupun perempua.

Bagi yang terangsang ketika melihat gambar sesama jenis, mereka akan dipecat dari institusi.

Setidaknya 400 orang kehilangan pekerjaan setelah dituduh sebagai gay.

3. Tuskegee Study: penyuntikan sifilis kepada penduduk miskin berkulit hitam di AS

The Tuskegee Study of Untreated Syphilis in the Negro Male—lebih populer dengan Tuskegee Study—adalah percobaan ras rahasia yang berlangsung antara empat dekade (1932-1972) di Amerika Serikat.

Peneliti memberikan sifilis kepada hampir 400 penduduk Afrika-Amerika yang miskin dan tidak berpendidikan dan memetakan perkembangan penyakit ini tanpa menawarkan pengobatan.

Para peneliti ingin mengetahui, apakah penyakit menular ini memiliki efek yang berbeda antara orang kulit hitam dan kulit putih.

Mereka yang terinfeksi, secara tragis, tidak pernah diberitahu bahwa mereka memiliki penyakit ini.

Baca juga:Berkicau Soal Donald Trump Mengidap Sifilis, Profesor Bakteriologi Jadi Sorotan Netizen di Twitter

Para ilmuwan hanya mengatakan, mereka memiliki “darah buruk” dan memberikan obat-obat palsu kepada mereka—aspirin, suplemen mineral, atau hanya plasebo. Hal ini terus berlanjut sampai penisilin menjadi obat standar bagi sifilis pada 1947.

Dari 400 subjek, hanya 74 orang yang masih tersisa saat ini. Lebih dari itu, mereka yang masih hidup itu telah menulari 40 istri dan 19 anak-anak.

Pada 1997, Presiden AS Bill Clinton akhirnya mengakui: “Atas nama rakyat Amerika, apa yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat itu memalukan.”

4. Minuman beracun selama masa Larangan

Di awal abad 20, selama masa-masa Larangan, Pemerintah Amerika Serikat secara diam-diam meracuni minuman beralkohol—dan berhasil membunuh ribuan orang.

AS melakukan larangan total pada semua penjualan dan produksi minuman beralkohol antara 1920-1933—yang mau tidak mau, menyebabkan tumbuhnya bar-bar gelap.

Alih-alih menekan, undang-undang Larangan justru semakin menambah jumlah peminum di Amerika Serikat—dan ini membuat mereka frustrasi.

Jadi, untuk menakut-nakuti supaya orang berhenti minum, Pemerintah mencampur racun pada minuman-minuman ini (tentu ketika minuman masih di pabrik).

Mereka menambahkan campuran-campuran seperti metil alkohol, minyak tanah, benzena, kadmium, kloroform, aseton, dan banyak lagi yang lainnya.

Pada awalnya, sekitar 100 atau lebih meninggal.

Baca juga:MKULTRA, Proyek Super Rahasia Obat Beracun CIA yang Awalnya Justru Memakan Korban Penciptanya Sendiri

Tapi itu tidak membuat mereka takut minum sehingga pada akhirnya sekitar 10 ribu orang meninggal dunia akibat keracunan. Sementara yang lain mengalami cacat atau kebutaan.

Banyak yang percaya, cara itu juga dilakukan untuk “bersih-bersih sosial”.

5. Operasi Paperclip: ketika AS bekerja sama dengan Nazi

Kedengarannya aneh, tapi begitulah yang terjadi. Setelah Perang Dunia II berakhir, CIA merekrut ilmuwan Nazi untuk membantu mengembangkan psychadelic untuk mengontrol tahanan perang dari Soviet.

Bekerja di sebuah lokasi rahasia di dekat Frankfurt, Amerika dan Nazi mengembangkan halusinogen “truth serum” dan teknik mengontrol pikiran dan indoktrinasi.

Dari kerja sama ini, CIA juga belajar meniru membuat senjata kimia.

6. NSA dan pengawasan internasional

Ini baru saja terjadi. Pada 2013, Edward Snowden—mantan agen NSA—memberi bocoran kepadaThe GuardiandanWashington Postbahwa Pemerintah AS diam-diam memantau komunikasi semua orang.

Pada awalnya, ia berpikir bahwa hanya warga AS yang terkena dampak, tapi ternyata tidak. Tak lama kemudian diketahui bahwa para pemimpin dunia juga dimata-matai.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande, dua-dunya menjadi target mata-mata Amerika Serikat.

Hal yang sama juga dilakukan badan intelijen Britania Raya, GCHQ—meskipun tidak pada tingkat yang sama dengan NSA.

Baca juga:5 Fakta yang Diputarbalikkan Dalam Film Snowden

Artikel Terkait